Kenleta - 29

446 24 6
                                    

Aleta dan Alvaro duduk di samping jendela yang langsung menghadap ke gedung-gedung tinggi di sekitar mall.

"Yaah, pake hujan segala lagi." Keluh gadis di depan Alvaro itu. Matanya masih terus melihat keluar jendela, memastikan apa hujannya akan segera reda atau akan terus turun menemani mereka berdua berbincang di tempat ini. "Kayanya bakalan awet deh, mendungnya putih gitu."

Tidak heran kalau tiba-tiba turun hujan, karena memang sejak tadi sudah mendung menandakan akan segera turun hujan. Tapi kan kadang mendung belum tentu hujan juga.

"Kenapa sih emang kalo hujan? Biasanya juga seneng main hujan-hujanan." Alvaro tau benar kalau Aleta sangat suka hujan. Sebaliknya, Aleta juga tahu kalau cowok itu suka senja.

"Ya kalo hujan mana bisa pulang, naik taksi tadi tuh kesininya."

"Bilang aja minta dianterin pulang, pake segala kode-kodean," goda Alvaro pada gadis cantik yang rambutnya dicepol asal itu.

Aleta menyipitkan matanya. "Siapa juga yang minta dianterin."

"Masih aja gengsinya digedein. Kurang-kurangin lah, ntar Kenan nyari yang lain baru deh nangis-nangis." Alvaro kembali menyeruput kopi yang sudah setengah dingin di depannya.

"Doanya jelek amat sih pak."

Kenan terkekeh melihat wajah Aleta yang sedang nenatapnya dengan sinis. Bukannya takut, Alvaro malah gemas melihatnya. "Btw kok tumben jalan sendiri?"

"Tadi tuh rencananya mau minta temenin mama, eh ternyata ada arisan. Jadi yaaa pergi sendiri aja, sekalian me time." Aleta meneguk minumnya yang sedikit lagi akan habis itu.

Aleta dan Alvaro sama sekali tidak ingat waktu, bahkan keduanya sudah duduk dan ngobrol lebih dari sejam disini. Obrolan mereka selalu nyambung memang, apalagi dengan suasana hujan seperti sekarang.

-

Kenan sedang mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, dia baru saja pulang nongkrong dengan teman-temannya. Ya, memang sehabis pulang sekolah tadi dia tidak langsung pulang, malah ngopi dulu.

Sesampainya di rumah cowok itu langsung membersihkan diri dan menyiapkan buku yang akan ia bawa untuk belajar dengan ditemani Aleta nanti.

Dalam hati Kenan rasanya seperti ada bunga-bunganya, ya karna apalagi kalau bukan karna akan bertemu dengan gadisnya.

Kenan melihat jam tangannya sekilas, tepatnya sekarang sudah jam enam sore.
Segera ia meraih kunci mobil dan menuju mobilnya yang ia biarkan terparkir bebas di halaman rumah.

Sesampainya di depan rumah Aleta, cowok itu langsung menghubungi gadis itu. Rumahnya terlihat sepi, pagarnya tertutup dan lampu kamar Aleta pun juga mati.

Karena merasa tidak ada sahutan dari yang ia telepon, cowok itu memutuskan untuk memasuki rumah Aleta.

'Tok, tok'

"Eh, ada den Kenan," ujar seorang wanita paruh baya yang membukakan pintu.

"Aletanya ada, bi?" tanya Kenan sembari tersenyum sopan.

"Loh, non Aleta belum pulang den, keluar dari tadi sore. Ngga bilang juga mau kemana." Terlihat sedikit raut bingung di wajah bi Marni. "Saya pikir tadi sama aden perginya."

"Engga bi, ngga sama saya. Janjian sama sayanya malem soalnya." Kenan berpikir sebentar lalu mengangguk paham. "Yaudah kalo gitu saya permisi dulu ya, bi." Pamit Kenan lalu menuju mobilnya yang ia parkir di luar pagar rumah Aleta.

Kenleta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang