21. Drown

753 161 5
                                    

»»----><----««


CRAK!

Bertepatan saat kalimat telepati itu selesai, sebuah mana berbentuk mata tombak berwarna kuning menghantam rantai-rantai yang melilit tubuh Satya. Rantai-rantai itu putus, jatuh bersamaan dengan tubuh Satya.

Satya meraup rakus oksigen di sekitarnya. Sejak tadi ia tercekik dengan rantai yang melilit lehernya. Namun itu tidak sebanding dengan kenyataan pahit yang baru saja ia ketahui. Ayahnya dibunuh hanya untuk menggantikan tubuh orang lain dan entah sekarang di mana makamnya.

Alat sihir yang Alex kenakan sudah dimatikan. Alex mengirim mata tombak itu untuk melepaskan rantai-rantai yang melilit Satya.

Sejak tadi ia berdiri di sudut ruangan, mendengar semua yang di ucapkan Henry pada Satya, kecuali telepati tadi.

Henry tidak terkejut, sudah menduga bahwa Satya tidak datang sendirian. Tangan Henry terangkat. Mata tombak berwarna hitam turun dari langit-langit ruangan bagai hujan.

Alex juga mengangkat tangannya. Lingkaran mana terbentuk, melindungi tubuhnya. Mata tombak yang terus menghujaninya bagai tersedot masuk kedalam lingkar mana, lalu hilang.

Henry menggeram. Ia menyerang Alex dengan mana berwarna hitam yang keluar dari telapak tangannya. Serangan itu berbentuk seperti ribuan jarum hitam yang siap menusuk tubuh Alex.

Lagi-lagi Alex menghindar, membuat lingkar mana sebagai tameng untuk melindungi diri. Ia berusaha untuk tidak menyerang Henry, jadi ia dan Satya harus segera pergi dari sini.

"Keluar dari kastil, sekarang!" Teriak Alex pada Satya yang masih terbatuk karena cekikan rantai.

Satya segera bangkit, berlari kearah pintu sebelum sebuah rantai melilit kakinya, menyeretnya kembali ke tempat yang sama.

"Sekarang apa lagi yang kau rencanakan, sialan?" Henry menyeringai. Tangannya terkepal kuat.

Henry kembali mengirimkan mata-mata tombak itu pada Alex. Kali ini Alex tidak membuat lingkar sihir, tapi ia mengarahkan tangannya ke depan dan-

BLAR!

Bunyi ledakan terdengar kencang. Ratusan mata tombak itu gugur ke tanah, menjadi abu hitam.

Tangan Alex yang satunya mengirimkan mata tombak kearah rantai-rantai yang melilit kaki Satya, memutusnya. Satya segera bangkit, keluar dari ruang bawah tanah dengan kaki yang sedikit pincang untuk memanggil yang lain agar segera pergi. Persetan dengan "kembaran"-nya itu.

Kalau bisa "Kembaran"-nya itu langsung membunuh lelaki bernama Henry itu di tempat. Satya awalnya sempat berpikir untuk menyelamatkan Lucius, tetapi lelaki itu tertidur lelap, tidak mendengar pertarungan hebat yang tengah terjadi di depannya.

Sebelum Satya datang, Henry menyuntikkan obat penenang pada Lucius agar lelaki tua itu berhenti mengerang meminta "tanaman itu". Tentu saja Henry mendapatkan obat-obatan itu dari Sean.

Alex masih menahan serangan Henry. Cahaya hitam keluar dari tangan Henry, berusaha menembus perisai pertahanan yang Alex buat. Alex tidak tahu menahu dari mana adiknya mendapatkan mana gelap itu. Terlebih lagi kekuatan mana itu yang begitu kuat. Setara dengan latihan bertahun-tahun untuk mencapai mana berwarna kuning.

Krak... BLAR!

Perisai pertahanan itu pecah. Tubuh Alex menghantam dinding sangat keras. Darah segar mengucur dari kepalanya yang terhantam dinding.

He's the VillainWhere stories live. Discover now