20. Disguised

905 168 19
                                    

»»----><----««

Meja bundar itu penuh dengan keranjang makanan dan perhiasan. Sinar matahari yang terik berada tepat di atas kepala terganti dengan langit yang sedikit redup, mendung. Angin sejuk berhembus di sekitar danau, membuat permukaan air danau bergerak searah gerakan angin berhembus.

Jayden datang mengunjungi Shasta di kediaman keluarga Caliv. Awalnya ia ingin datang bersama Jake, tapi lelaki itu memiliki pekerjaan yang harus segera ia selesaikan.

Saat Jayden berkunjung, Caitlin lebih dulu menyuruhnya untuk bertemu di sekitar Danau Enveulla agar Shasta tidak perlu menutup-nutupi wajahnya agar tidak terlihat para pelayan.

Dan disini lah mereka sekarang, Danau Enveulla. Shasta termangu menatap barang-barang yang di bawakan Jayden untuknya. Beberapa makanan ringan, gaun, dan perhiasan yang tampaknya bisa untuk membeli mobil untuk masing-masing bandulnya.

"Ini semua untuk mu dari aku dan Jake. Kau rela bolak-balik dari dunia modern ke dunia ini lagi karena kami, jadi ini sebagai tanda terimakasih kami." Jayden terkekeh, menata perhiasan-perhiasan emas di atas meja.

Rahang Shasta jatuh, matanya berbinar-binar melihat kilauan dari perhiasan.

"Kau mencoba berterimakasih atau menyuapnya agar terus membantu kalian?" Caitlin yang sejak tadi hanya diam memperhatikan, mulai mengomentari.

"Menyuap? Untuk apa aku menyuapnya? Jika Shasta berpikir untuk berhenti membantu kami sampai di sini, ya tidak apa-apa. Itu adalah haknya. Aku dan Jake memberikan ini semua sebagai tanda terimakasih." Jayden membantah tuduhan berkedok pertanyaan dari Caitlin. Senyum lelaki itu tertekuk.

"Dari Eden?" Sela Shasta, mencari barang yang sekiranya diberikan oleh lelaki itu padanya. Mungkin sebuah kalung atau gelang.

"Dia akhir-akhir ini sangat sibuk. Bahkan aku sendiri sangat sulit bertemu dengannya. Yang ku temukan di Dimen hanya 'kembarannya' saja." Jawab Jayden.

Shasta ber-oh pelan. Tampak jelas di wajahnya terukir kekecewaan, tapi sedetik kemudian ia kembali tersenyum, mengucapkan terimakasih kepada Jayden dan menitipkan salam terimakasih pada Jake.

Sinar matahari kembali mengintip dari balik gumpalan awan di atas sana. Karena bosan hanya mengobrol, Shasta memutuskan untuk bermain di sekitar danau. Jayden hendak menyusul Shasta yang sudah sampai di tepi danau sebelum Caitlin mencegatnya.

"Kau menyukai gadis itu?" Tanya Caitlin blak-blakkan.

Jayden mendengus. "Aku menganggapnya sebagai teman, asal kau tahu."

Caitlin menyeringai. "Itu sangat terlihat jelas di wajahmu, bodoh. Kau tidak pandai berbohong. Tentu saja aku tidak akan membiarkan gadis malang itu terhanyut dalam rayuan buayamu." Caitlin terkekeh, lebih dulu menyusul Shasta, meninggalkan Jayden yang terdiam dengan wajah masamnya.

Jayden ikut menyusul ke tepi danau. Wajahnya masih tertekuk, tidak terima dengan perkataan Caitlin. Jika tidak ada Shasta di sini, ia sudah adu debat dengan Caitlin.

"Kau tahu permainan ini?" Tanya Caitlin pada Shatsa. Caitlin memungut batu pipih di sekitar danau, melemparnya ke permukaan danau. Batu itu melompat beberapa kali di permukaan air, lalu tenggelam.

Senyum Shasta mengembang. Ikut memungut batu pipih di sekitarnya. Dulu saat masih kecil, ia juga senang bermain permainan ini. Siapa yang batunya terlempar paling jauh dan paling lama tenggelam adalah pemenangnya.

He's the VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang