Awal yang baru

19.1K 1.3K 25
                                    

Gadis itu berkutat dengan serangkaian berkas yang menumpuk, pandangan nya tertuju pada layar laptop yang tak pernah mati selama 24 jam. Seluruh lantai dipenuhi oleh kertas dan suara printer tak pernah habis terdengar.

Rambut kusut, kedua mata berkantung hitam serta wajah yang pucat seperti mayat. Gadis itu memforsir tubuh nya untuk terus berkerja demi menyelesaikan skripsi nya dan menjalani kehidupan bebas.

Tinggal beberapa perbaikan lagi maka ia akan selesai dan dapat beristirahat. Dering dari ponsel nya terdengar, benda pipih itu terus ribut akhir-akhir ini membuat nya jengah.

Mau tak mau akhirnya ia mengangkat telpon agar seseorang diujung sana puas setelah mendengar suara nya. "Valery kemana saja kau sampai tidak ada kabar akhir-akhir ini?"

"Aku sibuk." Sahut Valery sedangkan kedua tangan nya masih lincah menari diatas keyboard.

"Ah aku tahu kau sangat berambisi untuk cepat wisuda, tetapi kau juga manusia bukan nya robot. Kau bisa mati jika terus-menerus berkerja seperti itu." Orang diujung sana terus saja mengomel sampai mood Valery yang buruk terasa makin buruk.

"Langsung saja sebenarnya apa yang ingin kau katakan?"

"Kau bisa memeriksa ceritaku? Aku membuat sebuah novel baru bertemakan historical romance."

"Tidak aku sibuk." Sahut Valery langsung, ia menghela napas lega ketika akhir nya skrip-shit nya selesai.

Gadis diujung sana terdengar memelas berusaha merayu Valery dengan makanan dan benda-benda. Ia tahu jika ini tidak akan selesai dengan penolakan sampai akhirnya Valery berkata dengan lelah.

"Kirimkan salinan file nya padaku melalui email. Setelah itu jangan ganggu aku lagi sampai tahun depan."

"Ya akan kukirim kan segera! Tak!"

Panggilan itu berakhir, Valery menerima email dari teman semasa mereka masih mengenakan rok biru.  Astaga tubuh nya benar-benar mati rasa, tetapi ia harus menyelesaikan ini sebelum berhibernasi.

Sahabat nya menyusahkan nya ini adalah seorang penulis, baru-baru ini saja ia mengambil peran sebagai editor dan menerima bayaran yang lumayan. Dia memang tidak hitung-hitungan mengenai gaji tetapi jam kerja dan tugas-tugas nya sangat gila karena tidak mengenal waktu dan tempat.

Saran nya tadi adalah omong kosong, jelas-jelas dia hanya ingin menjejalkan perkerjaan baru. "Sulit untuk menolak orang yang selalu bersikap baik apalagi jika dia memiliki banyak uang."

The protagonist's love

Ketika Valery membaca judul yang terlampir di layar laptop nya bergidik geli. Apakah ini tentang seorang pemeran utama wanita yang jatuh cinta pada karakter pria?

Pada pembuka dimulai dengan menceritakan tentang seorang karakter penjahat bernama Valery of Rothesay putri bungsu dari seorang Duke Lewis, yang merupakan tunangan resmi dari sang putra mahkota kerajaan Osmon.

Sang pangeran yang jatuh cinta pada karakter protagonis wanita pada akhirnya berusaha lepas dari ikatan nya dengan si penjahat Valery. Merasa terkhianati dan cemburu Valery berusaha membunuh protagonis wanita namun Pangeran menghentikan nya.

"Euh, apa-apaan alur ini? Ini bahkan lebih menggelikan dari cerita Lady Olivia yang pada akhirnya menikah dengan karakter sampingan. Yah semua orang menyangka jika dia akan menikah dengan pangeran Hanry tapi siapa yang tahu kalau dia malah bersama dengan orang lain?" Gumam Valery pada dirinya sendiri.

"Sebentar, nama pemeran penjahat ini terasa familiar .... Seperti, namaku?" Bangs*t gadis gila ini tengah mengutuk nya atau berusaha menjelek-jelekkan nya?

"Apa maksudnya cerita ini Q? Kau mengutukku?" Tanya Valery melalui sambungan telpon ketika gadis diujung sana mengangkat nya.

Lama tidak terdengar sahutan sampai akhirnya Q menjawab dengan santai.

"Oh tidak juga."

"Lalu?"

"Aku malas mencari nama dan namamu terdengar cantik sekaligus jahat di telingaku jadi ya ... Begitulah."

Valery menghela napas panjang ia sudah membaca seperempat cerita itu, dimana pada akhirnya sang tokoh utama pria lebih memilih bersama protagonis dan menjatuhkan hukuman mati untuk Valery.

"Kalau aku jadi kau, aku akan mengganti alur ini secara keseluruhan. Terlalu membosankan melihat penjahat mati karena cinta dari tokoh utama pria yang sok dingin." Omel Valery pada Q ia mengusap mata nya yang mulai berkedut pusing, tanda jika ia telah mencapai batas nya. Entah mengapa tubuhnya berkeringat dingin.

"Yah sebagai tokoh protagonis yang sangat cantik memang sayang melihat nya mati di penjara itu." Sahut Q mengiyakan perkataan sahabat nya.

Entah mengapa ada perasaan berat di dada Valery yang membuat nya sesak. Ruangan itu mulai terasa pengap dengan sesuatu terasa menusuk jantung nya, perasaan seolah-olah tombak tengah menebus punggung serta dada nya. Sakit yang luar biasa itu secara tiba-tiba membuat Valery sesak napas, ponsel nya terjatuh entah kemana. Tangan nya berusaha menggapai kearah rak yang menyimpan obat-obatan nya.

Apa ini maag nya kambuh? Ia memahami belum menyentuh makanan selama 3 hari tetapi mengapa rasa sakit nya lebih intens dibandingkan itu.

Jantung nya berdebar dua kali terasa lebih menyakitkan hingga Valery menjerit menekan dada nya, mencoba untuk bernapas. Rasanya seperti berusaha menghirup udara di ruang hampa.

"Valery kau baik-baik saja? Val katakan sesuatu padaku?! Hei! Aku akan datang kesana ... Tolong tunggu aku!" Tubuh Valery terjatuh ketika merasakan kepala nya seperti dipukul oleh palu godam. Tangan nya menggenggam obat ketika ia berusaha meraih gelas diatas meja tangan nya malah menyenggol lilin aromaterapi yang perlahan menyambar kertas-kertas diatas lantai.

Rasa sakit membuat nya mati rasa hingga hanya dapat mengedipkan mata nya dan melihat bagaimana ruangan itu terbakar. Kedua mata tertutup secara perlahan disaat ia menghirup asap yang menambah rasa sesak di jantung nya.

Samar-samar ia melihat bagaimana sahabat mendobrak pintu dan menjerit melihat keadaan yang sudah setengah terbakar. Setelah itu semua suara berisik tersamarkan oleh denging nyaring dari telinga dan kemudian semuanya hilang.

Lullaby Of The Sorrow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang