Sejalan Belum Tentu Benar

392 67 6
                                    

Untuk empat serangkai yang notabenenya remaja berkecukupan, masuk keluar pusat pembelajaan ternama adalah hal biasa. Apalagi Tei, dia bahkan bisa dibilang sudah muak dengan hingar bingar ini jika saja Gefa, si paling muda, tidak merengek meminta makan bersama di tempat ini.

"Emangnya mau makan apaan sih, Gef?" tanya Wira bingung lantaran mereka berputar-putar saja seperti orang linglung di Mall. "Kalau lo mau ngerjain gue mending gue pulang dah, waktu tidur gue berharga, " lanjutnya seraya melangkah ke esklator, mengikuti Gefa.

Gefa membalikkan badannya, telunjuknya berada di depan bibir. "Bawel banget lo, Winarti. Kita ini mau makan bersama di restoran kesukaan Yuda, " ujarnya semangat. Yuda yang namanya disebut mengernyitkan dahi, dia tiba-tiba saja lupa restoran mana yang pernah jadi  favoritnya.

Tei yang mengekor di samping Wira memberhentikan langkahnya di depan pintu restoran yang dimasuki si termuda. "Gefa sialan! Lo muter-muter cuma karena resto ayam gorang!" teriak Tei marah, tangannya hampir saja memukul pintu kaca jika saja Yuda yang memasang muka kebingungan tidak merangkul dan menyeretnya masuk.

Jangan tanyakan keadaan Wira, wajah anak itu sudah merah merona, bukan karena marah, namun karena wanita muda di balik kasir di depan sana amat cantik dan mempesona. Wira yakin perempuan itu masih SMA atau anak kuliahan semester awal.

Rambut dikuncir tinggi, memakai topi, poninya dibiarkan memenuhi jidat hingga alis menambah kesan lucu yang makin membuat pipi Wira memerah. Yuda yang melihat itu rasanya ingin muntah, Wira seperti anak baru puber, ya memang begitu sih kenyataannya.

"Halo, selamat datang. Mau pesan apa, Dek?" tanya perempuan itu seraya tersenyum manis, bukannya menjawab Wira malah terdiam salting gak jelas. "Kami ada menu baru, bisa lihat disini untuk paketan lima orang." Perempuan dengan name tag Mlea itu menyodorkan telapak tangannya untuk menunjuk kertas menu yang berada di samping kasir.

Tanpa sadar Wira juga ikut meyodorkan tangannya dan mengenggam tangan Mlea layaknya bersalaman. "Eh!" pekik perempuan itu kaget, lantas menarik tangannya cepat.

Wira yang sadar dengan kebodohannya ikut terkejut, dia menggeleng kepala. "Eh, maaf, Mba. Saya pesan paket lima orang dan es krim sundae-nya dua cup, " ucapnya begitu cepat lantaran gugup dan malu bukan kepala.

Si termuda menahan tawanya, lebih tepatnya mulut Gefa dibekap oleh tangan Tei yang masih kesal. Sedangkan Yuda tersenyum canggung melihat perilaku aneh temannya. "Ini uangnya, Mba. Kembaliannya untuk uang tip." Yuda menyodorkan empat lembar uang kertas berwarna merah, lalu menarik tangan Wira yang masih saja tergugu di depan kasir.

"Malu-maluin banget najis!" pekik Yuda kesal seraya mendorong bahu Wira hingga anak itu duduk di kursi. 

"Najis mughallazah atau mukhaffafah, Bang."

Yuda mendelik ke arah Gefa. "Sholat aja gak pernah, gimana tau jenis najis, " sarkas Tei yang masih dalam keadaan mood sangat amat super mega buruk. 

"Ngomong sama para tahanan kebun binatang gak ada habisnya!" Yuda meninggalkan ketiga temannya, berjalan ke arah tempat saus. Matanya melirik cup kecil yang biasanya digunakan orang-orang untuk menjadi wadah saus, tapi memakai cup itu bukanlah gaya Yuda.

Anak itu kembali ke kasir dan meminta piring kosong, lantas menekan pompa saus beberapa kali hingga satu piring itu berisi lautan cairan kental berwarna merah. Pelanggan lain yang melihat itu menatap Yuda bingung, namun Yuda mana sadar dengan itu semua karena fokus mengambil saus kesukaannya.

Saat kembali ke meja, Tei hanya bisa menggeleng kepala, menghembuskan napasnya berat. "Kenapa temen gue gak ada yang bener, " ucapnya lirih seakan ingin menangis.

Benar saja mereka tidak lama berada di pusat perbelanjaan, setelah makan mereka pulang ke rumah Tei untuk main play station

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Benar saja mereka tidak lama berada di pusat perbelanjaan, setelah makan mereka pulang ke rumah Tei untuk main play station. Yuda tidak terlalu suka dengan permainan itu, namun Yuta sangat menyukai itu. Ah... masa lalu yang cukup menarik jika dikenang lagi.

"Gopud kali ya?" celetuk Gefa yang baru saja mengambil duduk di karpet setelah menyalakan play station.

"Kita baru makan, Gefa!" teriak Wira, dia menarik napas untuk melanjutkan ucapannya, namun sudah dipotong oleh Gefa. "Gopud minuman, Wir. Santai kepana, lo kayak bocah baru puber aja, emosi gak stabil."

"Sialan! Gue udah puber ya! Batang gue lebih gede dari lo bocil!" balas Wira menggelegar.

"Nyenyenye, " ledek Gefa, membuat Wira ingin mendodorkan celananya lantaran ingin membuktikan diri bahwa dia sudah melewati masa puber, Wira sudah kelas dua SMP asal kalian tahu.

"Woi! Woi! Tenang!" Yuda berdiri dari duduknya dan menerjang Wira agar tidak melanjutkan aksi tak senonoh. Namun Yuda kebablasan, dia malah membuat Wira jatuh dengan dirinya di atas anak laki-laki itu.

"Bisa gak dilelang aja? Asli gue mau nangis, " ucap Tei seraya mengusap air yang sudah ada di ujung matanya. "Eh, lo mau kemana, Gef?" tanya Tei saat melihat Gefa berdiri dari duduknya dan perlahan berjalan menuju pintu keluar.

"Gojik gue sampe!" teriaknya seraya berlari kecil. Tei yang mendengar tutur kata Gefa lantas berdiri, mengejar bocah itu lantaran bingung mengapa bisa gopud bisa tiba secepat itu, jangan-jangan naik buroq.

Gefa membuka pintu besar rumah Tei, memakai sandal pink yang entah punya siapa dan menghampiri Abang gojik yang berhenti di dekat air mancur halaman depan. "Apa kabs, Bang. Tumben cepet amet?"

Abang gojik membalas sapaan Gefa yang sebenarnya ini juga pertama kali dia bertemu dengan Gefa. Abang gojik yang hendak menaruk helm yang melingkar di tangannya terkejut karena Gefa menyambarnya dan memakainya.

"Ayok, Bang. Ikutin maps aja, " ucap Gefa yang sudah duduk di jok belakang.

"GEFA! LO PESEN GOPUD BUKAN GOJIK!"

Abang gojik yang tidak tau apa-apa

Abang gojik yang tidak tau apa-apa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.















Halo, maaf saya baru bisa update. Dan maaf juga kalau ceritanya menjadi kurang menarik lantaran pembawaan saya yang sedikit berubah karena sudah lama tidak menulis. Selamat menikmati dan terimakasih banyak.



Yuda | YutaWhere stories live. Discover now