42. PENGKHIANAT

1K 93 1
                                    

Dari luar gedung, Galang terus memperhatikan Nindya. Pikiran negatif tentang gadis itu mulai muncul di kepala Galang, di tambah lagi tempat itu adalah tempat dimana Viona akan melakukan Audisi.

Galang juga memikirkan bagaimana hubungan antara Viona dan Nindya dulu ketika mereka pernah berseteru, membuat cowok itu sedikit mencurigai Nindya. Namun ia menghalau semua pikiran buruknya.

"Mungkin kebetulan" batin Galang, cowok itu mencoba berfikir positif tentang Nindya. Lagi pula Audisi seperti itu di buka untuk umum, Galang pikir Nindya hanya ingin mencobanya.

Cowok berhodie hitam itu menepuk punggung Cakra, "jalan Cak!" pintanya.

Setelah itu Cakra melajukan motornya di susul yang lain di belakangnya, sesampainya di tempat kecelakaan kemarin Cakra dan yang lain langsung mencari sesuatu yang bisa mereka jadikan bukti.

Sedangkan Galang dan Andre memilih untuk bertanya kepada beberapa warga yang berada di sekitar tempat tersebut, "permisi Pak," sapa Galang dengan sopan.

"Loh masnya bukannya yang kemarin habis jatuh dari motor ya?" tanya salah satu bapak-bapak yang masih hafal dengan wajah Galang.

Cowok itu mengangguk, "iya Pak, saya kesini mau bertanya sama bapak perihal kecelakaan kemarin. Bapak melihat beberapa motor yang sempet mengejar saya kemarin enggak ya Pak kira-kira?"

Ketiga bapak-bapak yang sedang mengobrol itu langsung mencoba mengingat-ingat kembali, "saya ingat mas" jawab salah satu warga lainnya.

Andre dan Galang langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut, "kalau boleh tau, Bapak masih inget sama ciri-ciri mereka?" tanya Andre.

"Saya masih ingat sekali, mereka ada empat orang dengan motor Ninja bewarna hitam dan merah. Lalu memakai jaket hitam di belakangnya ada gambar seperti lambang sesuatu, saya kurang melihat jelas gambarnya" jawab bapak tersebut mencoba menjelaskan sedetail mungkin.

Galang menatap Andre, "bener Bang, berarti Antraxs" ujar Galang. "Lo yakin itu mereka?" tanya Andre, memastikan. Galang menggangguk.

"Oke kalau gitu!" balas Andre.

Cowok itu langsung berpamitan kepada Bapak-bapak tadi yang telah memberikan mereka jawaban, setelah itu mereka semua memutuskan untuk pergi menuju ke markas geng Antraxs.

Dengan penuh emosi, sesampainya di markas. Galang langsung menendang pintu tersebut hingga terbuka lebar dan menampakkan semua anggota Antraxs sedang berkumpul untuk bermain kartu.

"Elang?" cetus Devano, ketika ia melihat Elang berada di antara mereka. Bahkan Elang ikut bermain.

Galang langsung mencengkeram kerah Elang membuat cowok itu terkesiap, "lo ngapain di sini bangsat?" tanyanya dengan emosi.

"Kenapa emangnya?" tanya Elang balik, dengan suara menantang.

Arga menarik sudut bibirnya, "kita semua lagi sibuk nyari orang yang udah celakain Galang sama Viona sedangkan lo malah enak-enakan di sini?"

Devano mendekati Elang, dengan tatapan tidak percaya. "lo bilang semalem ada acara makanya gak bisa ikut kita, jadi ini yang lo maksud?" tanya cowok itu tak kalah emosi.

Tanpa rasa bersalah cowok itu mengangguk, "ini acara penting gue!" jawabnya membuat Galang terkekeh.

Cakra menepuk kedua bahu Elang, "yang celakain Galang sama Viona itu anggota Antraxs El, lo kenapa malah di sini sama mereka?" bisik Cakra, mencoba untuk tidak membuat keributan.

"Elang udah resmi masuk ke Antraxs, dia udah keluar dari Zaxano!" suara nyalang itu dari Bara, cowok itu datang dari bilik belakang.

Galang terkejut, "Lo pengkhianat Lang?" kecam Galang, namun Elang justru tersenyum miring membalasnya.

GALVIO (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang