2. Cancel the Match

1.9K 302 22
                                    

»»----><----««

Kediaman sang Duke kembali sepi. Seluruh tamu undangan sudah kembali ke kediaman masing-masing. Alex memijat pelipisnya. Tangannya masih senantiasa menulis di atas tumpukan kertas yang Ia sendiri tidak tahu kapan akan terselesaikan.

Suara ketukan pintu mengganggu fokusnya. Alex menoleh ke arah pintu, mengernyit. Siapa lagi sekarang? batinnya. Ia mempersilahkan orang itu untuk masuk.

Lelaki berbadan tinggi dengan postur tegap masuk ke dalam ruangan tersebut, memberi salam pada Alex. "Tuan, Duchess ingin bertemu dengan anda." Felix sedikit menggeser badannya, membiarkan wanita itu lewat untuk menemui Alex.

Wanita cantik dengan beberapa keriput yang mulai terlihat kentara di wajahnya itu berjalan menuju meja kerja Alex. Gaun tidur berwarna biru muda yang Ia kenakan membuatnya terlihat anggun. Wanita itu memberi isyarat kepada Felix untuk meninggalkan mereka berdua.

"Ada apa, ibu? Aku sedang sibuk jadi—"

"Kapan kira-kira acara pertunanganmu dengan Tuan Putri Ripley Arwen bisa digelar? Kita harus mencari tanggal yang sesuai untuk—"

"Ibu, aku bahkan belum pernah bertemu dengannya. Tidak bisa kah ibu sabar dulu? Beberapa bulan terakhir terjadi kekeringan di mana-mana, semua hasil panen gagal. Tidak bisakah ibu membiarkan ku bekerja dengan tenang sekali saja?" Alex menggegam erat pena di tangannya, berusaha agar tetap sabar.

"Alex." Wanita itu menatap putranya itu serius, penuh tuntutan. "Kau hanya perlu menjalankan pernikahan politik ini demi penerus selanjutnya keturunan keluarga kita. Jika bukan itu tujuanku membesarkanmu, berarti kau bukan anak yang menguntungkan."

Perkataan sang Ibu membuat Alex terdiam. Ia sudah sering mendengar kata-kata pahit dari waita tersebut, tapi sampai sekarang Ia masih tidak terbiasa. "Aku akan memikirkannya nanti, ibu tidak usah khawatir." Alex kembali fokus dengan tumpukan kertas di depannya.

"Jika terlalu lama berpikikr, Aku terpaksa menyerahkan kendali kekuasaan kepada adik mu. Mungkin dia akan menjadi anak yang lebih berguna." Wanita yang berusia sekitar setengah abad itu melenggang pergi setelah usai memberi ancaman yang sudah ratusan kali Alex dengar.

Alex kembali memijat pelipisnya. Sekarang kepalanya terasa semakin pusing.

Suara ketukan pintu kembali terdengar. Kali ini Alex tidak mempedulikan hal tersebut dan tetap fokus dengan pekerjaannya. Beberapa detik berlalu, tidak ada yang masuk ke dalam ruang kerjanya. Alex pada akhirnya membiarkan orang di luar sana untuk masuk.

Felix masuk ke dalam ruangan, memberi salam. "Tuan, harus saya apakan gadis yang menjadi tahanan di penjara bawah tanah?"

Alex terdiam, menghentikan aktivitas tulis menulisnya. Karena terlalu sibuk, Ia baru ingat dengan seorang gadis berpakaian lusuh yang tadi sempat mengganggu pestanya. "Bawa dia kemari."

"Baik, tuan." Felix berbalik, pergi untuk membawa tahanan tersebut.

Tak butuh waktu lama, Felix sudah kembali dengan gadis tahanan yang tangannya di ikat kebelakang. Gadis itu sudah tidak memberontak seperti sebelumnya. Ia tahu itu adalah perbuatan sia-sia yang hanya akan menghabiskan tenaganya.

Shasta menatap tajam kearah Alex yang balik menatapnya tanpa ekspresi dan terkesan angkuh. Satya kenapa, sih? Mama juga waktu itu kayak orang lain. Apa mereka lupa ingatan?

"Turunkan pandangan mu! Berani sekali-"

"Tinggalkan kami berdua," titah Alex, memotong ucapan Felix.

Perintah tuannya itu segera Felix turuti. Pengawal setia sang Duke itu sempat melayangkan tatapan tajam kearah Shasta sebelum akhirnya meninggalkan ruangan tersebut.

He's the VillainWhere stories live. Discover now