12. KECEWA

3K 238 22
                                    

"Akhirnya selesai juga latihannya, gila gue capek banget asli" keluh Dania, sambil merentangkan kedua tanganya dan berjalan keluar dari studio dance diikuti Elena dan Viona.

Viona tertawa pelan, "ini belum seberapa Dan, besok kalau udah mendekati hari H kita kompetisi. Kita semua latihannya bakalan lebih sering lagi" kata Viona, sambil mengunci pintu studio dance tersebut.

"Jangan pas waktu pulang sekolah dong Vi, kalau bisa tuh ya kita di kasih jamkos seharian buat latihan, paling enggak seminggu dua kali kek. Lo kan leader nih, lo bisa nego tuh sama kepala sekolah" sahut Elena, sambil menggendong tasnya yang sejak tadi hanya ia tenteng.

Selesai mengunci pintu, Viona lalu memasukan kunci tersebut ke dalam tasnya. "Iya deh, ntar gue usahain nego ke kepala sekolah demi lo berdua. Kurang baik apa coba gue?"

Dania tersenyum sumringah, "sahabat gue emang baik banget, makin sayang deh" ucapnya sambil memeluk Viona.

"Sayang Viona banyak-banyak" seru Elena, seraya ikut memeluk Viona erat. Yang membuat Viona susah bergerak.

Viona reflek menepuk-nepuk tangan kedua sahabatnya, "udah-udah ah jangan lebay, gue gak bisa gerak nih" keluh Viona. Secepatnya Dania dan Elena melepaskan pelukannya.

"Udah sore banget nih, yuk buruan ke depan" ajak Viona, lalu mereka berjalan menuju ke koridor utama sekolah.

"Lo di jemput Vi?" tanya Elena. Viona mengangguk.

Dania menoleh ke arah Viona "bareng gue aja yuk, kebetulan kita searah Vi sekalian gue mau jemput nyokap" tawar Dania.

"Nah bener tu Vi, lo belum di jemput juga tu kayaknya" sahut Elena. Secepatnya Viona menggeleng mengingat ucapan Galang tadi yang ingin menjemputnya.

Viona tersenyum kecut, "maaf Dan bukannya gue gak mau, cuma gue udah ada janji di jemput sama seseorang" lirih Viona.

"Galang maksud lo?" tanya Dania, tepat sasaran. Mau tidak mau Viona mengangguk.

Mereka bertiga berhenti, "makin deket aja lo berdua" kata Elena, Viona hanya diam menampilkan wajah datarnya.

"Yaudah kalau gitu kita pisah di sini ya, gue sama Elena duluan ke parkiran ya Vi. Lo hati-hati, kalau Galang macem-macem sama lo, secepatnya lo harus telfon gue" peringat Dania.

Viona mengacungkan jempolnya, "oke" ucapnya sambil tersenyum.

Setelah kedua sahabatnya pergi menuju ke parkiran, Viona lalu melangkah pergi menuju ke halte seberang sambil mencoba untuk menghubungi Galang.

Gadis itu duduk di kursi panjang halte, ia mengernyit kenapa Galang tidak mengangkat telfonya. Padahal cowok itu sendiri yang menyuruhnya untuk menelfonnya.

Viona menghela nafas panjang, mencoba kembali untuk menghubungi Galang namun nihil. Untuk yang ke-empat kalinya gadis itu menelfon Galang namun tetap saja tidak ada balasan.

Gadis itu lalu memilih untuk mengirim pesan saja kepada Galang, dan tidak ada balasan juga padahal waktu sudah mulai petang langit sudah mulai gelap.

Sekolah dan jalanan yang ada di hadapannya sudah sepi, Viona sedikit takut tapi ia mencoba untuk berfikir positif jika dirinya akan aman.

GALVIO (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang