Johnny Lagi

729 180 32
                                    

Mila menendang batu kerikil di depannya, ujung sepatu mahal itu digunakan untuk menekan-nekan aspal tanpa asalan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mila menendang batu kerikil di depannya, ujung sepatu mahal itu digunakan untuk menekan-nekan aspal tanpa asalan. Entah mengapa sore menjelang malam ini hatinya gundah, tidak melihat wajah Yuta sepulang sekolah tadi membawa kekhawatiran di benak anak itu.

"Yuta ninggalin aku, " keluhnya sembari cemberut.

Dia tidak senang hati jika ternyata Yuta benar-benar meninggalkannya, padahal mereka memiliki janji kelingking untuk selalu bertukar kabar di gerbang sekolah. Mila akan mengantar Yuta hingga anak laki-laki itu menutup pintu angkutan umum, melambaikan tangannya seraya melompat-lompat girang.

"Tapi tadi dia baik-baik aja kok, Yuta juga ketawa. Masa dia tiba-tiba marah." Mila kembali menendang batu kerikil, berjalan ke arah pagar hitam setinggi tiga meter. "Tolong buka pintu, Pakde!" teriaknya.

Gerbang tinggi itu terbuka, menampilkan rumah megah yang berdiri di tanah 600m². Pakde yang berada di pos depan menyambut Mila dengan senyuman, pria tua itu menunduk sopan kepada nona kecil rumah ini.

"Nona Mila tidak bawa sepeda listrik?" tanya Pakde pelan.

Dahi anak itu mengernyit, mulutnya terbuka lebar. "Sepeda listrik? Ha! Sepeda listrik Mila kemana?" teriaknya kala sadar bahwa sepeda listrik yang biasanya terparkir dekat pos Pakde tidak ada ditempatnya.

Kepala Mila menoleh ke segala arah, dia berlari kesana-kemari mengitari halaman rumah yang besar mencari si merah, sepeda listrik kesayangannya. 

"Nona Mila memang tidak bawa si merah ke sekolah? Biasanya tidak mau di antar supir karena si merah. Padahal, kata pelayan bagian dapur si merah sudah di cas penuh, " adu Pakde sembari mengambil tas Mila yang dilempar anak itu lantaran kesal.

__-__

"Memang tadi nona Mila kemana aja?" tanya salah satu pelayan bagian dapur, tangan perempuan muda itu menaruh piring berisi steak dan mashed potato yang ditambah taburan oregano.

Mila yang sudah berganti pakaian dengan baju santai bergerak gusar di atas kursi, jemarinya mengetuk-ngetuk meja makan yang hanya diisi olehnya.

"Tadi sehabis pulang sekolah aku ke supermarket, terus jalan-jalan keliling taman, makan es krim di tempat biasa. Dan langsung pulang ke rumah, aku gak ingat tinggalin si merah dimana."

Mila menyambar garpu, menusuk steak yang sudah dipotong segigit dan mengunyahnya buru-buru. "Habis makan, aku cari si merah. Kalau Bunda pulang, bilang aja aku ambil les piano malam ini. Jangan bocor ya, Mba. Atau enggak, " ujarnya sembari mengarahkan garpu ke lehernya, layaknya orang yang akan mengiris nadi.

__-__

Jikalau benda berbentuk persegi panjang itu adalah manusia, mungkin dia sudah mengomel lantaran anak perempuan bersurai sebahu tidak ada henti-hentinya menekan layarnya rusuh sembari berteriak tak jelas.

Yuda | YutaWhere stories live. Discover now