3. Fake Nobility

1.5K 285 40
                                    

»»----><----««

Keadaan Shasta kacau. Sejak tadi Ia hanya termenung di balik jeruji besi, memperhatikan api obor yang menari-nari di udara. Ia sudah mencoba segala cara untuk kabur, tapi tidak ada satupun yang berhasil. Semangatnya untuk melarikan diri dan kembali ke rumah perlahan pupus.

Shasta memainkan ujung rambutnya, masih memperhatikan api obor. Api itu bergerak ke kanan, ke kiri, ke kanan, ke kiri —berhenti. Api itu berhenti bergerak. Penjaga yang berlalu lalang juga berhenti bergerak. Semuanya mematung di tempat. Waktu kembali berhenti seperti sebelumnya.

Melihat kesempatan tersebut, Shasta bergegas meraih batang kayu panjang yang sejak tadi berada di dalam selnya. Batang kayu itu memiliki paku yang mencuat di ujungnya. Paku itu Ia gunakan untuk meraih kunci yang tergantung di salah satu jari penjaga. Shasta berkali-kali gagal meraih kunci tersebut karena jaraknya yang jauh dan batang kayu yang berat. Namun, setelah beberapa menit mencoba, akhirnya gadis itu bisa meraih kunci tersebut. Saat kunci sudah berada di tangannya, Shasta segera membuka gembok dan melarikan diri dari penjara bawah tanah tersebut.

Hal yang pertama kali Shasta lihat saat keluar adalah langit malam penuh bintang. Pemandangan itu tidak pernah Ia lihat di kota. Banyaknya lampu perkotaan menghalangi cahaya bintang yang ternyata begitu cantik, bertaburan di langit gelap malam.

Astaga, udah malem aja? Berarti udah seharian gue kekurung di ruangan sumpek penuh kecoa itu?

Shasta tidak memiliki waktu untuk mengagumi pemandangan tersebut. Ia harus segera pergi. Gadis itu berlari sembarang arah. Matanya bergerak ke sana-kemari mencari jalan keluar, tapi yang Ia lihat hanyalah lorong-lorong dengan pilar-pilar tinggi. Tempat itu penuh dengan kemewahan dan kemegahan yang tidak pernah Shasta lihat sebelumnya.

Langkah gadis itu melambat akibat lelah berlari. Napasnya terengah. Jantungnya memburu karena ketegangan. Samar-samar Shasta mendengar suara langkah kaki dari lorong di sebelah kanannya. Tidak hanya satu orang yang melangkah ke arahnya. Shasta tidak tahu berapa tepatnya, intinya lebih dari satu orang. Tubuhnya seketika menegang. Dengan panik Shasta lari menuju lorong di sebelah kirinya. Namun, lorong itu buntu. Ia tidak mungkin bisa kembali ke tempat sebelumnya.

Di lorong tersebut hanya ada satu ruangan. Shasta tidak memiliki pilihan lain. Ia segera masuk ke dalam satu-satunya ruangan tersebut saat mendengar langkah kaki itu semakin mendekat. Shasta menutup perlahan pintu ruangan, berusaha untuk tidak menimbulkan suara sekecil apapun. Saat berbalik dari pintu, Shasta dibuat ternganga dengan ruangan tersebut. Itu adalah sebuah kamar tidur yang luasnya berkali-kali lipat dari kamarnya. Kamar itu didominasi oleh warna biru gelap dan emas. Semua interiornya terlihat sangat klasik dan mahal. Namun tidak ada waktu untuk berkeliling dan melihat-lihat. Ia harus segera bersembunyi.

"Kalian cari di sebelah sana! Kau, ikut denganku!" Suara dari salah satu penjaga terdengar sampai ke ruangan tersebut.

Shasta kalang-kabut mencari tempat bersembunyi. Ia tidak bisa bersembunyi di kolong tempat tidur karena letaknya yang berseberangan dengan pintu masuk. Orang akan dengan mudah melihatnya begitu masuk ke dalam kamar tersebut.

Tatapannya terpaku pada sebuah ruang ganti pakaian. Tanpa pikir panjang, Shasta langsung masuk ke dalam ruangan tersebut. Bau bunga mawar yang begitu segar langsung menyambut indera penciumannya. Bau itu berasal dari pakaian-pakaian mewah yang tergantung di sana.

Namun, Shasta menyadari sesuatu. Semua pakaian di dalam sana adalah pakaian pria. Dan sepertinya Ia mengenali setelan biru tua dengan aksen emas tersebut.

Jangan bilang ini kamar

"Gadis itu masih berada di Dimen. Cari dan bawa dia ke hadapanku."

He's the VillainWhere stories live. Discover now