27

3.9K 571 7
                                    

"APA YANG KAU LAKUKAN DIKAMAR ADIKKU SIALAN?!" Ledakan kemarahan dari Vincent yang meringsek masuk dan menyeret sahabat nya keluar. Suara nya masih terdengar di sepanjang lorong memberikan sumpah serapah pada Javier.

Valery masih mengumpulkan nyawa nya setelah terbangun dalam keadaan terkejut, tetapi otak nya berkerja cepat mengingat kejadian semalam dimana Javier mendatanginya.

"Lady kecil, sejak kapan hal ini berlangsung?" Tanya Margaretha yang berdiri dihadapannya sambil melipat tangan, terlihat marah. Tingkah nya mirip dengan seorang Ibu yang kecolongan karena putri nya menyimpan laki-laki dikamar diam-diam.

Valery menciut, dalam mode seperti ini Valery tidak berani untuk sekedar melihat kemarahan Margaretha. "Dia datang semalam ... Tidak jangan melototiku seperti itu, kami tidak melakukan apapun."

"Lalu kenapa kau membiarkan nya masuk saat tengah malam, hm?" Margaretha menyipitkan mata nya.

"Awal nya aku tidak-"

Kyaa! Seorang pelayan berteriak dari dalam kamar mandi mengundang kepanikan pada orang lain. Dia muncul setengah berlari sambil membawa-bawa gaun tidur Valery yang berdarah-darah.

"Putri apa yang sudah terjadi?!" Pekik nya menghambur kearah Valery untuk menyingkap selimut, memeriksa tubuh tuan nya dari ujung kaki sampai kepala memastikan nya aman.

Kemarahan Margaretha berubah menjadi kekhawatiran pandangan nya beralih-alih antara gaun dilantai dan Valery. "Kau menyembunyikan lukamu?! Dimana?! Kau tidak menggunakan aura untuk menyembunyikan dariku kan?"

"Thidak ... Ugh, Lhepaskan!" Kedua sisi wajah Valery dipegangi oleh Margaretha untuk memastikan tidak ada mimisan.

"Baiklah ceritakan yang sebenar-benarnya sekarang tanpa ada yang kau tutup-tutupi."

Baiklah setelah itu mengalir lah cerita Valery tentang kejadian semalam sesuai dengan apa yang terjadi. Toh memang tidak terjadi apapun kecuali ia menyembuhkan luka Javier.

Margaretha berusaha mencerna cerita Valery dan percaya jika gadis ini jujur, hanya saja beberapa hal sangat tidak masuk akal menurutnya. Dia duduk disamping Valery untuk memeluk gadis itu erat. "Kau tahu betapa takut nya aku melihat darah itu, kukira sesuatu terjadi padamu. Jangan pernah terluka lagi."

Ah, ternyata Margaretha masih terbayang tentang kejadian penculikan itu dimana kondisi Valery memang parah. Darah dimana-mana, luka yang tidak kunjung mengering karena minim nya pengobatan. Dulu dia hampir mati karena itu Margaretha menjaga nya dengan hati-hati.

"Aku tahu, jangan terus merasa khawatir.  Aku bukan bayi dan bisa menjaga diri." Gumam Valery membalas pelukan Margareth sambil menepuk punggung nya. "Kau kan sebentar lagi menikah, ayo beli sesuatu di kota sebagai hadiah pernikahanmu."

Valery mendorong tubuh Margaretha sedikit lalu bersingut kearah meja kecil disamping tempo tidur nya, menemukan sebuah kota hitam. Dia kembali menghampiri Margaretha mendapati kebingungan dari sahabat nya dia mulai bicara.

"Aku sejujurnya takut kalau kau pergi, memikirkan kalau aku akan kehilangan teman bicara atau seseorang yang bisanya menemaniku kemanapun. Sebenarnya ini sulit tapi aku tahu jika kau harus menjemput mimpimu untuk memiliki keluarga bahagia."

Setelah sekian lama memendam akhirnya Valery mengatakan ganjalan dihatinya. Dia bukan nya tidak suka jika sahabat menikah hanya saja keberadaan nya biasanya ada bersamanya selama bertahun-tahun lalu tiba-tiba menghilang itu terasa menakutkan.

"Mungkin aku bukan keluarga yang sebenarnya untukmu tapi kau sahabatku, saudariku dan aku akan sangat bahagia jika kau juga bahagia."

Valery mengusap mata nya yang tiba-tiba terasa pedas, dia tertawa mengulurkan kotak hitam yang didalamnya terdapat bandul berbentuk jam. "Ini bukan sesuatu yang mewah sebenarnya, tetapi jam itu menggunakan magis sebagai penggeraknya. Anggap saja seperti jam ini yang terus bergerak abadi seperti itulah persahabatan kita yang tidak akan lekang oleh waktu."

Lullaby Of The Sorrow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang