14

6.3K 885 7
                                    

Lady Rothesay meninggal tadi malam karena ledakan kekuatan ilahi..

Tajuk berita itu membuat seseorang yang membaca nya langsung merobek-robek nya. "Siapa orang brengsek yang menulis berita ini?!" Geram Duke Lewis, kini semua orang mengirimkan banyak surat untuk meminta konfirmasi atas kabar yang beredar.

Bagiamana bisa Putri nya dibilang sudah mati? Nyatanya Valery memang masih terbaring tak sadarkan diri di istana kekaisaran.

"Seret jurnalis itu sekarang! Sepertinya dia tidak lagi membutuhkan kedua tangan nya."

Vincent masih duduk dalam diam, ketenangan nya tidak cocok dengan suasana panas di mension itu. Dia berpikir sejenak sampai sudut bibir nya membentuk senyum miring, ia akan menyeret sendiri jurnalis itu kemari dan menjadikan nya tajuk utama dalam berita besok.

"Seorang jurnalis yang kehilangan kedua tangan nya karena kelalaiannya sendiri, itu sangat menarik." Gumam nya mengetuk-ngetuk permukaan meja.

***

Kamar luas itu terasa sunyi hanya terdengar suara napas lemah dari seseorang yang terbaring diantara tumpukan bantal. Di dalam mimpi nya Valery hanya duduk di sudut gelap, bersembunyi.

Dia tahu semua ini hanyalah sebuah buku tidak ada yang berarti, bahkan Valery sendiri hanyalah tokoh sampingan yang berperan untuk perkembangan tokoh utama. Tapi setelah kematian Ibu nya di dunia ini, rasa sakit nya sangat nyata untuk membohongi diri.

Di dunia lain Valery hanyalah anak yatim piatu yang sejak lahir hanya mengetahui jika dirinya dibuang oleh orangtuanya. Kenakalan remaja yang membuat nya terkena imbas untuk merasakan pahit nya kehidupan, dunia yang jahat dan sepenuhnya dipenuhi oleh manusia menjijikan.

Tetapi dunia ini sangat berbeda, Valery menemukan sebuah keluarga yang harmonis. Orangtua yang penuh cinta dan seorang kakak yang penyayang, dan lagi setelah kehilangan Ibu Valery menemukan orang lain yang tulis menyayangi nya.

Kehidupan yang begitu sempurna sampai ia takut menghilang. Namun, Valery sendiri lebih takut jika alur cerita ini akan kembali ke awal seperti semula.

Sampai kapan Pangeran akan bersikap baik pada nya? Apakah ketika tokoh utama wanita muncul dan dia akan langsung dibuang?

Valery menolak untuk bangun, dia takut menghadapi masa depan yang akan terjadi.

Kenapa tumbuh menjadi dewasa sangat menakutkan?

Semua pertanyaan bergerombol di kepala nya, memenuhi otak nya dengan hal-hal negatif yang belum tentu terjadi. Dada nya sesak, kepala nya sakit ... Rasanya ia ingin menghilang saja dari dunia ini.

"Sayang..."

Valery mengabaikan panggilan itu, ia meringkuk makin dalam menutup telinga nya. Seseorang menarik kedua tangan nya dan suara itu memaksa nya untuk mendongak.

"Sayangku Valery."

Air mata memenuhi pelupuk mata Valery, wanita dihadapannya adalah ibunya. "Ibu, aku takut."

"Tidak apa-apa, ketakutan itu hanyalah bayanganmu saja." Ibu memeluk Valery erat membuat tangisan nya pecah.

"Kenapa Ibu pergi tanpa mengajakku, aku takut ... Aku juga merasa bersalah. Aku lelah Ibu, biarkan aku ikut " Isak Valery mencengkram gaun sang Ibu, ia tidak peduli apakah ini mimpi atau benar-benar arwah. "Aku lelah berpura-pura baik-baik saja agar tidak membuat semua orang khawatir. Aku muak tertawa tanpa perasaan."

Ibu nya tidak mengatakan apa-apa hanya membelai kepala nya lembut.

"Aku tahu Ayah diam-diam masih bersedih setiap kali memandang foto Ibu, kakak juga sama terkadang untuk sesaat aku merasa jika dia tengah memandangku dengan kebencian lalu pandangan itu menghilang seakan menyesal." Valery merasa dada nya sesak, tidak ada yang bisa hidup membawa penyesalan karena menjadi penyebab dari kematian orang yang dicintai. "Ibu masih bisa hidup jika tidak memberikan berkat itu padaku..."

Kecupan di kening nya menenangkan Valery, sepasang mata emas itu memandang nya dengan sedih. "Sayang, Ibu tahu kau adalah anak yang kuat ... Bahkan dikehidupan sebelumnya kau telah menunjukan jika dirimu sanggup. Ibu sudah melihat nya."

Valery menggeleng. "Aku tidak kuat, aku juga tidak baik-baik saja Ibu..."

"Ayah dan Vincent tidak membencimu nak, semua orang memiliki kesedihan dilubuk hati masing-masing. Tapi yang harus kau tahu, mereka mencintaimu. Ibu juga mencintaimu ... Pilihan Ibu untuk menyelamatkanmu adalah pilihan yang tepat." Suara Ibu berusaha memberikan pengertian. "Tidak ada orangtua yang sanggup melihat kematian anak nya, Ibu bisa gila jika saat itu membiarkanmu mati. Ayah ataupun Ibu akan melakukan hal sama jika hal itu terjadi."

Valery tidak menyahut dia masih bersembunyi dalam pelukan hangat sang Ibu. "Ledakan di dalam tubuhmu ini terjadi karena kau masih belum bisa menerima nya. Sekarang kau harus bisa hidup berdampingan dengan nya, jangan menyesali apapun anakku."

"Jangan merisaukan masa depan yang belum tentu terjadi, hidupmu ada digenggaman mu sendiri. Dirimu sendirilah yang bisa menentukan untuk bahagia atau berhenti disini untuk menyesal."

Bayangan tentang Ayah, kakak serta teman-teman baru nya tiba-tiba menyeruak. Ibunya memberikan gambaran tentang kematian nya, Ayah nya akan berakhir bunuh diri karena depresi dan kakak nya akan menjadi pemurung sambil melanjutkan sisa mimpi keluarga nya. Margareth berduka hingga sakit dan meninggal.

Melihat banyak nya kemalangan setelah kematian membuat nya jauh lebih sesak. "Dapatkah aku bersikap egois?"

"Kalau kau tega, maka kau bisa pergi dengan Ibu sekarang."

"Kalau begitu tidak lama hingga kita akan berkumpul kembali di dunia kematian kan?"

Ibunya menggeleng sedih. "Seseorang yang meninggal bunuh diri tidak akan bisa bertemu lagi dengan keluarga nya."

Artinya selama hidup hingga kematian sang ayah hanya akan terus sengsara. Kedua pipi Valery telah basah oleh air mata, dia melepaskan diri dari pelukan ibunya. Membuat keputusan.

"Aku ... Aku masih ingin tahu akhir dari cerita ini. Jadi aku tidak akan pergi bersama Ibu." Kata Valery mencoba tersenyum, "Maafkan aku."

Ibu terlihat sangat cerah,
"Pilihan yang tepat, ibu bangga padamu. kembalilah pada mereka. Ibu mencintaimu jadi jangan pernah merasa bersalah lagi nak."

Sebuah cahaya muncul seperti tangan-tangan yang mencoba untuk menyeret Valery untuk masuk. Tubuh Valery berpisah makin jauh dari Ibu nya, ia tahu jika ini adalah kali terakhir ia dapat melihat nya sehingga Valery bertariak.

"Aku akan hidup bahagia bersama Ayah dan kakak! Ibu jangan khawatir!" Teriak Valery begitu ia tercebur kedalam cahaya yang sangat terang itu.

Begitu ia membuka mata yang terlihat oleh Valery adalah bahu seseorang. Dekapan erat, suara jantung yang berisik menyambut Valery.

Dari pundak Valery melihat banyak nya orang-orang yang melihat kearahnya, mata mereka semua merah.

"Apa?" Gumam Valery teredam. Orang yang memeluknya terkejut, melonggarkan dekapan nya dan melihat jika Valery benar-benar hidup.

Sebelumnya tubuh Valery telah kejang beberapa kali dan hampir tidak bernapas. Semua orang bersyukur dengan kesadaran nya dan terus menanyakan apakah dia baik-baik saja, hanya Javier yang hanya diam sejak Valery sadar.

Valery mungkin tahu kenapa, karena laki-laki ini bisa membaca perasaan nya. Dia tahu jika Valery benar-benar hampir menyerah untuk hidup sehingga semua akan terasa rumit.

1 bulan, selama itu Valery tertidur. Hal-hal yang terjadi sekejap ternyata sangat lama.

Lullaby Of The Sorrow Where stories live. Discover now