BONUS CHAPTER : " Backward 1"

1.6K 179 25
                                    

author's pov // multimedia: Shawn Mendes - I Don't Even Know Your Names

"Oh, you waited so long

Sometimes it's hard to stand out

And you don't have to do anything else

But be yourself, oh

And you, you dressed up so nice

But all I could see was your eyes

And the crowd came and pulled you away

And then you were gone

Oh, yeah...!"

"And I don't even know your name

All I remember is that smile on your face

And it'll kill me everyday

'Cause I don't even know your name

Ooh everywhere that I go

I'll see your face and it kills me to know

That you never know what you did to me

And now you were gone, yeah I can't stop thinkin' about you.."

"Makan dulu, Do." Pat menghampiri Addo yang asik bermain gitar dan bernyanyi di teras belakang rumahnya. Sore itu adalah bagian dari libur musim panas, dan seperti biasa, Addo tidak punya kegiatan khusus.

Addo langsung berhenti bermain. "Yah, padahal lagi asik, Ma."

Pat tersenyum. "Kau belum makan siang. Ngomong-ngomong, lagu yang kau bawakan tadi bagus. Lagu siapa itu?"

"Shawn Mendes. Aku menemukannya di Youtube. Lagunya simpel, dan aku suka."

Lalu Ibunya ikut duduk di lantai teras disebelahnya. Sambil tersenyum kepada Addo, dia bertanya, "Kau memang suka atau sedang merindukan Alice?"

"Ah Mama," Addo kembali memetik senar gitarnya, ekspresi wajahnya sulit ditebak antara sedih atau lesu. Mungkin keduanya. "Aku tidak mengerti dia."

"Kenapa? Ah ya... Kalian sudah hampir seminggu tidak mengobrol, Mama benar kan?"

"Aku mencoba menghubunginya Ma, sumpah. Tapi dia tidak membalasku."

"Apa kalian bertengkar separah itu?"

"Dia cemburu," kata Addo dengan bibir manyun. "Waktu itu aku bertemu dengan Brenda di kolam renang kota. Padahal Brenda itu taksirannya Matt. Tapi entah bagaimana Alice justru menyangka Brenda naksir aku."

Pat tersenyum sambil menggeleng pelan. Cinta anak muda, batinnya.

"Pftt! Ayolah kau juga suka cemburu padaku," sebuah suara bergaung dalam kepala Pat. Dia menoleh ke belakang dan mendapati Greyson berdiri disana, hanya selangkah dibelakang dari tempatnya duduk. Pat tersenyum begitu melihat Greyson.

"Ayo bergabung dengan kami."

"Boleh?"

"Papa?" Addo baru menoleh dan sedikit terkejut. "Oh, bagus. Sesi curahan hati bersama kedua orangtuaku."

"Memangnya salah kalau aku tahu kehidupan pribadimu?" tanya Greyson balik, lalu duduk disisi lain sebelah Addo. Jadi posisi duduk mereka adalah Pat-Addo-Greyson; Addo diapit keduanya.

"Baik, keluarga Chance berkumpul disini." Pat membuka 'percakapan keluarga' mereka. "Ada yang mau berbagi cerita lebih dulu?"

Addo melirik ayahnya.

Father For Addo -g.c (Addo Series #1)Where stories live. Discover now