18

4.8K 704 11
                                    

Seorang gadis menangis ketika melihat kehancuran keluarga nya telah ia buang demi mengejar seorang pria yang tidak mencintainya. Pada hari itu Valery melihat bagaimana dirinya yang seharusnya mati dipenggal malah diganti untuk menegak racun. Untuk menyelamatkan harga dirinya hukuman nya dilaksanakan disebuah ruangan tertutup karena bagaimanapun Valery adalah bangsawaan tinggi dan Ayah nya banyak berperan untuk kekaisaran.

Perasaan putus asa dan menyesal karena dibutakan oleh cinta membuat nya melakukan banyak kejahatan. Seorang laki-laki datang berjongkok dihadapannya, meletakan botol itu di telapak tangan.

"Bagaimana keadaan kakakku?" Tanya Valery dia sempat mendengar bahwa kakak nya mengalami kecelakaan fatal karena tanah longsor saat kembali ke negeri nya.

"Kondisinya baik-baik saja. Kau tidak harus melakukan ini ... Bukan kau yang melukai Uriel."

"Dimata orang-orang aku ini penjahat nya Edric. Aku sering menindas nya jadi ketika fitnah ini muncul tidak ada yang percaya padaku."

"Tapi aku percaya padamu!"

"Mau bagaimana lagi tokoh utama nya bukan aku, jadi harus terima saja apa adanya." Valery meraih botol kaca itu, berniat membuka nya. Edric mencoba menahan nya, "Kita pergi ke pengasingan bersama."

"Bagaimana bisa seorang Imam besar pergi bersama pendosa sepertiku? Bukan nya kau dulu sangat membenciku karena melukai Uriel, tolong tetaplah seperti itu. Dan keluarlah aku tidak bisa membuat temanku melihat kematianku sendiri." Kata Valery sambil mendorong tubuh Edric untuk keluar tetapi pria itu bergeming, kedua mata nya merah. "Setidaknya hormati kematianku dengan menutup matamu."

Valery menutup mata Edric, ia tersenyum pedih saat laki-laki itu menurut. Perlahan Valery meneguknya, cairan itu mengalir ditenggorokkan nya. Perasaan terbakar dan jantung nya merasa akan pecah Valery mencoba menahan batuk nya, tubuh nya lunglai ditahan oleh Edric.

Setidaknya nya masih ada satu orang yang tidak meninggalkan nya, kepala Valery bersandar di bahu itu merasa hangat. Rasa sakit itu tiba-tiba sirna tergantikan oleh rasa kantuk. "Maaf..." Setelah itu Valery pergi dengan damai meninggalkan dunia yang tidak adil untuk nya.

Tubuh Edric tetap tegak merengkuh Valery yang telah tiada, air mata nya mengalir diwajahnya yang tidak berekspresi.

"Maafkan aku karena sempat buta, padahal semuanya memang milikmu sejak awal, kau hanya berusaha untuk mempertahankan nya." Ucap Edric membelai surai perak nya, "Tidak apa-apa tidurlah, mimpi indah. Kita akan bertemu lagi suatu hari nanti."

Mereka berpindah tempat menuju ke sebuah rumah sederhana, rumah impian Valery yang halaman nya dipenuhi oleh bunga-bunga. Seharusnya ini akan menjadi tempat tinggal Valery jika posisi nya dicabut sampai tragedi itu terjadi.

Hati-hati Edric meletakan Valery di atas ranjang memberikan sihir untuk menjaga tubuh nya tetap awet dari proses pembusukan.

Dia kembali ke istana, menuju ruang tahta dimana Javier tengah duduk sambil memegangi kepala nya kesakitan. Disebelahnya ada Uriel yang mencoba menenangkan nya, tapi saat melihat kedatangan Edric gadis itu berlari menghampiri nya.

"Edric kau datang?"

Edric menatap nya dulu wajah polos itu mampu menggerakkan hati nya tapi sekarang dia merasa sangat jijik luar biasa. Dia melewati nya begitu saja dan menghampiri Javier yang masih meringis kesakitan.

Ada aura gelap di sekelilingnya dan makin besar seakan-akan akan segera memakan nya. Bagaimana bisa dia tidak menyadari adanya sihir hitam ini? Apa karena dulu masih ada keberadaan Valery yang memurnikan nya?

Tubuh Pangeran telah dijadikan boneka selama bertahun-tahun oleh gadis ular ini. Tidak mungkin orang yang sejak awal memperhatikan Valery tiba-tiba bersikap asing begitu bertemu dengan gadis lain. Javier tidak memiliki kemampuan untuk menyakiti gadis yang disukai nya sejak remaja. Artinya sihir hitam itulah yang membuat Javier melihat Uriel sebagai Valery.

Mereka yang sudah ditakdirkan bersama oleh dewa tiba-tiba kehilangan belahan jiwa nya pasti sangat mempengaruhi keadaan yang lainnya.

"Si brengsek ini, aku sebenarnya ingin membunuhmu tapi kau ternyata juga korban ular itu." Edric mencabut sihir hitam itu paksa dari tubuh Javier, sihir hitam itu kembali pada pengirim nya memakan tuan nya begitu inang nya hilang.

Javier kembali tersadar dari rasa sakit, melihat Edric yang tersenyum pada nya. Suara jeritan terdengar di dekat mereka. "Ada apa ini? Akh!"

Wajah Javier terlempar kesamping saat Edric menonjok nya. "Selamat datang kembali, aku sengaja menggunakan energi suci agar dua kali lipat lebih sakit." Sapa Edric.

Javier kaget tapi tidak terlalu menghiraukan nya saat melihat gadis yang dikelilingi oleh sihir hitam, tubuh nya terkikis menunjukan kulit yang tersobek-sobek liar.

"Siapa gadis itu?"

"Siapa lagi jika bukan tunangan tercintamu." Edric terkekeh suara nya terdengar sangat jijik ketika mengatakan nya.

"Tunanganku hanya Valery, siapa gadis aneh itu."

"Kau berselingkuh saat masih bertunangan dengan Valery, lalu mencampakkan nya. Dan bahkan pagi ini kau menganugerahi nya hukuman mati." Edric berkata dengan tenang menikmati kepanikan di wajah Javier. "Kau dijadikan boneka menggunakan sihir hitam oleh gadis diatas lantai itu."

Javier mengingat bayangan samar tentang gadis lain, tapi bukan Valery nya. Namun jika Edric yang mengatakan dirinya dibawah sihir hitam maka itu mungkin.

"Dimana Valery sekarang?!"

"Mati dengan damai dipelukanku." Edric melemparkan sihir agar Uriel tetap hidup walaupun sekarat, ia tidak membiarkan nya mati dengan mudah setelah apa yang dilakukannya.

Javier mencengkram kerah pakaian nya, kepanikan rasa takut dan amarah menjadi satu.

"Jangan bercanda! Kau pasti berhasil menyelamatkan nya!"

"Tidak, Valery telah kehilangan keluarga nya dan dibuang olehmu yang menjadi satu-satunya harapannya untuk bertahan hidup. Aku tidak bisa melakukan apapun pada orang yang lebih mencintai kematian."

"Jadi dimana dia sekarang?"

"Di dalam rumah yang tenang."

"Aku harus kesana, sekarang!"

"Javier! Tolong aku KUMOHON tolong aku, ini sakit sekali ... Aku tidak kuat merasakan sakit ini." Uriel merangkak di kaki Javier memohon ketika kulit nya terkelupas. "Kau sangat mencintaiku kan? Tolong aku Javier ..."

Javier hanya melirik nya dingin, melewati nya begitu saja. Edric terkekeh ini hal yang sama yang pernah Javier lakukan pada Valery karena hasutan dari Uriel.

"Hei, bagaimana rasanya mendapatkan karma dari apa yang kau lakukan? Tapi gadis itu menderita dari pada kau, nikmatilah."

Edric berjongkok memandangi gadis yang merintih kesakitan saat kulit nya mengelupas sedikit demi sedikit. Warna rambut merah nya memudar

"Edric dulu kau bilang akan melindungiku."

"Dulu sebelum aku tahu jika kau adalah iblis."

Lullaby Of The Sorrow Where stories live. Discover now