31. Past Tragedy

659 137 15
                                    

»»————><————««

"Selamat datang. Aku sudah menunggu kalian." Suara lembutnya menggema di langit-langit gua.

Keenam orang itu menatap bingung dengan wanita di depan mereka.

Wanita itu bangkit dari singgasananya, berjalan mendekat kearah mereka. Naga besar di belakangnya masih diam di tempat, layaknya patung. Namun, mereka biasa tahu kalau naga itu hidup karena perutnya yang bergerak naik-turun menghembuskan nafas panas.

"Kau... Perempuan yang sering ada di mimpi?" Tanya Shasta hati-hati. Entah mengapa kata-katanya menjadi baku karena sudah sebulan lebih tidak berada di dunianya.

Wanita itu tersenyum simpul. "Perkenalkan, nama ku Ryu."

"Penguasa Pegunungan Mitologi, Pemegang Kunci Keseimbangan, dan Pemimpin Dari Para Naga. Ternyata sosok itu benar-benar ada..," monolog Theodor lirih, mengingat catatan milik raja terdahulu. Itu adalah beberapa julukan yang di berikan kepada Ryu.

Ryu beralih menatap Theodor. Walau perkataan lelaki itu hampir tidak terdengar, ia masih biasa mendengar dengan telinga panjangnya. Daun telinganya sedikit bergerak-gerak, menangkap frekuensi suara.

"Kau tentu tahu julukan ini dari kakek buyut mu." Tebak Ryu tepat sasaran.

Theodor tertegun, tidak menyangka kalau wanita itu biasa mendengarnya. "Benar. Kau tentu juga kenal dengannya karena kunjungannya 100 tahun lalu." Jawab Theodor.

Ryu hanya tersenyum. Ia mempersilahkan keenam orang itu untuk masuk, sementara naga yang menjaganya menunggu di luar. Naga itu sempat menggerung tak setuju, tapi entah bagaimana, Ryu seakan tahu apa yang naga itu rasakan dan mampu berkomunikasi dengan naga tersebut, sehingga hewan besar itu setuju untuk menunggu di luar.

Pintu batu yang tadi merekah kembali tertutup secara perlahan begitu mereka telah masuk kedalam ruangan.

Ryu mempersilahkan mereka duduk. Wanita itu membuat suara seperti suara cicitan, siulan atau entah apa namanya. Setelahnya, burung-burung dengan warna warni yang indah membawakan makanan berupa sayur-sayuran dan beberapa buah. Burung-burung itu meletakkan piring di atas meja, lalu kembali terbang keluar.

Keenam orang itu hanya bisa menatap kagum kawanan burung yang sudah terbang menjauh.

"Aku yakin kalian memiliki banyak pertanyaan, tapi sebelum itu, silahkan nikmati terlebih dahulu hidangannya." Ryu mempersilahkan keenam orang itu untuk makan.

Karena sudah penasaran bukan kepalang, mereka hanya mencicipi beberapa sendok sayuran segar itu. Waktu mereka tidak banyak.

"Kau memanggil ku, Theodor, dan Shasta untuk mengembalikan 'sesuatu' yang telah di curi seratus tahun lalu bukan?" Alex mulai bertanya. Lelaki itu mengeluarkan pedang dari sarungnya, memberikan pedang itu kepada Ryu. "Itu Batu Ilzeris. Aku sudah berusaha mengeluarkan batu itu dari dalam pedang, tapi batu itu seakan sudah menyatu dengan pedang itu."

Melihat itu, Shasta juga ikut hendak melepas kalungnya. Namun, Ryu menginterupsi mereka.

"Tidak. Kalian pikir tanggung jawab kalian hanya itu?" Ryu menatap tajam ke arah mereka.

"Apa maksud mu?" Dahi Theodor mengernyit tidak paham.

"Kalian pikir, sebanyak apa sisa waktu yang kalian miliki? Satu bulan? Satu tahun? Atau satu abad? Tidak. Waktu kalian adalah sampai matahari terbit esok hari." Nada bicara Ryu yang sebelumnya ramah berubah menjadi dingin.

Sontak keenam orang itu langsung mendelik. Waktu apa yang wanita itu maksud? Apa waktu gerbang penjaga monster-monster itu akan hancur?

"Apa maksud mu? Kita sudah mengembalikan barang yang kau mau sebelum waktunya habis, dan pastinya gerbang penjaga monster-monster itu akan kembali tertutup!" Theodor yang tidak terima meninggikan nada bicaranya.

He's the VillainWhere stories live. Discover now