5

8.6K 1.2K 11
                                    

Mereka kembali dari istana dan langsung mendapatkan pelukan erat dari sang Duchess yang menunggu kabar dengan tidak sabar. Sejak menyadari jika sang Lady kecil menghilang seluruh pesta dibatalkan, para ksatria dikirim keseluruhan tempat di kota untuk mencari keberadaan nya.

Sampai semua kepanikan itu agak mereda karena kedatangan ksatria kakaisaran yang membawa sebuah surat dan kotak. Duke ketika membaca surat itu menjadi sangat marah, kepanikan itu berganti menjadi kemarahan.

Vincent bahkan langsung mengambil kuda nya dan berangkat ke istana untuk memberikan pukulan di wajah bajingan teman nya.

"Kamu baik-baik saja sayang? Adakah yang bagian yang terluka? Tunjukan pada Ibu jika kau tidak merasa nyaman." Duchess memeriksa tubuh Valery dan sedikit bernapas lega ketika Putri nya mengatakan dirinya baik-baik saja.

Wajah Duke terlihat sangat dingin, pasti ada kemarahan yang tersimpan disana. "Kau memukul nya?"

"Tidak, dia tengah menggendong Valery."

"Bagus, lakukan lain kali dan jangan tunjukkan pada adikmu. Itu akan membuat nya takut."

Valery berada dalam pelukan sang Ibu yang menyadari jika ia tidak mengenakan sepatu. "Kemana sepatumu nak?"

"Aku tidak tahu Ibu."

"..." Sejak hari itu mereka sepakat untuk menutup gerbang pada orang yang bernama Javier.

Terkadang Valery masih dapat melihat keberadaan Javier disekitar kakak nya ketika waktu studi mereka dilakukan di mension keluarga Rothesay. Mereka hanya menjauhkan Javier dari Valery tetapi tidak dapat mengusir nya dari mension entah mengapa. Valery pikir ini adalah campur tangan kaisar karena Javier adalah keponakan nya.

Pada waktu makan siang ia tidak menemukan kakak nya di meja makan. "Dimana kakak?" Tanya Valery ketika Vincent tak kunjung datang.

Ibunya yang pertama kali menjawab. "Vincent berada di ruang studi melakukan ujian dengan guru pengawas nya. Dia akan datang setelah selesai."

"Oh, dapatkah aku mengunjungi nya?" Tanya Valery lagi.

Kali ini Ayah nya yang menyahut. "Kau boleh setelah menghabiskan makananmu." Setelah itu Valery benar-benar menghabiskan semua yang ada di piring nya dan langsung meninggalkan ruang jamuan.

Akhir-akhir ini Vincent sangat sulit untuk ditemukan, keberadaan kakak nya itu sering tidak ada di mension. Sebagai anak berumur 7 tahun yang tidak memiliki teman seorang pun, secara tidak sadar Valery mulai bergantung pada kakak nya.

Ia melintasi lorong panjang yang akan membawa nya ke sebuah paviliun yang agak jauh dari bangunan lainnya. Hal itu sengaja dilakukan agar Vincent yang tidak menyukai suara bising tidak terganggu.

Tidak ada seorang pun yang berjaga di depan pintu sehingga Valery bisa mengendap-endap masuk. Disana disebuah meja besar dengan tumpukan-tumpukan bunga Vincent terlihat sedang mengerjakan sesuatu.

Dari banyak nya kertas yang tersebar diatas meja Valery memungut satu, ia membaca tulisan itu sekilas dan menemukan bahwa kakak nya bukan sedang mengerjakan ujian, tetapi tengah dieksploitasi oleh Ayah nya untuk mengerjakan tugas Duke.

Ia melihat rona hitam dibawah mata itu, kakak nya sudah lelah tetapi masih keras kepala untuk mengerjakan pembukuan mension. Valery berdiri dibelakang Vincent menatap angka-angka yang berada di setiap kolom dan baris.

Ini seperti pelajaran akuntansi yang pernah ia lalui dikehidupan sebelumnya. Pena di tangan kakak nya tergelincir mencoret kertas itu begitu saja, Valery hampir memekik karena melihat usaha sang kakak yang tercoret begitu saja.

Ternyata Vincent tertidur, Valery menatap nya iba. Ia berlari kearah sofa untuk mengambil selimut yang terlipat rapih lalu menyelimuti tubuh Vincent hingga leher. Pelan-pelan ia mengambil alih kertas yang sebelumnya tercoret membawa nya kearah perapian, sebelumnya ia juga mengambil kertas serta pena lain untuk menyalin angka-angka itu.

Kedua mata nya menyipit saat merasa jika apa yang dijabarkan kakak nya terlalu panjang dan tidak efektif, sehingga ia meringkas nya dengan menggolongkan serta mencatat nya dengan tepat dan revelan.

Valery merasa tengah mengerjakan tugas masa sekolah nya, dimana ia hanya diberikan waktu satu setengah jam hanya untuk menghitung uang orang lain. Bahkan jika hasil akhir nya tidak balance maka ia harus menghitung dari awal dengan berurai air mata. Tapi lama kelamaan pada akhirnya ia terbiasa mengerjakan tugas dari guru killer itu.

Valery juga tidak mengerti mengapa ia bisa menulis dalam bahasa Osmon, hanya bahasa yang berbeda tapi huruf dan angka masih seperti yang ia kenali dikehidupan sebelumnya.

Seperti yang ia duga, meringkas nya saja sudah menghabiskan beberapa lembar kertas. Tangan nya sakit karena berusaha untuk meniru tulisan Vincent yang terlalu cantik. Ini bukan mengejek! Tapi tulisan Vincent memang sangat bagus.

Valery merapihkan kertas itu dan membawanya kembali keatas meja. Setelah itu berbaring diatas sofa untuk tidur siang.

Vincent sejak awal terbangun dan ingin melihat tingkah Valery, ia membuka mata nya dan menatap sekumpulan kertas yang berada di meja nya. Vincent merasa tidak percaya jika ini semua adalah perkerjaan adik nya yang baru berusia tujuh tahun.

"Ternyata adikku sangat jenius." Gumam Vincent ketika melihat bagaimana hasil kerja sang adik yang berhasil meniru gaya tulisan nya. Perhitungan nya sangat rapih dalam setiap kolom dan baris, Vincent hanya dapat tersenyum tipis melihat nya.

Vincent melirik Valery yang telah tertidur lelap, ekspresi nya berubah dingin. "Kelak kau akan tumbuh dengan sangat cantik, jika sampai kabar ini muncul ke telinga para petinggi itu maka kau akan dalam bahaya." Vincent meletakan kembali kertas-kertas itu keatas meja, ia melangkah kearah adik nya menyelimuti lalu menggendong nya kembali menuju kamar Valery.

"Alangkah baik nya jika kau seperti bayangan, dengan begitu lebih mudah untukku menjagamu." Bisik Vincent yang berharap jika Valery tumbuh sebagai bayangan yang sulit untuk dilihat oleh para petinggi kerajaan, dengan begitu adik kecil nya tidak perlu hidup dalam kesengsaraan. Cukup tumbuh sebagai gadis yang tidak mencolok dan hiduplah dengan nyaman hingga tua dia mension ini.

Vincent telah berjanji untuk menjaga Valery ketika ia kembali dari akademi, adik kecil nya yang dikabarkan hampir meninggal karena sebuah kecelakaan. Bahkan sebuah kecelakaan kecil hampir merenggut nyawa bagaimana bisa Valery menghadapi keras nya dunia politik di istana?

Masih terlalu dini untuk memikirkan pernikahan sang adik, tetapi para bangsawan kolot ini telah mengincar adik nya untuk sebuah perjodohan. "Bahkan jika Valery menolak untuk menikah, aku tidak keberatan untuk merawat nya seumur hidup." Kata nya pada saat seorang utusan Marquez datang untuk menawarkan sebuah perjodohan.

Para orang dewasa telah jatuh cinta dengan Lady kecil yang menggemaskan, sulit untuk menolak ketika melihat tatapan mata bulat nya. Dengan keberadaan dua laki-laki yang memuja nya semua orang yakin jika Lady kecil tidak membutuhkan apapun untuk menyokong hidup nya.

Lullaby Of The Sorrow Where stories live. Discover now