9. Modern World

1.1K 238 40
                                    

»»----><----««

Denting jam dinding terus berbunyi. Sudah hampir tengah malam dan Shasta tidak bisa memejamkan matanya. Ia memutuskan untuk membaca novel yang 5 bulan lalu ia beli dan baru ia baca sekitar 12 halaman. Jika sudah berurusan dengan buku, jangankan membaca 2 halaman, baru baca setengah saja mungkin Shasta sudah terlelap, karena Shasta tidak pernah tertarik dengan isi buku tersebut.

5 menit berlalu, kedua matanya masih terbuka lebar. Shasta menggerutu di dalam hatinya. Kenapa tadi ia harus minum kopi segala sebelum pulang bermain bersama Satya?

Karena bosan membaca novel, Shasta pindah, duduk di depan meja riasnya, memutuskan untuk bereksperimen dengan makeup yang baru saja ia beli di mall. Ya, hampir semua perempuan suka melakukan ini jika tidak ada kerjaan malam-malam.

Baru hendak membuka paper bag, gerakan tangan Shasta terhenti. Gadis itu termangu, menatap kristal bergradasi ungu yang sempat ia jadikan kalung saat kembali ke ruang bawah tanah.

Sehari setelah Shasta pulang dari dunia tersebut, Shasta memutuskan melihat pintu ruang bawah tanah rumahnya, dan tidak menemukan apapun selain alat perkakas yang di simpan di balik pintu dengan ukiran klasik rumit tersebut.

Kristal bergradasi ungu terjatuh tak jauh dari pintu. Lubang tempat Shasta menaruh kristal yang berada di tengah pintu hilang begitu saja, juga dengan ke-empat kristal yang lain. Yang Shasta tahu, jelas bahwa itu bukan mimpi.

Shasta memegang rantai kalung dengan kristal ungu yang terikat sedemikian rupa dengan kawat berwarna emas. Shasta meringis pelan. Benar, seharusnya ia tidak memakai kalung ini saat mau tidur. Lihat, di sekitar lehernya terdapat jejak merah melingkar. Terasa amat gatal, tapi jika di garuk akan terasa perih. Duh, jadi serba salah.

Akhirnya Shasta melepaskan kalung tersebut dan meletakkannya di meja rias

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Akhirnya Shasta melepaskan kalung tersebut dan meletakkannya di meja rias. Sayang sekali, padahal kalung itu terlihat cantik saat di pakai. Terutama jika terkena sinar matahari. Warna ungunya semakin terlihat cantik.

Shasta mulai memilih-milih referensi makeup yang akan ia buat malam ini. Saat sedang asik berkutat dengan pensil alis, tiba-tiba saja-

BRAK! BRAK! BRAK!

Shasta terperanjat. Alis yang sudah ia buat rapih-rapih tercoret. Siapa, sih, malem-malem gedor-gedor segala? Masa mama? Jangan-jangan... Eh, pencuri?

Tanpa pikir panjang, Shasta mengambil buku pelajaran biologi miliknya yang tebalnya melebihi kamus. Buku itu bisa ia jadikan senjata jika benar ada maling di rumahnya.

Brak! Brak! Brak!

Suara gedoran itu kembali terdengar, tapi lebih pelan. Eh? Tapi suara gedoran itu bukan berasal dari pintu depan, tapi berasal dari dapur. Shasta menelan salivanya, mengendap-endap menuju dapur. Jantungnya terpacu semakin cepat.

He's the VillainWhere stories live. Discover now