17

5.5K 702 2
                                    

Untuk sementara kuil tidak membuka gerbang nya untuk para jemaat, dan sampai waktu itu Valery akan tetap tinggal di rumah. Ia tidak lagi dipaksa untuk berbaur dengan sekumpulan gadis sebaya nya karena kejadian terakhir kali.

Lady Sephia datang menjenguk nya dengan wajah dipenuhi air mata, meminta maaf karena jamuan minum teh nya telah membuat Valery sakit. Dia juga memohon agar Duke Rothesay tak lagi memblokir perdagangan keluarga nya.

Gadis muda itu terisak-isak, dia merasa bersalah karena tidak menghentikan Valery dan membungkam nona-nona tersebut. "Lady saya benar-benar minta maaf. Saya bersedia melayani Lady sebagai pelayan disini, Saya-"

Sebelum Lady Sephia melanjutkan kata-katanya Valery sudah menutup mulut nya dengan telapak tangan. Dia tidak bisa mendengar kalimat mengerikan itu langsung, bagaimana bisa dia menghancurkan masa depan seorang gadis yang cemerlang untuk menjadi pelayan nya?

Jika dia seorang permaisuri ataupun putri baru wajar jika ia memiliki pelayan yang diangkat dari kalangan bangsawan. Tapi Valery hanyalah seorang putri Duke, abaikan tentang Margaretha dia berbeda  karena Valery tidak bisa membiarkan nya tetap hidup bersama Ayah nya yang gila.

"Lady Sephia sepertinya ada beberapa kesalahpahaman disini, aku sama sekali tidak menyalahkan anda karena kejadian itu yang sebenarnya adalah keinginanku sendiri untuk menolong." Valery merasa jijik dengan kebohongan nya sendiri, bagaimanapun ia hanya ingin menyelamatkan citra Margaretha dan dirinya sendiri. "Dan tentang pemblokiran itu aku sama sekali tidak tahu apa-apa, tapi akan coba membujuk Ayah."

Gadis itu menangis kembali setelah mendengar kalimat Valery, sebelumnya dia sangat takut untuk menginjakkan kaki di kediaman Duke tapi sikap Lady sangat lembut. Orangtuanya yang biasanya rukun bertengkar hebat karena kejadian ini, bahkan Ayah nya memarahinya karena tidak bisa menjaga Lady Rothesay dengan baik. Semua orang tahu jika Valery adalah gadis berharga yang dimiliki oleh keluarga Duke, belum lagi keluarga kekaisaran menunjukkan ketertarikan nya pada Lady bisa jadi Lady Valery akan menjadi kandidat permaisuri selanjutnya.

"Sudah jangan menangis lagi, aku akan segera membujuk Ayah." Kata Valery panik, ia tidak berpengalaman membujuk orang yang tengah menangis.
Tatapan nya meminta bantuan pada Margaretha yang duduk di sofa sambil membaca buku, tidak tertarik dengan apapun kecuali itu menyangkut Lady kecil nya.

'Gadis muda terbiasa seperti itu, biarkan saja nanti dia diam sendiri.' Margaretha mengatakan nya melalui tatapan mata.

Valery menyipit. 'Kau tidak seperti ini jika aku yang menangis.'

'Tidak bisa disamakan karena di mata saya anda itu bayi.'

Valery mendengus dalam hal ini Margaretha tidak bisa diandalkan. Jadi ia benar-benar menunggu hingga Lady Sephia berhenti menangis, tak lama setelah itu dia berpamitan pulang pada Valery wajah nya terlihat lebih cerah karena merasa lega.

Menjatuhkan kepala nya diatas bantal, Valery merasa lega karena bisa melanjutkan tidur siang nya yang tertunda. "Margareth, Ayah ada dimana sekarang?"

"Yang mulia berada di perbatasan, beliau akan kembali saat waktu makan malam bersama anda."

"Baiklah kalau begitu aku akan tidur." Valery sedang tidak ingin melakukan apapun selain tidur, Vincent sudah kembali wilayah Phoenix setelah memastikan keadaan nya. Semua orang sibuk kecuali dirinya.

***

Ada sesuatu yang menyentuh pipi nya, Valery mencoba menepisnya lalu gangguan itu makin terasa hingga Valery memaksa kedua mata nya untuk terbuka. Dia hampir melemparkan bantal nya ke sosok yang awalnya ia kira Margaretha.

"Selamat siang Lady."

Valery mengedipkan kedua mata nya meyakinkan diri jika orang berpakaian khas seperti orang-orang kuil ini adalah Edric. Rambut coklat nya dan sepasang mata hijau yang menatap nya jenaka.

Lullaby Of The Sorrow Where stories live. Discover now