20. MALU APA SENANG?

2K 175 11
                                    

"Aduh, sakit banget nih gue. Gak ada yang mau ngobatin gue apa?" Celetuk Elang, dengan tampang memelas. Sambil mengelus-elus kedua pipinya, yang padahal tidak ada luka sama sekali di bagian itu.

Devano mendekati Elang, dan merangkul pundak cowok itu. "yang sakit sebelah mana bapak Elang yang terhormat?"

"Sebelah sini lah, gak bisa lihat Lo pake tanya segala?" Balas Elang, menepuk kedua pipinya.

Devano mengangguk singkat, "oh sakit banget ya pipi lo, saking sakitnya gak ada lukanya sama sekali. Keren-keren!"

Arga tertawa terbahak-bahak di tempat duduknya, "akting lo kurang bagus El, banyak-banyak latihan sana Lo!" Ledeknya.

Cakra duduk di samping Arga setelah mengambil es teh pesanannya, "positif thingking aja mungkin luka dalem" sahut Cakra, lalu meminum es teh miliknya.

Elang mencebikkan bibirnya, dan membuang nafas kasar. "Ah lo semua gak bisa di ajakkin kerjasama!"

"Ha?" Sahut Devano, bingung.

Reflek Elang langsung menoyor kepala cowok itu, "gue lagi nyindir Galang tolol, lihat noh mesra banget di pojokan!" Ujar Elang.

Devano, Arga, dan Cakra langsung menoleh ke arah sana. Benar saja, Galang dan Viona sedang duduk menyendiri dari teman-temannya seraya mengobati Galang.

"Awas-awas minggir, cantiknya gue mau lewat!" Ujar Devano, berdiri dan memberikan jalan untuk Dania dan Elena.

Dania yang mendengar itu langsung memasang raut wajah sinis, dan menatap Devano dengan tajam seolah ia tidak suka. "Thank you!" Ujar Dania, cuek.

"Your welcome!" Balas Devano, dengan senyuman menggodanya.

"Dan!" Panggil Arga tiba-tiba, membuat Dania menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. "What?" Tanyanya.

"Lo gak ada niatan mau ngobatin kita-kita?" goda Arga, sambil melirik kotak P3K yang dibawanya setelah meminjam dari mbak Susi.

Dania tertawa, "ogah, manja obatin sendiri Sono. Lagian luka gak seberapa minta di obatin!" Semprot Dania.

"Ntar gue anterin pulang Dan, serius dah" bujuk Arga, dengan tampang memohon. Secepatnya Dania mengibaskan rambutnya dan berbalik badan, "ogah, emang gue cewek apaan!" Balasnya, lalu berjalan menjauh.

Elang menggeleng-gelengkan kepalanya, "galak banget jadi cewek!"

Devano kemudian menghampiri Elena yang masih terdiam di tempat, cowok itu tersenyum manis ke arah Elena. "Ini buat gue ya?" Ucapnya, sambil menunjuk satu gelas es jeruk manis.

Elena yang dibuat berdebar hatinya karena di tatap oleh Devano, membuat dirinya sedikit oleng. "Ta-tapi ini buat temen-temen Elena" jawab Elena, grogi.

"Gapapa, bilang aja di ambil sama Devano gitu nanti mereka pada takut kok sama gue!" bujuk Devano, dengan nada yang sangat lembut. "Ya?" Tanya Devano, lagi.

Belum sempat Elena menjawab, Dania sudah menghampirinya lagi "Bagus lo ya godain sahabat gue!" Desis Dania, gadis itu menjewer telinga Devano. "Aw aw sakit Woi, lo pikir telinga gue mainan?"

Semuanya tertawa melihat Devano dan Dania, "kagak sakit begitu doang mah, satunya lagi dong di jewer!" Sahut Galang, dari bangku sebelah sana.

Viona langsung memukul lengan cowok itu, "heh gak usah ikut-ikutan!" Tegur Viona.

"Rasain Lo!" Ujar Dania, yang berhasil membuat Devano kesakitan.

Elena langsung menahan tangan Dania, "ih Dania gak boleh kasar jadi cewek!" Tegurnya.

GALVIO (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang