Tiga Puluh Empat

2K 210 21
                                    

 A/N Di multimed itu MADEON LOH ANJIR KECEAN BARU GUE –ehm. Maaf salfok. 

Happy reading

-kiki x 

***

Author's POV

"Candle, Bethany?"

"Hadir."

"Cameron, Dylan?"

Hening.

"Mr. Cameron?" ulang Mrs. Steele seraya menurunkan buku absensi dari wajahnya. Pandangannya—termasuk Addo dan beberapa orang lain—tertuju ke bangku Dylan yang terletak di pojok depan kelas. Pantas saja, bangku itu kosong.

"Ada yang tahu dia kemana?"

"Tidak, Ma'am," sahut sekelas kompak. Addo mengerutkan kening. Seingatnya ini hari kedua Dylan tidak sekolah setelah dia meninggalkan homeroom. Ada apa dengan anak itu? Dia bertanya-tanya sendiri.Dan suara didalam kepalanya menimpali, kenapa kau jadi peduli padanya?

Lagi? Tambah yang lain.

Lupakan, kata Addo sendiri. Absensi kelas berlanjut. "Chance, Addo?"Dia hanya mengangkat tangan.

Ketika sedang makan di kantin saat jam istirahat, Alice menunjukkan sebuah selebaran. "Lihat," tangannya mendorong kertas selebaran itu ke hadapannya dan Matt. "Apa ini?" Matt langsung membaca isinya. "Oh tidak."

Gantian Addo yang mengambil kertas tersebut. "Apa maksudmu dengan oh tida---oh ya, sial, kau benar."

"Superheroes Prom Night; A Charity Night -- proudly pesented by 8th Grade of Cheyenne Middle School 

Malam penggalian dana oleh siswa-siswi kelas 8 Cheyenne Middle School.

Mengangkat tema superheroes prom night, seluruh siswa diharapkan hadir pada..."

Sebenarnya, tanpa perlu membaca detil isi selebaran itu, mata Addo sudah lebih dulu melihat tulisan "acara dansa" tertera disana. Bisa dibilang malam penggalian dana seperti ini sudah menjadi tradisi para siswa kelas delapan. Mereka melakukannya untuk amal kepada yayasan dan yatim piatu. Dari tahun ke tahun mereka melakukan acara yang berbeda-beda untuk menggali dana, seperti menggelar konser musik, membuat rumah hantu untuk umum, pameran dan acara dansa seperti yang tahun ini.

"Superheroes prom," gumam Matt, namun kali ini dengan ekspresi yang seratus delapan puluh derajat berbeda dari sebelumnya. Sekarang dia tertarik. "Keren! Kita harus datang."

"Iya, aku setuju!" timpal Alice cepat.

"Kau bagaimana?" Matt menyikut Addo, dibalas dengan bola matanya yang diputar malas.

"Kukira 'oh tidak'mu yang tadi berarti kau tidak setuju. Tapi kalau kalian berdua datang, ya, aku tidak punya pilihan lain, kan?" Dia mengendikkan bahu.

Seseorang secara tiba-tiba menyela sinis, "Menyedihkan. Para pecundang dan rencana pesta mereka."Spontan mereka bertiga menoleh ke samping, ke sumber suara. Rupanya Jason dan Jake. Setelah sekian lama tidak berurusan dengan mereka, tiba-tiba mereka muncul lagi.

"Bukan urusanmu!" seru Alice.

"Diam kau, British," kata Jason, membuat wajah Alice seketika merah padam karena emosi.

"Apa masalahmu, hah?" tanya Addo ketus. Jason tidak langsung menjawab, melainkan menatapnya beberapa saat dulu dengan pandangan sinisnya yang biasa."Ayo pergi," ajaknya kemudian ke Jake lalu mereka berlalu begitu saja. Addo menggebrak meja lalu menyusul mereka berdua. Dia mendengar Matt dan Alice memanggilnya dari belakang untuk kembali, tapi tak dihiraukan.

"Hei Addo, kembali! Ugh sial, dia tidak mendengar kita!" Matt ikut-ikutan beranjak dari meja dan menyusul Addo keluar dari kantin."Hei tunggu!" secepat kilat Alice mengemasi barang-barang lalu lari mengejar Matt.

"Hei!" Addo berteriak, Jason dan Jake berhenti dan berbalik.

"Pergilah, Chance! Aku tidak ingin berurusan dengan pecundang sepertimu."

"Aku tidak suka kau menghina Alice begitu." Dia tidak suka cara Jason memanggilnya 'British'.

"Lalu?" Jake bertanya balik, tapi sayang Addo tidak menyangka kesana sehingga ia tidak memiliki jawabannya. Jason dan Jake tertawa seraya melengos pergi. Addo hanya memandangi punggung-punggung mereka yang berlalu. Seseorang kemudian mengcengkram pundaknya dari belakang lalu menariknya.

"Kau tidak apa-apa?" itu Matt. Addo menggeleng. Lagi dan lagi dia benci kenapa bisa sampai membiarkan dirinya bertindak sebelum berpikir. Dia memang menyukai Alice, tapi gadis itu hanya sahabatnya. Dia sudah punya Logan. Logan yang harusnya menegur Jason, bukan Addo.Sampai kapan Addo harus memberitahu dirinya bahwa dia bukan siapa-siapanya Alice?Kenapa harus dia yang repot mengejar dan menegur Jason dan Jake untuk sesuatu yang tidak penting seperti itu?

Alice beranjak mendekatinya, raut wajahnya cemas.

"Addo kau yakin kau tidak---"

"Aku mau ke kamar mandi," potongnya cepat lalu pergi meninggalkan sahabat-sahabatnya dalam kebingungan.Addo memberi garis keras dalam otaknya bahwa dia harus berhenti menyimpan perasaan pada Alice. Harus. []  

Father For Addo -g.c (Addo Series #1)Where stories live. Discover now