Kenleta - 31

467 21 0
                                    

Jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Aletta sudah bersiap di depan kaca, memastikan ada yang kurang atau tidak dengan penampilannya sekarang. Cewek itu terlihat sangat cantik sekarang, ralat— Aleta sudah cantik setiap harinya tapi untuk malam ini level kecantikannya naik satu tingkat lagi.

Dengan make-up yang tidak terlalu tebal. Dress simple berwarna abu-abu tanpa lengan lengkap dengan heels yang senada.

Aleta menuruni anak tangga menuju ruang tamu, cewek itu dibuat heran dengan kehadiran papanya yang tumben jam segini sudah pulang.

"Papa kok tumben udah pulang?" tanya Aleta pada sang papa.

"Mau ngajak mama kamu makan malam, sayang."

"Eciee dinner gitu nih ceritanya," goda Aleta mendengar jawaban Wijaya.

Wijaya terkekeh saat mendapat godaan dari sang putri. "Iya dong biar ngga kamu aja yang kencan terus." Kini giliran pria itu yang menggoda putrinya. Wijaya dan Aleta jarang ada waktu untuk bergurau seperti ini karena pria itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Tapi perlu diketahui kalau meskipun jarang ada waktu tapi keduanya saling menyayangi bahkan saat ada momen seperti ini pasti akan mereka manfaatkan untuk mengobrol.

"Sering-sering ajak mama jalan deh pa, kasian mama di rumah terus bosen," saran Aleta agar kedua orang tuanya lebih romantis lagi meskipun umur pernikahan mereka sudah tidak muda lagi tapi harus tetap romantis. Gadis itu sangat senang jika kedua orangtuanya lebih sering meluangkan waktu berdua seperti yang akan mereka lakukan sekarang.

Wijaya mengangguk sembari tersenyum tulus menatap Aleta. "Cantik banget sih anak papa, mau kemana emangnya, hm?" tanya pria itu saat menyadari penampilan Aleta yang seperti akan pergi ke pesta. Wijaya benar, putri kesayangannya itu memang sangat cantik dengan segala kesederhanaan yang dia punya.

"Hehe, mau prom di sekolah pa."
Jawab Aleta sembari terkekeh ringan. Kini keduanya sudah duduk di sofa ruang tamu.

"Pantes udah cantik banget gini. Berangkat sama siapa emang? Papa anter aja ya?" Wijaya menawarkan untuk mengantar Aleta bukan karena apa tapi ia hanya khawatir jika putrinya berangkat menyetir sendiri. Masih teringat jelas dalam pikiran Wijaya saat kedua putrinya celaka ketika mengendarai motor sendiri tanpa ia antar malam itu. Bahkan sampai merenggut nyawa putri bungsunya.

Aleta menggeleng. "Engga pa, Aleta dijemput Kenan kok. Ngga papa kan?"

Wijaya mengelus puncak kepala Aleta. "Ngga papa dong kan sama Kenan. Yang penting jangan kemaleman ya pulangnya." Pria itu sangat mempercayai Kenan. Terlebih lagi karena dia juga sudah mengenal orang tua dan latar belakang kehidupan keluarga mereka. Jadi tidak perlu menaruh pikiran negatif pada cowok itu.

'Tok tok'

Obrolan mereka terhenti saat mendengar suara ketukan pintu. "Kayanya itu Kenan deh pa. Aku bukain dulu ya." Aleta berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.

Begitu pintu rumah Aleta terbuka. Terlihat jelas seorang laki-laki dengan setelan jas simple berwarna hitam. Dengan potongan rambut yang sepertinya baru. 

Wijaya langsung berjalan mendekati pintu saat tahu yang datang memang benar Kenan. "Masuk dulu, Kenan."

Kenan meraih tangan Wijaya untuk bersaliman. "Iya om makasih. Tapi ini maaf banget om saya mau langsung izin ngajak Aleta berangkat ke prom sekarang, soalnya udah agak telat."
Kenan sebenarnya sedikit tidak enak dengan papanya Aleta karena tidak mampir dulu padahal sudah ditawari.

Wijaya mengangguk paham. "Gitu ya? Iya udah deh kalian langsung berangkat aja biar ngga makin telat."

"Aleta berangkat dulu kalo gitu," cewek itu tidak lupa untuk bersaliman dengan papanya. "Pamitin ke mama juga ya pa," pinta Aleta karena memang Lisa sedang sibuk merias diri di kamarnya.

Kenleta Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora