32. War I

592 134 4
                                    

»»————><————««

Keadaan tenda-tenda penginapan masih sama. Seluruh pasukan masih tertidur pulas. Api unggun sudah lama padam. Suara jangkrik menjadi satu-satunya melodi yang mereka dengar.

Kwakk!

Sontak keenam orang itu langsung menoleh keatas begitu mendengar suara burung yang mendekat kearah mereka.

"Burung pengantar surat. Apa penyerangan sudah di mulai?" Tanya Jake.

"Monster-monster itu baru akan datang saat matahari terbit nanti." Jawab Theodor.

Burung itu terbang rendah. Alex mengulurkan tangannya agar burung itu bisa mendarat di atasnya. Di kaki burung tersebut, terikat sepucuk surat kecil dengan benang coklat. Alex membuka ikatan benang, membaca dengan teliti isi surat. Jayden membantu penerangan dengan Mananya.

Perlahan kening Alex berkerut semakin dalam seiring ia terus membaca surat tersebut.

"Apa isi suratnya?" Tanya Jake penasaran.

Alex menghela nafas frustasi. Tatapan-tatapan penuh pertanyaan mengarah kepadanya.

"Ini surat dari Felix. Raja bilang, bahwa keadaan di istana dan pusat kota masih aman, tapi tidak dengan ducy. Sebagian pasukan memberontak dan mengepung wilayah kekuasaan Duke." Jelas Alex.

"Tapi kenapa tiba-tiba? Maksudku tidak mungkin pasukan itu terhasut begitu saja untuk memberontak!" Theodor juga nampak frustasi. Lelaki itu memilih mengambil duduk di salah satu batang kayu besar.

"Henry Eden. Hanya dia satu-satunya kemungkinan terbesar." Jawab Jayden yakin. Kedua tangan lelaki itu sudah terkepal erat menahan emosi.

Hening sejenak. Suasana di sekitar mereka semakin menegangkan. Semua orang kelelahan, dan sekarang masalah baru kembali muncul di hadapan mereka. Pasukan mereka telah berkurang sebagian.

"Kurasa ini bukan ulah saudara ku." Alex mengulum bibirnya, nampak berpikir.

"Apa maksud mu kalau bukan Henry yang melakukannya? Bukan kah itu sudah sangat jelas?" Jake menimpali pernyataan Jayden.

"Adik ku tidak sebodoh itu untuk mengumpulkan pasukan agar mengepung Ducy. Dia pasti tahu betul kalau kita bisa dengan mudah melewati benteng pasukan itu hanya dengan lingkar Mana. Yang membuat mereka memberontak pastilah bukan orang yang mengerti Mana." Jelas Alex.

"Lalu, kalau bukan Henry, siapa yang kedudukannya seberpengaruh itu sampai-sampai bisa membuat para pasukan keluarga Eden memberontak?" Tanya Caitlin. Jujur saja, gadis itu juga sama penasarannya dengan Shasta yang sejak tadi membaca berulang-ulang isi surat.

"Aku tidak begitu yakin, tapi yang pasti, orang itu tidak ingin menahan kita agar tidak bisa menuju ducy. Kemungkinan terbesar adalah, mereka ingin menahan pasukan yang lain agar tidak bisa ikut membantu. Karena itu, kita harus segera pergi. Kita menuju ducy sekarang!" Putus Alex.

Wilayah kekuasaan Duke adalah tempat yang paling berpotensi di serang terlebih dahulu oleh monster-monster itu, karena itu adalah tempat yang paling sering di kunjungi si pemilik Batu Ilzeris. Sedangkan untuk Batu Alzeris yang pemiliknya berasal dari dunia modern akan menjadi tempat terakhir yang akan di serang oleh para monster.

"Kita baru bisa sampai di sana saat malam hari. Kita tidak memiliki banyak waktu." Theodor masih kebingungan dengan rencana Alex.

Alex tidak menjawab. Lelaki itu mengangkat tangannya, membuat lingkar Mana berwarna merah yang mengelilingi seluruh tenda-tenda penginapan, membuat yang lain mendelik tak percaya.

He's the VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang