Bukan Orang tua

755 165 25
                                    



Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Jika kamu mencari keluarga dengan silsilah yang amat sempurna. Mungkin kamu bisa menyapa keluarga Al-hanan, keluarga dengan segudang bibit unggul dan manusia berprestasi.

Anak cucu keluarga Al-hanan tidak ada yang gagal, bahkan kata sempurna sepertinya tidak dapat menggambarkan mereka. Beberapa memiliki perusahaan berbagai bidang, sebagian menjadi tenaga medis unggul, dan sisanya menjadi orang-orang yang paling dicari satu negara.

Sempurna, tak ada celah sedikitpun. Begitulah keluarga Al-hanan berjalan, mulus layaknya jalan tol yang baru saja di aspal.

Anak dari si bungsu Heru Al-hanan akan segera hadir, semua berharap bayi kembar yang ada di perut istri Heru adalah calon penguasa bangsa.

Ya, mereka terlalu berekspektasi tinggi. Karena Heru dan Lusi, istri si bungsu Al-hanan adalah definisi kesempurnaan. Lusi adalah desainer handal, sedangkan Heru memiliki perusahaan manufaktur yang cukup besar di Jakarta.

Namun saat si kembar lahir, semua mimpi yang digantung oleh Heru dan Lusi jatuh berantakan. Alam semesta yang tadinya berputar, perlahan berhenti dan planet-planet saling bertabrakan. Hancur, lebur, tak bersisa.

"Kedua anak Bapak dan Ibu lahir dengan selamat, tapi mohon maaf salah satu dari mereka bisu. Mungkin ini adalah faktor genetika. Apa ada anggota keluarga Bapak dan Ibu yang bisu juga?"

Pernyataan dan pertanyaan dokter benar-benar diabaikan oleh sepasang suami istri itu, mereka terlalu larut dengan kecacatan anak mereka. Heru yakin dia akan di asingkan jika Papa dan Mama mengetahui hal ini, dia belum siap jika perusahaannya bangkrut.

Lagi-lagi begitulah keluarga Al-hanan berjalan, mereka akan membuang anggota yang menjadi sampah bagi mereka.

"Tidak ada satu pun anggota keluarga Al-hanan yang bisu, Heru. Tidak ada!" teriak Papa.

Pria berumur enam puluh tahun itu marah besar. Dihadapannya sudah ada Heru yang terduduk, bersimbah darah karena dipukuli oleh ajudan sang papa. Heru merengsek maju, memeluk kaki Papa.

"Saya mohon, Papa. Saya yakin dia akan berprestasi seperti saya atau Lusi, saya yakin bisu bukan menjadi halangan untuk membanggakan Al-hanan, " lirihnya pelan.

Papa menendang tubuh si bungsu, melepaskan tubuh kotor Heru dari kedua kakinya yang terbalut celana mahal.

"Saya pegang perkataanmu, Heru. Jika semua yang tadi hanya omong kosong, kamu saya keluarkan dari anggota keluarga!"


__-__


Yuda dan Yuta, mereka bayi yang tampan. Mereka mirip sekali, terkadang Lusi sulit membedakan. Lusi amat menyayangi keduanya, dia bahkan menyiapkan kamar besar dan penuh dengan hiasan warna-warni. Baju-baju serupa juga diisi di masing-masing lemari kamar keduanya.

Yuda | YutaWhere stories live. Discover now