Lima Puluh Lima

1.6K 188 37
                                    

Author's POV

Suara Alice masih terdengar, masih meneriakkan hal yang sama. Keadaan halaman Cheyenne Middle yang luas dan minim cahaya memuakkan Addo. Kepanikan berkumpul dalam kepalanya, konsentrasinya terganggu akibat debar jantungnya yang diluar kendali. Ia merasa seperti akan meledak sewaktu-waktu oleh kecemasannya sendiri.

"Diam!" Bak tersambar petir, Addo terkejut mendengar suara Logan yang juga entah darimana asalnya. Sebuah gerutu singkat lolos dari mulutnya.

Seharusnya aku tahu!

Dia terus berlari. Mencari dengan mengandalkan pendengaran serta feeling-nya, yang berakhir mengantarkan dirinya ke halaman parkir belakang Cheyenne Middle. Addo bersyukur suasana disana lebih terang karena ada lebih banyak lampu. Mobil-mobil berderet sepanjang halaman; pastinya milik dari guru-guru. Namun, segera ia menangkap pemandangan tidak menyenangkan dari salah satu deretan mobil.

Dia berlari kesana secepat yang ia bisa, lalu menikam punggung Logan dengan sikunya. Erangan keras jelas sekali terdengar ketika Addo melakukannya, sebelum yang ditikam jatuh.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Addo cepat ke Alice. Suaranya juga nyaris tak terdengar gara-gara deru napasnya yang terburu usai berlari. Alice bersandar ke sebuah badan mobil, memegangi bagian depan pakaiannya yang berantakan serta setengah terbuka. Dia menangis sangat ketakutan. Pun Addo mendekatinya, memegang salah satu tangannya.

"You're safe now. Fix your clothes," lanjutnya lalu berbalik menghadap Logan yang masih terkapar di tanah. Alice tidak mengatakan apapun. Dia masih menangis. Tangannya gemetar ketika memperbaiki kembali posisi pakaiannya hingga menutup dengan benar.

"Kau bangsat sialan!" rutuk Addo ke Logan yang perlahan bangkit berdiri. Kemarahan berlipat-lipat menyelimuti mereka berdua.

"Apa itu salah? Dia pacarku, bodoh." Logan membalasnya sinis.

"Kau tidak punya otak atau mata, huh? Kau tidak lihat dia menangis? Apa ini cara seorang lelaki memperlakukan pacarnya?" Addo membalanya tak kalah sarkas, membuat Logan makin berang. Jari-jari tangannya mengepal. Tanpa basa-basi, pukulannya melayang ke wajah Addo dari samping. Alice refleks memekik terkejut dan takut. Beruntung Addo berhasil membaca gerak-geriknya sebelum ia berhasil menghindar dengan membungkuk ke bawah tepat pada waktunya.

Dan ketika dia berdiri lagi, dia balik menyerang Logan dengan memukulnya tepat di pipi. Tak sampai disitu, Addo menendang perut serta pinggang Logan. Dia kembali jatuh tersungkur di tanah, namun Addo tidak peduli. Dia terus menghajar Logan seolah memang tidak ada ampun lagi untuknya.

"Sudah, Addo, sudah! Kumohon berhenti!" Alice mencoba menghentikan sahabatnya, namun disisi lain untuk mendekat saja dia tidak berani. Gadis itu ikut panik. Sekarang dia melihat Logan memutar balik posisi dan menghajar Addo tak kalah kerasnya. Bahkan Addo sempat meludah darah setelah Logan memukul rahangnya.

"Aku bilang hentikan! Kalian berdua!"

Tetap tidak ada yang menghiraukan.

Logan duduk diatas perut Addo, dengan kedua tangan mencekik lehernya. Addo meronta mencoba memukulnya namun sia-sia.

"Aku sudah bilang untuk tidak ikut campur." geram Logan sambil menambah kekuatan pada cekikannya. Untuk sekilas Addo kembali teringat saat-saat ia digantung di lab oleh Zachary, beberapa bulan yang lalu. Namun sekarang jelas tidak ada yang akan menyelamatkannya seperti waktu itu.

Pelan-pelan Addo mulai merasa sulit bernapas. Kedua tangannya mencengkram balik pergelangan tangan Logan, mencoba mendorongnya hingga lepas dari lehernya. Akan tetapi tetap tidak ada hasil. Cekikan itu membuat Addo lemah.

Father For Addo -g.c (Addo Series #1)Where stories live. Discover now