16. Revealed Truth

917 183 12
                                    

»»----><----««


Bau teh herbal tercium lembut di indra penciuman Shasta. Kepul asap dari cangkir menerpa wajahnya yang pucat. Teh hangat ini sangat pas dengan hujan yang sedang mengamuk di luar sana.

"Apa kau sudah merasa lebih baik?" Tanya Jake, memasukkan biskuit gandum kedalam mulutnya. Sebagai jawaban, Shasta hanya mengangguk.

"Kata Delvien, mana mu benar-benar habis total saat hari itu, tapi untunglah kalau kau sudah pulih." Jayden tersenyum tipis.

"Ah, iya, benar!" Jake berhenti mengunyah. "Bahkan kau sampai tertidur selama 3 hari. Kau benar-benar seperti kerbau." Jake lanjut mengunyah biskuit di dalam mulutnya.

Shasta mendelik kaget, mengubah posisi tidurannya menjadi duduk. "Apa? 3 hari?" Tanya Shasta yang hanya di jawab anggukan oleh Jayden dan Jake. Shasta mengacak rambutnya yang memang sudah acak-acakkan. Ia berdecak, "udah kayak simulasi orang mati gue." Gumamnya.

Memang benar, Shasta sudah tertidur pulas selama 3 hari, dan selama 3 hari pula Delvien di hujani pertanyaan tentang kapan Shasta akan bangun serta ancaman hukuman jika Ia tidak berhasil membangunkan Shasta. Delvien sampai ingin mengundurkan diri saja rasanya. Kenapa rakyat jelata itu sangat penting di mata mereka?

Delvien tidak peduli dan tetap tenang, karena ia tahu kalau Shasta hanya membutuhkan istirahat untuk mengisi "baterai"-nya.

Tok! Tok!

Setelah di izinkan masuk, pintu kayu itu terbuka, memperlihatkan Delvien dengan pakaian penyihir dan jubah panjangnya. Ia masuk, duduk di sofa yang tersedia di kamar itu.

"Kau sudah siuman dan aku tidak punya banyak waktu lagi, jadi langsung ke intinya saja." Delvien mengeluarkan buku dengan sampul warna coklat tua dan sebuah pena. "Bagaimana kau bisa membangunkan Alex saat itu?"

Shasta membenarkan posisinya, menjadi duduk. "Pake Batu Alze... Al al apa lah itu namanya." Bola mata Shasta mengarah keatas, berusaha mengingat-ingat.

"Alzeriz." Delvien mulai mencatat sesuatu di buku miliknya.

"Iya, itu!"

"Bagaimana kau bisa mengaktifkan Batu Alzeriz?" Delvien melontarkan pertanyaan kedua.

"Emm... Sebenernya aku masih belum tau, tapi waktu itu batunya kayak ngeluarin cahaya sama benang-benang tipis yang bercahaya, banyak. Benang-benang itu kayak ngarah ke satu arah. Waktu itu benang-benang itu ngarah ke pedang yang biasa Eden bawa kemana-mana." Jelas Shasta, mengingat-ingat kejadian malam itu.

"Kemudian ap-"

"Pft-tunggu tunggu. Apa tadi kau bilang? Eden?" Jake menginterupsi kalimat Delvien. Lelaki itu tertawa terbahak-bahak. "Panggilan macam apa itu? Tidak ada yang pernah berani memanggil Alex dengan panggilan itu." Jake masih tergelak, memegangi perutnya yang mulai sakit karena terus tertawa. "Kau beruntung karena Alex tidak mendengar panggilan itu." Jake menghapus air matanya yang keluar karena tertawa.

"Sudah?" Delvien menatap tajam Jake yang masih berusaha menghentikan gelak tawanya.

Melihat tatapan mengerikan itu Jake langsung terdiam, tidak berkutik. "Maaf."

He's the VillainWhere stories live. Discover now