10

7.9K 1K 13
                                    

Gaun berwarna lavender itu terlihat cocok dengan Valery, gaun yang sederhana karena Valery sekarang mulai mengenakan tongkat untuk berjalan.

Margareth sudah menawarkan kursi roda tetapi Valery menolak nya, ia ingin belajar lagi secepatnya. Rambut diikat menyamping membuat nya terlihat segar, ada sebuah hair pin berbentuk bunga membuat nya lebih berkilau.

Pemandangan ini tentu saja sangat mengejutkan banyak orang, tampilan seseorang yang berniat bangkit dari keterpurukan terlihat sangat menawan.

Diujung lorong Valery bertemu dengan Vincent yang terpaku melihat nya. "Kakak! Dari mana saja?" Sapa Valery dengan tangan kiri nya yang tidak menggunakan tongkat. Senyuman cerah itu mendebarkan hati semua orang.

Pemandangan itu memutuskan tali realitas Vincent yang tidak lagi menahan diri untuk berlari kearah sang adik. Tubuh Valery diangkat sehingga tongkat nya jatuh, dia tertawa saat tubuh nya berputar di udara. "Selamat datang kembali adik kecil."

"Aku akan mengusili kakak setiap hari." Valery berpegangan pada pundak Vincent. "Tidak apa-apa, lakukan saja."

Adik nya telah kembali, ada kehidupan disana. Vincent mendekap Valery kali ini ia tidak akan lalai lagi, senyuman ini tidak akan pernah hilang lagi..

Diujung lorong Javier melihat semua itu, kedua mata nya bertatapan dengan Valery yang melambaikan tangan kearahnya. Javier mendekat memberikan tangan nya kearah tangan Valery yang terulur.

"Terimakasih." Valery menggenggam tangan nya. Ketika genggaman itu hampir terlepas Javier malah menjalin kedua tangan itu. "Manis sekali, kau mau istriku?"

Valery tertawa kecil lalu sorot mata nya berubah hina. "Tidak."

Nah ini adalah ekspresi yang Javier tunggu-tunggu, ia selalu suka menggoda gadis kecil ini sampai menatap nya dengan jijik. 

"Bagaimana dengan tahun depan?"

"Kau nekat ya?" Saat ini Vincent yang menyahut, tatapan mata nya tajam meskipun tengah tersenyum lebar.

"Haha."

"Hahaha."

Keduanya tertawa hingga terasa sunyi, Vincent menurunkan Valery lalu membantu nya berdiri dengan tongkat nya.

"Aku serius bagaimana dengan 6 tahun lagi? Saat itu sudah melewati masa debutan Valery."

"Hari ini kau benar-benar mati." Vincent mengejar Javier yang berlari menghindari nya.

"Ayolah bagaimana jika bertunangan dulu? Aku tidak bisa menunggu bertahun-tahun."

"Kau bisa memilih mati jika tidak kuat menunggu."

Valery kembali melanjutkan jalan nya, sementara Margaretha berjalan disisinya. "Mereka ramai sekali ya?"

"Ya. Dulu tidak seramai ini."

"Bagaimana dengan Tuan Javier apa kau suka?"

"Suka? Tidak sama sekali. Abaikan saja dia memang suka menggodaku."

"Dia tampan loh, banyak putri bangsawan yang menyukai nya. Diluar dia selalu bersikap angkuh hanya denganmu dia bisa sesantai ini."

"Dia kan murid Ayah jadi wajar saja jika dia bersikap santai. Margareth jangan bilang kau suka pada nya?"

Margareth malah tertawa, tubuh nya yang jangkung membuat nya terlihat jauh lebih tinggi dari Valery meskipun jarak umur mereka hanya 3 tahun.

"Aku tidak suka, tapi kagum pada ketampanan nya."

Mereka terus berbincang hingga sampai di ruang kerja Duke. Margareth menunggu diluar sementara Valery masuk seorang diri, disana Duke Lewis duduk dengan wajah yang tertutup oleh sebelah tangan nya. Tubuh itu bergetar samar sambil menggenggam foto sang Ibu.

Lullaby Of The Sorrow Where stories live. Discover now