Kenleta - 35

532 25 0
                                    

Setelah mendapat telefon tadi, Kenan mengantar Aleta menuju rumah sakit yang diberitahu pihak kepolisian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mendapat telefon tadi, Kenan mengantar Aleta menuju rumah sakit yang diberitahu pihak kepolisian.

Sepanjang perjalanan Aleta terus saja menangis. Kenan bingung harus bagaimana. Mau berbicara pun takut salah tapi jika diam saja juga akan lebih salah karena membiarkan perempuan yang ia sayang merasa sedih sendirian.

Kenan memberanikan diri mengusap punggung tangan Aleta. "Yang tenang, Ta. Semua akan baik-baik aja."

Aleta tidak menghiraukan apa yang Kenan lakukan. Gadis itu benar-benar memalingkan wajahnya kearah jendela dari tadi.

Sebenarnya Kenan juga kalut, pikirannya tidak fokus sekarang. Bagaimana bila sesuatu yang buruk terjadi pada kedua orang tua Aleta. Yang membuatnya berpikir negatif adalah kenapa yang menghubungi Aleta tadi pihak kepolisian. Kenapa tidak Tante Lisa atau Om Wijaya saja.

Sedangkan Aleta, yang dilakukannya hanya menatap kosong keluar jendela dengan air mata yang terus keluar dari kedua mata sendunya. Pikirannya menjadi blank sekarang. Perasaan takut kini menyelimutinya. Yang ia ingin hanya bisa segera sampai menemui kedua orang tuanya secepat mungkin yang ia bisa. Memastikan bahwa orang terpenting dalam hidupnya itu baik-baik saja.

Setelah kurang lebih satu setengah jam perjalanan. Aleta dan Kenan berhasil sampai di rumah sakit dengan selamat, mengingat bagaimana cepatnya Kenan mengendarai mobil tadi. Padahal saat berangkat memerlukan waktu hampir dua setengah jam tapi saat dalam keadaan seperti ini bisa ditempuh dengan kurun waktu satu setengah jam saja.

Aleta langsung berlari memasuki rumah sakit. Mencari pusat informasi rumah sakit untuk menanyakan dimana kedua orang tuanya berada.

"Maaf, Sus. Pasien korban kecelakaan atas nama Bapak Wijaya Arya dan Ibu Lisa Aliya dimana ya?"

"Tunggu sebentar ya, mbak." Suster dengan kerudung coklat bermotif itu langsung mencari daftar nama pasien pada layar komputernya.

"Pasien atas nama Bapak Wijaya Arya dan Ibu Lisa sudah berada di ruang jenazah. Mari saya antar."

Aleta yang mendengar penjelasan suster langsung membekap mulutnya dengan kedua tangannya.

Tubuhnya hampir limbung jika tidak ditahan oleh Kenan. Dengan pelan Kenan memegangi bahu Aleta agar terus berjalan mengikuti kearah mana suster mengantar mereka.

Sampailah ketiga orang itu di depan kamar jenazah yang sudah ada dua orang polisi di depannya dengan membawa barang-barang korban.

"Keluarga korban?" Tanya salah satu diantara dua orang polisi berbadan tegap itu.

Aleta mengangguk. "Iya Pak, saya anaknya."

Polisi itu menyerahkan barang-barang Mama dan Papa Aleta seperti tas beserta isinya.

Aleta menatap nanar barang barang tersebut dengan tangan yang bergetar.

Kenan dengan sigap mengeratkan pelukannya pada bahu Aleta. Memastikan gadisnya itu tidak sampai hilang keseimbangan lagi.

Kenleta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang