Dua Belas

2.3K 239 13
                                    

Author's POV

Selesai bekerja di kantor, Pat langsung pergi ke taman. Di kota ini ada cukup banyak taman, tapi tempat yang paling sering ia kunjungi sejak remaja adalah Hayden Park, letaknya satu kilo di utara dari Cheyenne Middle School. Begitu tiba disana ia duduk di bangku panjang dekat air mancur, menunggu Ernest Gordon.

Kali ini aku akan membuat perhitungan serius dengannya.

Pat memperbaiki ikatan rambutnya kemudian menunggu sambil memperhatikan keadaan di sekeliling. Setelah kematian Greyson, dia mulai jarang pergi ke taman ini, malah sekarang adalah pertama kalinya lagi ia kesana. Kerinduan sempat tumbuh didalam hati Pat melihat tempat itu tidak terlalu banyak berubah dibandingkan kali terakhir ia kesana. Dia merindukan tempat ini. Terutama karena dia dan Greyson pertama kali bertemu disini.

Lima belas tahun yang lalu, waktu yang sudah lama sekali tapi kenangannya masih tergambar dengan jelas didalam benak Pat. Waktu itu disuatu sore sepulang sekolah, Pat tengah duduk salah satu bangku kayu panjang membaca novel dan tiba-tiba ada sebuah bola mengenai kakinya.

Ia mengangkat wajah dari novel bacaannya, Looking For Alaska. Sejenak Pat menatap ke sekeliling dengan bingung. Bola penuh lumpur ini datang darimana?

"Maafkan aku." seorang laki-laki brunette jangkung tak lama kemudian menghampirinya dengan napas terengah-engah. Bajunya basah kuyup dan berlumuran tanah. Namun yang membuat Pat agak kaget adalah dia mengenakan seragam sekolah yang sama dengannya.

Tapi bukan hanya Pat saja yang tercengang, soalnya lelaki itu juga menatapnya lama sekali.

"Kau siswa Cheyenne Middle?" tanya Pat, mengawali percakapan. Lelaki itu mengangguk kaku sambil menggosok tengkuknya. "I-iya."

"Tapi aku tidak pernah melihatmu sama sekali."

"Emm, itu.. Uh, haha iya.. itu karena aku selalu mengurung diri di perpustakaan." lelaki membenarkan posisi kacamatanya yang melorot. Dia tetap menunduk, sehingga tidak melihat senyuman yang dilontarkan oleh gadis itu padanya. Agak terlambat bagi Pat menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih penting. "Ah maaf, aku malah bertanya kesana. Kau mau tisu? Aku bawa kok. Tunggu," cepat-cepat Pat merogoh ke dalam tas sekolahnya dan mengeluarkan sebungkus tisu. Kemudian dia memberikannya pada lelaki malang itu.

"Thanks." dia menarik sehelai dan menggunakannya untuk mengelap bagian lehernya yang berkeringat dan kotor.

"Kau penuh keringat. Bermain bola pasti menyenangkan ya? Hihi, bajumu juga sampai kotor begitu." Pat terkekeh pelan, disertai gerak matanya memperhatikan penampilan lelaki tersebut dari atas ke bawah.

"Uh, bukan. Aku tidak sedang bermain bola."

Jawaban itu membuat tawa Pat lenyap. "Tapi kau tadi berlari-lari mengejar bola kan?"

"Bukan seperti kelihatannya. Tadi aku.. uh.." dia berhenti dan menoleh ke arah belakangnya dengan gusar. Pat penasaran dan ikut melihat ke arah yang sama. "Kenapa? Apa ada yang salah?"

"Mereka tidak mengejarku, kan?" gumamnya pelan, ragu-ragu dan takut.

"Mereka siapa?"

Sesaat tidak aja jawaban.

"Mmm... Yah kau pasti tahu siapa. Gordon dan kawan-kawannya." Pat seketika paham.

"Oh mereka. Well, apa kau membuat masalah dengannya? Oiya, ini," dia memungut bola sepak milik lelaki yang entahlah-siapa-namanya itu dan menyerahkannya. "Thanks," katanya cepat sebelum kecemasan baru melandanya. "Ya ampun, bagaimana aku akan memberikannya nanti? Ah, pasti bisa dibersihkan. Boleh aku minta tisu lagi?"

Father For Addo -g.c (Addo Series #1)Where stories live. Discover now