Kenleta 25

779 38 5
                                    

Aleta mengerjapkan matanya beberapa kali saat merasa kalau dirinya berada di tempat yang sangat tidak ia kenali. Mata Aleta melebar saat menyadari kalau tangannya terikat ke belakang punggung. Rasanya ingin sekali dia berteriak sekeras mungkin meminta pertolongan tapi mulutnya tertutup rapat dengan lakban hitam. Aleta kembali melihat sekelilingnya, memastikan sebenarnya dia sedang berada dimana.

Ruangan ini hanya di terangi cahaya dari lampu bohlam berwarna kuning, dengan barang-barang yang berserakan dan debu yang sangat mengganggu indra penciuman Aleta. Gadis itu mencoba mengingat kembali apa yang terjadi padanya sebelum ia pingsan.

Flashback on

Aleta sedang berjalan menyusuri jalanan yang lumayan sepi karena hari sudah menunjukkan pukul tujuh malam, sambil membawa sekantong plastik yang ukurannya lumayan besar berisi makanan ringan dan beberapa keperluan dapur yang ia beli di supermarket tak jauh dari rumahnya.

BUGH!

Aleta dapat merasakan sesuatu yang keras menghantam kepala bagian belakangnya. Kepalanya langsung berdenyut hebat sampai akhirnya gadis itu tidak melihat apapun selain kegelapan.

Flashback off

Ya, Aleta ingat. Tadi dia pergi ke supermarket sendirian. Aleta tidak tahu siapa yang memukul kepalanya sampai dia pingsan.

Cklek!

Ditengah cahaya yang minim, Aleta dapat melihat kalau seseorang memasuki ruangan ini dan berjalan mendekatinya. Semakin dekat jarak orang itu dengan Aleta, semakin gadis itu menyipitkan matanya agar bisa melihat siapa yang melakukan semua ini padanya.

"Akhirnya lo bangun juga."

Aleta terkejut bukan main saat tahu siapa pemilik suara itu. Seseorang yang selama ini sangat ia kenal. Bahkan, Kenan juga sangat mengenali orang itu.

"Kenapa? Kaget ya?"

Setelah memejamkan matanya beberapa detik lalu kembali menatap orang yang ada di depannya. Berharap kalau semua ini tidak benar, tapi ternyata semua masih sama, bukan mimpi.

KRAKH!

Aleta menggeram saat lakban yang menutup mulutnya ditarik dengan kasar. Sakit, itulah yang ia rasakan.

"Kenapa lo kaya gini, Dy?!" Dengan mata berkaca-kaca Aleta berbicara dengan seseorang di depannya yang sama sekali tidak menunjukkan raut muka yang ramah seperti biasanya. Dia Audy, demi apapun Aleta tidak menyangka kalau Audy bisa melakukan hal ini.

"Lo masih tanya gue kaya gini karena apa? Bego! Lo pikir gue baik-baik aja lo sedeket itu sama Kenan?!" Dengan kasar Audy menarik rambut Aleta ke belakang membuat Aleta meringis pelan.

Audy mengeluarkan pisau lipat yang ada di saku celananya lalu ia arahkan ke pipi kanan Aleta.

"Dy, tolong jangan gini. Kita bisa bicarain semuanya baik-baik." Ujar Aleta yang mulai takut kalau pisau itu mengenai kulitnya.

"Gue bakalan lepasin lo kalau lo juga ngelepasin Kenan."

Dari awal memang Audy masih mencintai Kenan tapi dia berusaha menerima kalau cowok itu sudah tidak memiliki perasaan yang sama dengannya. Tapi, setelah Aleta semakin dekat dengan Kenan, Audy mulai muak dengan Aleta. Karena menurut Audy, Aleta hanya pura-pura baik selama ini di depan Kenan. Audy pikir, Aleta sebenarnya tidak sebaik itu dengan membiarkan Kenan dan dirinya sedekat itu meskipun hanya sebatas sahabat.

"Lo ngomong apa sih?! Kenan pacar gue, dan lo cuma sahabat buat dia!" Aleta berkata dengan kerasnya.

PLAK!

Kenleta Where stories live. Discover now