Empat Belas

2.2K 233 11
                                    

Author's POV

Pat dan Addo berada didalam mobil, berkendara menuju rumah keluarga Chance. Selama perjalanan, Addo kebanyakan diam. Dia penasaran dengan keluarga ayahnya, tapi tidak berani mengatakan apa-apa kepada ibunya.

Itu karena dari awal keberangkatan, raut wajah Pat tidak seperti biasanya. Dan dia juga hanya diam. Hanya suara radio kecil yang mengisi perjalanan mereka.

Pat memang menyembunyikan perasaannya. Tapi kalau dia mau jujur, dia sendiri tidak mengenali perasaannya. Semakin mereka mendekati rumah keluarga Chance, kenangan terburuknya makin terbuka dalam ingatannya.

Satu hal yang Addo tidak sadari, ibunya tidak ada menoleh sedikitpun ke jok belakang. Yep, itu karena Greyson berada disana. Awalnya dia memang tidak mau ikut, tapi dia juga khawatir. Dan ditambah karena Pat memintanya untuk ikut, maka disanalah akhirnya ia berada.

Ban mobil berbelok lalu masuk ke dalam sebuah pekarangan rumah. Addo turun lebih dulu. Bocah itu diam memandangi rumah berlantai dua yang kini ada dihadapannya. Cat temboknya berwarna hijau kebiruan yang agak pudar. Satu lagi yang dia tidak ketahui, Greyson berdiri disebelahnya. Pat melihat mereka berdua dan hanya bisa ikut... diam.

Meskipun hantu, perasaan Greyson tetap berkecamuk ketika menatap kembali rumah lamanya. Tempat dimana keluarga tercintanya tinggal. Seluruh kenangannya sebelum bertemu Pat masih ada di rumah ini. Ibunya, ayahnya, kakak-kakaknya yakni Alexa dan Tanner... mengingat mereka semua membuat Greyson ingin menangis. Tapi sedihnya, hantu tidak bisa menangis. Air matanya kering.

"Addo." Pat menepuk pundak Addo pelan. Anak itu menoleh. "Ayo masuk."

Addo mengangguk. Diam-diam Pat melirik ke arah Greyson lalu memberikan kode untuk ikut masuk. Greyson menurut saja. Dia melayang di belakang mereka berdua, tak menampakkan diri.

Setelah menarik napas dalam-dalam dan mengumpulkan keberanian, Pat mengetuk pintu masuk berwarna cokelat kehitaman sebanyak dua kali. Beberapa saat kemudian dibuka oleh seorang wanita. Langsung saja, wanita itu adalah Alexa Chance.

"Pat?!" Seru Alexa terkejut. Kemudian dia memeluk saudari iparnya itu. "Terima kasih kau mau datang!"

"Iya," kata Pat singkat kemudian mendorong bahu Alexa pelan. "Nah Alexa, ini Addo. Masih ingat Addo?"

Addo cuma bengong.

"Addo, ini Bibi Alexa. Kakaknya ayahmu."

Alexa tak bisa melepaskan pandangan dari Addo. Perasaan jungkir balik menghantam tepat di dadanya, dan tiba-tiba air matanya merebak. Yep, dia merasa seperti melihat Greyson kembali. Apalagi Addo sekarang sudah hampir 16 tahun—usia yang sama ketika ia melihat Greyson untuk yang terakhir kalinya.

Wajah Alexa mirip dengan Greyson, terutama caranya tersenyum dengan lebar. Iris matanya cokelat begitu pula warna rambut panjangnya. Hari itu Alexa hanya mengenakan pakaian rumahannya, kaus garis-garis putih-hitam dan celana jins hitam.

Alexa memeluk Addo singkat, memberikan kelegaan luar biasa yang membanjiri Pat dari atas sampai bawah. Kelegaan yang melimpah ruah tersebut sampai membuat sudut-sudut matanya terasa panas dan basah.

Tapi Pat tentu saja menguatkan dirinya untuk tidak sampai menangis.

"Ayo masuk," kata Alexa pada mereka berdua, kemudian kembali ke Addo. "Ada banyak orang didalam yang harus kau temui."

Anggota keluarga Chance yang lain—ibu Greyson, Lisa; ayah Greyson, Scott; dan kakak lelakinya, Tanner—bergantian menyambut Pat dan Addo bergiliran. Mereka berempat tampak bahagia. Lisa bahkan berulang kali memeluk Addo sambil menangis terang-terangan. Wanita dengan rambut model bob itu tidak sanggup menahan air matanya melihat cucu pertamanya... yang sangat mirip dengan anak bungsunya.

Father For Addo -g.c (Addo Series #1)Where stories live. Discover now