40

3.3K 455 5
                                    

Suara lonceng terdengar bersahutan diirungi dengan suara tawa disekitarnya sangat kontras dengan keadaan Valery yang masih melamun walaupun sahabat kecil nya telah menggunakan gaun pengantin di depan nya.

Dimana Margaretha terlihat sangat cantik dan bahagia atas kado yang ia berikan 3 hari sebelum lalu. Hal itu membuat Margareth langsung melupakan gaun langsung jadi yang sebelumnya telah dia persiapkan setelah terburu-buru karena tidak ada waktu untuk menjahit.

Acara pemberkatan yang berlangsung khidmat bisa Valery lalui dengan terus bersembunyi ditempat yang agak jauh dari keluarga kerajaan. Dia masih belum bicara dengan Javier sejak hari itu dan terus menghindar apabila pria itu mencoba mendekati nya.

"Valery kau kenapa?" Tanya Margaretha saat Valery berada disebelahnya. Gadis bergaun rosegold itu seperti kehilangan jiwa nya saat memeluk Margaretha.

"Kau benar-benar menikah. Aku akan sendirian sekarang."

Margaretha tertawa, "Kau bisa mengunjungi aku kapan saja Valery."

Itu terdengar sangat mudah tapi nyata nya Sahabatnya ini akan tinggal sangat jauh. "Tidak mungkin, kau tinggal jauh di wilayah Athanasía."

"Jadi aku harus bercerai dengan Garrick agar kau tidak sedih lagi?" Canda Margareth membuat Marques panik.

Valery menggerenyit. "Kau sudah gila ya?"

"Dari pada itu cepat ambil ini." Margaretha menyodorkan bunga nya pada Valery yang berusaha menolak nya. "Untuk apa, aku tidak ingin menikah."

"Kau harus menikah! Bagaimana bisa kau menjalani hari tua sendirian?"

"Itu kan memang rencanaku."

Mereka berdua terus berdebat, seseorang menarik Valery pelan. "Kalau begitu biar aku saja yang melamar Lady ini bagaimana?" Suara berat Alex mengejutkan Valery.

"Alex?"

"Selamat untuk pernikahan anda Marchionnes." Alex mencium tangan Margaretha sebagai sopan santun. "Boleh aku pinjam Lady Rothesay sebentar saja?"

"Oh silahkan bawa saja dia." Margaretha mendorong Valery pergi.

"Apa kabar Lady?" Alex mengulurkan tangan, Valery menggapai tangan nya dan tersenyum manis. Dia suka bertemu dengan Alex calon Marques Houston mungkin karena mengingatkan nya dengan masa dimana mereka dipertemukan oleh Ibu masing-masing.

"Kabarku baik. Terakhir kali aku bertemu saat debutante kan?"

"Ya, setelah itu sulit untuk bertemu kembali karena beberapa hal." Ucap Alex menyinggung tentang Valery tiba-tiba menjadi salah satu suksesor. Karena begitu banyak tuan muda yang berusaha mendekati nya, semua jenis surat langsung dibakar begitu saja.

"Yah begitulah. Oh ada kabar yang mengatakan bahwa sebentar lagi anda akan menggantikan posisi Marquis?" Mereka beranjak pergi ke sisi ballroom, membiarkan pengantin untuk menyapa tamu lain.

"Benar, Ayahku ingin secepatnya pensiun dan menikmati hidup."

"Cepat sekali.. anda baru 16 tahun kan?" Terkadang karena dikelilingi oleh manusia setinggi tiang Valery selalu lupa jika Alex dan Edric merupakan teman seumuran nya.

"Para tetua tidak setuju dan menolak usulan tersebut karena itu akan ditunda 1 tahun lagi." Jelas Alex. Mereka melangkah tanpa sadar di tengah Ballroom tersebut. "Bolehkah saya meminta dansa pertama anda?"

Ah, biasanya dia akan berdansa dengan Javier tetapi saat ini untuk melihat wajah nya saja Valery sudah malu luar biasa. Jadi ini adalah kesempatan Valery untuk menghindar.

"Tentu."

Jendela-jendela ballroom yang terbuka membawa angin musim panas dan aroma bunga. Lagu yang berasal dari permainan biola serta piano menghanyutkan banyak pasangan dansa dalam setiap gerakan mereka.

Alex melepaskan pegangan tangan nya pada pinggang Valery dan memutar nya sebelum akhirnya menariknya kembali mendekat. Valery merasa tubuh nya ringan, Alex juga bisa membuat pasangan dansa nya merasa nyaman.

"Valery." Panggil Alex.

"Hm?"

"Aku merasa seseorang akan melubangi bagian belakang kepalaku." Seperti sebuah dejavu ketika mendengar itu Valery melihat kearah lantai 2 dari sela dansa mereka, disana dia melihat Javier tengah memperhatikan nya intens.

Cepat-cepat ia membuang muka. Berkata gugup. "Tidak ada apa-apa hanya perasaanmu saja Alex."

"Apa itu Pangeran Javier?"

Mungkin karena pengalaman sebelumnya Alex sangat tepat dalam menebak hingga Valery hanya tersenyum tipis. "Anggap saja kau tidak mengetahuinya."

"Kalian habis bertengkar?"

"Tidak bisa dibilang bertengkar. Hanya saja aku baru membuat kesalahan padanya." Valery menggelengkan kepala nya berusaha mengenyahkan bayangan tentang kebodohan yang ia lakukan. "Kesalahan yang cukup besar."

Alex tidak bisa mengabaikan raut rasa bersalah pada ekspresi Valery yang menurutnya lucu. Seperti seekor kelinci yang telinga nya turun. "Hm, jadi itu sebabnya kalian tidak menempel hari ini."

"Kenapa kau bicara seolah-olah kami tidak terpisahkan. Padahal kak Vincent jauh lebih sering bersama Javier."

"Bukankah memang begitu? Kau selalu datang ke setiap pesta bersamanya karena Javier adalah tunanganmu kan?"

"Sejak kapan kami bertunangan?" Sepertinya tidak pernah ada pemberitahuan resmi yang datang ke mension.

"3 tahun lalu, saat acara debutante nya marchionnes. Bukankah pangeran telah mengumumkan nya secara langsung bahwa kalian akan bertunangan setelah debutante-mu."

"Oh itu hanya ucapan serampangan yang dia katakan karena kesal padaku setelah menjahili nya." Valery berusaha untuk menjelaskan, "kau ingatkan dulu hampir seluruh Lady yang datang mengenakan gaun orange serta riasan yang kuat?"

Alex mengingat kejadian lucu itu sampai ia berdehem mencoba menahan tawa nya. "Ya saat itu aku terkejut dengan trend Fashion yang agak unik. Jadi kau yang sengaja melakukan nya?"

"Benar tapi sebagian lagi adalah ulah Margaretha."

Mereka berdua tertawa, terlihat harmonis seperti pasangan. Orang-orang yang melihatnya dari lantai dua mengerutkan dahi, jelas cemburu dengan pemandangan tersebut.

Terlebih lagi Javier yang aura nya sudah sangat gelap, pria itu berbalik pergi namun ditahan oleh Vincent. "Hei kau mau kemana?"

"Menjemput Nixie."

"Kau mau membuat keributan hah?" Jika semua orang di ballroom ini melihat Nixie maka akan ada gosip yang besar jika Pangeran telah memiliki anak diluar nikah dengan putri Duke Rothesay. "Jangan merusak nama baik nya jika kau mencintainya."

Javier menghela napas panjang. Ekspresi nya berubah memelas, "Kakak apa yang harus kulakukan sekarang? Setelah melecehkan aku sekarang dia malah menghindariku." Javier bersandar pada Vincent yang menahan diri untuk tidak memukul sahabat nya.

"Aku benar-benar ingin membunuhmu." Kata Vincent walaupun begitu dia tetap menepuk punggung Javier. Dia tidak pernah membayangkan jika suatu hari orang dengan kepribadian buruk ini akan berubah begitu bertemu adik nya. "Seharusnya aku tidak pernah membiarkanmu masuk ke duchy."

Menjadi kakak ipar dari mahluk buas ini sama sekali tidak terpikirkan sebelumnya. Orang yang masa bodo dengan sekelilingnya dan hanya melihat kedepan pada akhirnya dengan sukarela terkurung bersama perasaan nya pada adiknya.

"Ini bahkan sudah hampir seminggu dia menolak untuk melihat wajahku!" Vincent mendorong wajah Javier agar menjauh dari nya, dia melihat dengan jelas bekas luka di leher Javier yang terbuka. "Kau sengaja tidak mengenakan kerah tinggi untuk memamerkan nya?"

Javier menyentuh bekas luka itu, senyum nya sama sekali tidak tulus bahkan terasa mengejek. "Yah luka nya akan terasa sakit jika bergesekan dengan kain."

"Luka parah bekas perang beberapa tahun lalu sepertinya sama sekali tidak terasa olehmu saat itu. Jadi kenapa sekarang luka sekecil itu sangat berpengaruh padamu? kau sudah sangat melemah ya bajingan." Vincent melemparkan syal yang dibawanya ke wajah Javier. "Pakai itu dan jangan berpikir untuk memamerkan nya seperti bocah."









***

Lullaby Of The Sorrow Where stories live. Discover now