34

3.1K 480 24
                                    

Dewa Fanes memegang janji nya untuk membawa Valery kembali walaupun ternyata lewat beberapa hari, setidaknya itu tidak memakan waktu bertahun-tahun.

Edric tidak henti-hentinya merasa cemas karena keadaan Valery yang seharusnya hanya pingsan menjadi mati suri. Dia tahu jiwa gadis ini menghilang dan berkali-kali berusaha mengembalikan waktu dan terus gagal. Hanya ada satu hal yang membuat nya yakin jika Valery belum mati yaitu Javier tidak berubah menjadi orang gila. Karena jiwa kedua orang ini terhubung sudah pasti akan mempengaruhi satu sama lain.

"Kau tidak akan percaya apa yang sudah kulalui." Kata Valery sambil merenggangkan sendi-sendi otot nya yang kaku. "Seorang dewa berkali-kali mengatakan bahwa aku adalah anak cipataan nya dan bersikukuh membuatku tinggal."

Edric meletakan piring berisi makan siang karena Valery yang mengatakan bahwa ia kelaparan.

"Kau bisa bicara dengan dewa?"

"Bukan hanya bicara tapi bertemu!  Dia Dewa Fanes juga memaksaku memanggil nya Ayah, bukankah sangat mirip dengan Kaisar?!" Valery membiarkan Edric memotong-motong daging sembari ia bercerita. Gerakan tangan Edric terhenti dia menatap Valery lama sekali. "Ini menjelaskan mengapa hidupmu dikelilingi oleh keberuntungan sekaligus kemalangan."

"Apha maksud nyah?" Dia sudah mengunyah daging jadi bicaranya tidak jelas.

"Maksudnya kau adalah anak yang disayangi Dewa tapi disisi lain dewa juga ingin kau cepat mati agar bisa tinggal di surga bersamanya." Edric mengusurkan air saat Valery tersedak.

"Ugh, bicaramu jahat sekali?!"

"Aku hanya mengatakan kenyataan nya." Edric melipat tangan nya sambil memandang keluar jendela. "Ngomong-ngomong aku jadi kasihan pada Javier. Sudah cukup sulit berurusan dengan duke dan putranya kini juga harus bersaing dengan Dewa? Heh aku merasa beruntung dilarang menikah."

Valery tidak mau mengerti apa maksudnya jadi ia bertanya hal lain. Terkadang hubungan sosial antara manusia itu lebih membingungkan dibandingkan statistik inferensial. "Apa yang terjadi selama 3 hari saat aku tidak ada?"

"Air yang kau temukan pada akhirnya membawa harapan untuk orang-orang desa. Aku memanggil beberapa orang kuil untuk datang dan melakukan pembersihan mengandalkan uang hasil penjualan batu berharga milikmu." Edric memberikan catatan yang ia tulis untuk dibaca oleh Valery. "Beberapa orang guild Cristin juga datang membawa bahan pangan serta bibit tanaman seperti yang kau tulis dalam surat."

Valery membaca setiap catatan itu sekilas, dia menyentuh telinga nya dimana anting-anting di dalam mimpi nya ada disana.

"Anting itu ... Kenapa ada begitu banyak kekuatan ilahi yang tersimpan disana?" Pertanyaan spontan dari Edric menyadarkan Valery bahwa ia lupa bertanya apa kegunaan benda ini. Dia terlalu memikirkan cara untuk kembali hingga melupakan hal-hal penting.

"Benda ini diberikan oleh dewa-" Saat Valery berbicara langit diluar sana berubah gelap. Dia menghela napas. "Maksudku Ayah Fanes yang memberikan nya." Setelah Valery meralat kata-katanya baru langit menjadi cerah kembali.

Merasakan tatapan kasihan yang tertuju padanya Valery melambaikan tangan nya. Ia lelah dan merasa terhina karena tatapan itu seolah-olah mengatakan bahwa ia terjebak diantara sekumpulan orang gila.

"Jangan menatapku seperti itu, jadi apakah kak Vincent sudah kembali?"

"Seharusnya hari ini dia sudah sampai, Baron Gray seperti nya mendapatkan perlindungan hingga tuan muda agak sulit menemukan jejak nya." Edric menyerahkan amplop lain berisi surat yang dikirim oleh Vincent. "Aku bersyukur kau bangun lebih cepat karena sepertinya Pangeran Javier merasakan sesuatu terjadi padamu."

Lullaby Of The Sorrow Where stories live. Discover now