Kenleta - 15

671 53 50
                                    


Suasana kelas XII MIPA 1 seketika langsung hening saat Bu Santi memasuki kelas itu dengan tenang. Semua tatapan murid di dalam kelas tertuju pada wanita itu. Dibalik keanggunannya terdapat sifat yang benar-benar ditakuti semua murid SMA Nusantara. Bu Santi terkenal guru paling galak, benar-benar tidak cocok jika dibandingkan dengan wajahnya yang cantik.

Bu Santi duduk di kursi guru lalu mengeluarkan buku absen dan mengabsen satu persatu murid yang ada di kelas Aleta. Setelah selesai mengabsen, Bu Santi menanyakan tugas yang dia berikan untuk dikumpulkan yang sontak langsung membuat Aleta terkejut pasalnya cewek itu ternyata lupa belum mengerjakan.

"Sekarang kalian kumpulkan tugas proposalnya."

Aleta membelalakan matanya. "Mel, emang ada tugas bikin proposal?"

Melody mengeluarkan proposal dari dalam tasnya dan ikut membelalakkan matanya kearah Aleta saat mendengar pertanyaan cewek itu barusan. "Jangan bilang lo belum ngerjain, Ta?!"

"Sumpah gue lupa, Mel kalau ada tugas bikin proposal," Aleta menggigit bibir bawahnya. Dia cemas bukan main memikirkan apa yang akan terjadi padanya kalau sampai Bu Sinta tahu dia belum mengerjakan.

Aleta dan Melody terlalu panik memikirkan hukuman yang akan didapat Aleta nanti, sampai mereka tidak menyadari kalau Bu Sinta sedang memperhatikan kearah mereka. "Aleta! Melody! Mana tugas kalian?!"

Keduanya saling bertatapan. "Mm.. t-tugas saya ketinggalan, Bu."

Tatapan Bu Sinta beralih ke Melody. "Kamu juga, Melody?!"

Melody menatap Aleta, merasa tidak enak kalau dirinya mengumpulkan tugas sedangkan Aleta dihukum, padahal biasanya Aleta yang selalu mengingatkannya tentang PR.

Melody melangkahkan kakinya kearah meja guru dan meletakkan proposalnya disana lalu kembali berjalan ke bangkunya.

"Aleta! Kamu lari lapangan basket dua puluh kali! Dan lagi, jangan masuk sebelum jam pelajaran saya selesai."

Mata Aleta melebar saat mendengar hukuman dari Bu Sinta. Menelan ludahnya dengan susah payah lalu bangkit dari duduknya.

"Maaf Bu, proposal Aleta sebenarnya ada di saya, tapi saya lupa membawanya, jadi semua itu salah saya." Reihan berjalan mendekati Bu Santi.

Aleta terpaku mendengar penjelasan Reihan barusan. Padahal jelas-jelas dia memang belum mengerjakan, bukan karena proposalnya dibawa Reihan, melainkan memang karena dia lupa.

Bu Santi semakin geram dengan keduanya. "Aleta! Reihan! Sekarang kalian lari seperti yang saya perintahkan tadi!"

Aleta berjalan menuju lapangan basket diikuti dengan Reihan dibelakangnya. Cewek itu benar-benar tidak habis pikir dengan Reihan, padahal dia sudah membawa tugas proposal miliknya tapi malah mengaku tidak membawa.

"Kenapa sih lo bilang kaya tadi?" tanya Aleta saat mereka sudah mulai berlari kecil mengelilingi lapangan.

Reihan menyeimbangi langkah kaki Aleta yang tidak terlalu cepat larinya. "Emangnya lo mau lari keliling lapangan sendirian?" Alis kiri Reihan terangkat.

"Ya mau gimana lagi.." lirih Aleta yang langkahnya semakin pelan karena cewek itu sudah mulai capek padahal baru dua putaran.

Reihan mengacak rambut Aleta. "Ya makanya gue temenin. Mana tega sih gue ngebiarin lo lari sendirian."

Reihan ikut menghentikan langkahnya saat Aleta tiba-tiba berhenti berlari. Cewek itu membungkukkan badannya, kepalanya menunduk dengan tangan yang memegang lutut.

Tangan Reihan memegang pundak Aleta. "Ta? Lo ngga papa kan?"

Aleta menegakkan tubuhnya lalu menggeleng sembari menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Ngga papa kok."

Kenleta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang