Dua Puluh Sembilan

1.5K 222 14
                                    

Author's POV

Pagi.

Aktivitas di rumah keluarga Chance kembali berlangsung seperti biasa. Setelah menyiapkan sarapan, Pat sibuk menyiapkan perlengkapannya untuk bekerja. Sementara Addo menghabiskan sarapannya sendirian di meja makan. Tidak ada perasaan curiga. Tidak ada pertanyaan meskipun semalam anak itu mendapat sebuah mimpi aneh.

Semuanya berjalan seperti biasa. Hanya jam belajar menjemukkan yang akan dia temui nanti di sekolah nanti yang terpikirkan oleh Addo.

Sedangkan pikiran Pat kacau... kacau sekacau-kacaunya. Selain karena kejadian semalam membuatnya menangis, gelisah hingga tidak bisa tidur, dia memang sedang dipusingkan oleh urusan pekerjaannya. Pat meneruskan pekerjaan ayahnya yakni sebagai pemilik sekaligus kepala sekolah Cheyenne Middle School. Ayah Pat sudah meninggal dunia akibat serangan jantung ditempat setelah mendengar berita terburuk yang dialami putrinya.

Pat sempat tinggal bersama ibunya tapi tidak lama. Addo baru berumur setahun saat ia membawanya pindah ke rumah yang mereka tempati sekarang. Sementara ibu Pat menetap di rumah lama mereka, seorang diri.

Ngomong-ngomong soal rumah, diluar rumahnya Greyson mondar-mandir gelisah. Dia bingung bagaimana harus kembali pada Pat. Dia yang kemarin bilang akan tetap pergi darisana, lalu sekarang dia juga yang memutuskan untuk kembali?

Seandainya aku tidak lupa dengan janjiku waktu kelahiran Addo, setidaknya aku akan berpikir dua kali, rutuknya pada diri sendiri.

Greyson menendang kerikil yang ada dihadapannya tapi kakinya justru menembusnya. Dan hal itu membuatnya bertambah kesal.

Perhatiannya lantas teralihkan oleh kedatangan seorang wanita dari ujung jalan. Wanita itu berjalan dengan menyeret sebuah koper dibelakangnya. Penampilannya bahkan sangat lengkap: baju jaket panjang, celana jeans, syal dan sepatu. Awalnya Greyson cuma bengong memandanginya, namun dia langsung gelagapan minggir karena wanita tak dikenal itu lewat di tempatnya berdiri.

Senyum sumringah wanita itu mengembang ketika dia berdiri didepan pintu rumah Pat. Tangannya yang sudah keriput mengetuk daun pintu tiga kali. Greyson memerhatikan dari jalan, agak was-was kalau Pat yang akan membukakan pintu...

Pintu terbuka dan yang keluar adalah Addo.

"Ya Tuhan, kau sudah besar!" seru wanita itu setelah melihat Addo. Greyson masih bertanya-tanya siapa wanita itu dan kenapa dia bisa kenal dengan keluarganya?

Addo berpikir sejenak sebelum raut wajahnya berubah gembira. "Grandma, I miss you!" Kemudian dia berseru ke dalam, "Mama, ada nenek!"

Seruan Addo menjawab semua pertanyaan di kepala Greyson. Orang itu adalah ibu Pat. Greyson mengulas senyum—sekarang dia punya alasan untuk tidak masuk ke rumah. Dia tidak mau mengganggu kebahagiaan yang sedang berlangsung.

Hantu 'remaja' itu memutuskan duduk di trotoar, disaat yang bersamaan orang-orang mulai berhamburan keluar dari rumah dan beraktivitas. Ada yang menggunakan seragam ke kantor, ada juga anak-anak seusia Addo yang pergi ke sekolah. Tidak ada yang akan melihatnya, karena orang-orang itu tidak indigo seperti seorang tetangga bernama Hugo yang rumahnya hanya berselang tiga rumah ke barat. Dan Greyson juga tidak sedang membuang tenaganya untuk memperlihatkan diri, seperti yang selalu dia lakukan didepan Pat.

Matahari belum bersinar terlalu tinggi, satu-satunya alasan kenapa Greyson masih bisa berada diluar ruangan. Tapi berbicara soal matahari mengingatkan Greyson akan liburan musim panas yang telah lewat. Satu hal yang dipikirkannya hanyalah Addonya. Anak itu sudah lima belas tahun. Momen libur musim panas seharusnya bisa menjadi momen yang pas baginya dan Addo untuk meluangkan waktu bersama sebagai ayah dan anak.

Father For Addo -g.c (Addo Series #1)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt