41•

3.2K 427 3
                                    

Ketika waktu nya tiba Valery terus mencoba menyembunyikan diri dibalik sebuah pilar. Ia tidak berani mengantar Margaretha pergi, Valery takut akan menangis karena harus berpisah dengan sahabat nya.

Duke Lewis mencari keberadaan Putri nya sebentar lagi Margaretha harus pergi tapi menahan kepergian nya karena terus menunggu Valery. Dia menemukan siluet yang mengintip dibalik pilar.

"Margaretha dia ada di pilar itu." Duke memberitahu Margaretha keberadaan Valery.

"Dia itu bahkan sampai akhir terus saja bersembunyi." Keluh Margaretha lalu mengangkat rok gaun nya dan menerjang Valery yang bersembunyi. "Kenapa bersembunyi disini? Kau seharusnya mengantar aku pergi dengan senyum lebar."

Valery tertangkap hanya tertawa kecil dia membalas pelukan Margaretha. "Aku tidak mau melakukan hal merepotkan seperti itu."

Hubungan persahabatan itu terasa lebih kental seperti saudara. Dua orang yang dipertemukan dalam keadaan tragis, salah satunya dibuang dan yang lainnya kehilangan. Berusaha saling menguatkan serta menyembuhkan...

"Hati-hati dijalan ya, kau harus bahagia. Jauh lebih bahagia dari pada saat bersama kami disini." Valery mengusap punggung Margaretha, tidak ada yang menangis keduanya sama-sama bahagia untuk satu sama lain.

"Kau juga harus ingat pesanku. Jangan dulu memiliki anak ingat! Biarkan aku menjalani kehidupan pernikahan dulu selama 2 tahun, tidak 1 tahun setelah itu silakan kabari aku sebagai ibu asuh."

Wajah Valery sudah merah hanya dengan mendengarkan kata-kata Margaretha. Dia mendorong-dorong gadis itu masuk kedalam kereta dan menutup pintu nya rapat. "Tuan Marquess jangan biarkan wanita ini datang kemari sebelum memberikan aku seorang keponakan." Ujar Valery mengantar mereka pergi.

Margaretha melotot tapi tidak bisa melakukan apapun karena kereta sudah bergerak. "Kau harus ingat pesanku Valery! Jangan berpikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan!" Teriak Margaretha sambil mengeluarkan kepala dari jendela.

Valery melambaikan tangan nya penuh haru, dia berpura-pura mengusap air mata yang tidak pernah ada.
"Cih, tadi aku sedih karena dia pergi, tapi  sekarang aku merasa bebas. Hahaha..."

Duke Lewis menggeleng saat putri nya menggelendot pada nya, putri nya secara sembarangan minta digendong di punggung. "Ayah lihat itu! Kebebasan di depan mata! Ayo kita sambut dengan bermalas-malasan seharian." Valery menepuk pundak sang Ayah agar mereka segera pergi dari sana.

Vincent yang sejak awal menjadi pengamat tidak bisa menahan diri untuk menghela napas. "Margaretha benar, bayi tidak bisa memiliki bayi."

Entah mana yang akting. Atau mungkin ekspresi sedih sebelumnya memang nyata tetapi ketika dia disadarkan oleh fakta menyenangkan bahwa tidak akan ada lagi yang bisa mengaturnya Valery langsung berbahagia.

Pada hari itu Valery kembali melanjutkan kehidupan malas nya yang tertunda 8 tahun. Oh betapa menyenangkannya bisa tidur tanpa harus mendengar teriakan di pagi buta.

Valery benar-benar memanfaatkan kesempatan itu dengan beristirahat. Tidak ada yang bisa memaksa nya untuk bangun dari tempat tidur selain keinginannya sendiri.

Itu adalah waktu-waktu yang damai hingga Valery tidak merasa khawatir dengan perasaan mengganjal yang dia rasakan selama ini. Walaupun hanya sebuah kamuflase agar orang-orang tidak terlalu memperhatikan nya yang akan membuat rencana.

"Akhirnya hari pelelangan baron Ernel dimulai."

Valery akan menghancurkan semua milik orang itu dan membalas penderitaan yang dia rasakan pada dua kehidupan.

Pada tengah malam suara ketukan terdengar di jendela kamar nya. Valery beranjak dari selimut melangkah turun dari ranjang, ia menyikap gorden dan menemukan sebuah undangan hitam disana.

Seperti yang dimana guild Quentin menyiapkan apa yang dia butuhkan. Valery mengenakan jubah hitam sekaligus merubah warna rambut dan bola matanya menjadi hitam menggunakan sihir.

Seperti waktu yang telah dijanjikan, Valery keluar dari mension menggunakan teleportasi sambil bersusah payah menyamarkan mana karena sekarang ada pendeteksi sihir dalam jenis apapun yang diletakan di dekat kamar nya. Hal itu bertujuan agar Javier bisa ketahuan jika menerobos masuk kedalam kamar Valery seperti yang sudah-sudah.

Valery telah hafal dengan jumlah dan keberadaan pasukan bayangan yang mengawasi nya. Dia harus memperhatikan mereka selama berbulan-bulan agar mengetahui nya secara pasti.

Dia juga telah menciptakan ilusi bahwa dia benar-benar ada di dalam kamar nya.
Kereta yang telah menunggu di depan butik Quentin terbuka saat Valery muncul, di dalam nya ada Nona Cristin yang telah menunggu.

"Anda seharusnya tidak memaksakan diri Putri."

Valery melepaskan tudung nya di dalam kereta. "Tidak apa-apa."

Peti-peti di kereta adalah hasil penukaran batuan mineral yang diam-diam Valery kelola. Saat ini Baron Ernel hanya dapat mengandalkan lelang dan penjualan narkotika karena Valery-lah yang lebih dulu menemukan tambang tersebut.

Nona Cristin menyerahkan sebuah pelekat yang berguna sebagai tanda pengenal. "Identitas anda sekarang adalah Isabella Reese, bangsawan dari sebuah desa kecil.

"Baiklah."

Mereka memasuki lingkungan suram, dan harus berjalan kaki melewati gang-gang sempit namun dibaliknya ada sebuah bangunan mewah yang tersembunyi. Undangan mereka diperiksa namun Valery dihentikan sebelum memasuki pintu.

"Tolong buka tudung anda." Kata penjaga yang curiga.

Valery membuka tudung nya, rambut hitam nya mengalir ke sisi wajah nya. Wajah tanpa ekspresi tetapi cantik itu membuat sikap penjaga menjadi ramah.

Dilantai pertama terasa seperti rumah lelang biasa yang terlihat normal, tetapi saat mereka dipandu ke lantai dua nuansanya berbeda. Lampu-lampu Chandelier yang terang, segala bentuk ornamen mewah menyambutnya mereka.

"Benar-benar menggelikan. Lady seperti nya anda memang menarik perhatian walaupun tengah menyamar." Lady Cristin berbisik sambil menutupi setengah wajah nya menggunakan kipas.

"Hm."

Mereka duduk ditempat yang telah ditentukan, kebanyakan bangsawan yang datang tidak mengenakan topeng mungkin merasa aman dengan pengamanan lelang ini. Tetapi kecerobohan mereka membantu Valery untuk mengenali wajah-wajah mereka.

Valery menguap bosan, ia menyorot kepada orang-orang yang juga menghadiri pelelangan ilegal ini. Sampai kedua mata nya bertemu dengan punggung yang sangat ia kenali.

Orang itu kenapa bisa ada disini?!

Valery menutup wajah nya makin dalam saat Javier berbalik dan mengerutkan kening nya karena merasa diperhatikan.
Walaupun dia menggunakan penyamaran dengan sihir perubah fisik, Valery jelas masih mengenali nya, entah bagaimana cara yang pasti ia tahu.

Valery seharusnya telah menduga jika Javier pasti juga telah membaca laporan itu makanya dia bisa berada di tempat ini sekarang.

Acara lelang itu telah dimulai dengan seorang pembuka acara yang langsung menjajarkan para budak. Kondisi mereka memprihatinkan dengan rantai yang mengikat leher dan tangan. Lelang ini memperlakukan manusia seperti seekor anjing.

Valery menahan tawa jijik nya dia tidak tahan melihat bangsawan yang mulai memberikan harga.

"Aku pergi sekarang." Ucap Valery diangguki oleh nona Cristin. Dia harus mencari udara segar karena aroma disana benar-benar memuakkan. Asap tembakau, aroma alkohol serta keringat benar-benar menjijikan.

Ketika muncul di lorong para penjaga yang tadi tiba-tiba langsung menunjuk nya. "Ini wanita cantik yang kukatakan sebelumnya!" Dua orang dibelakang nya tersenyum menjijjkan sambil mendekati Valery.

Mudah menghabisi orang-orang ini tetapi Valery tidak tahu diruangan mana para budak itu disembunyikan. Membuka tudung nya kali ini Valery akan membiarkan dirinya diculik.

Pria-pria berbadan besar itu sangat puas melihat rupa Valery. "Dia akan terjual sangat mahal karena mirip dengan putri Duke."

Lullaby Of The Sorrow Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz