Dua Puluh Lima

1.4K 208 32
                                    

Begitu Greyson menghilang, Pat langsung pergi ke kamar Addo, mengecek barangkali dia ada disana karena setahunya setiap hari Greyson tidur di dalam lemari Addo. Namun keadaan di kamar itu hening. Lampunya mati dan Addo tertidur pulas. Hanya perlu waktu dua menit bagi Pat mengamati ke dalam dari ambang pintu dan dia sudah yakin kalau dia tidak ada disini. Dia tidak merasakan ada keberadaan Greyson.

Greyson memang sudah pergi. Disaat yang bersamaan arwah remaja tersebut sedang berada didepan pintu dunia kematian. Kedengarannya mengerikan, ya? Tapi aslinya tidak semenyeramkan kedengarannya. Tempat ini mirip seperti gerbang masuk parkir mall. Dihadapan Greyson menjulang sepasang pintu besar dan tinggi, dengan antrian panjang arwah-arwah yang sudah meninggalkan tubuhnya. Satu-persatu dari mereka akan masuk ke sana, lalu ditentukan apakah mereka akan ke surga atau neraka.

Tiga kata terakhir bergema didalam benak Greyson. Surga atau neraka... Greyson merasa gugup karena ia melupakan persoalan yang terpenting setelah meninggalkan dunia itu. Ini pasti karena setelah meninggal dia malah tinggal bersama Pat dan Addo, kadang-kadang dia lupa kalau dia sudah meninggal.

Greyson berjalan menuju antrian. Ternyata para arwah tidak boleh langsung masuk melewati pintu gerbang sebab persis disamping pintu ada sebuah pos penjaga kecil yang mirip seperti pos satpam dan ada malaikat yang menjaga disana--alasan sesungguhnya kenapa gerbang ini mirip dengan yang ada di parkiran mall.

Ada dua roh yang lebih dulu berada didepan Greyson, keduanya wanita. Bergiliran, mereka diinterogasi oleh malaikat penjaga gerbang. Begitu giliran Greyson tiba, mau tak mau kegugupannya meruncing. Greyson benci mengingat betapa banyak dosa yang telah ia buat semasa hidupnya. Berdiri mengantri disini membuatnya merasa bahwa jumlah dosa-dosanya telah berlipat ganda.

"Berikutnya." panggil sang malaikat penjaga. Panggilan untuk Greyson.

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa," Greyson menyemangati dirinya sendiri kemudian berjalan mendekati pos penjagaan. Sang malaikat mengamatinya dengan seksama dari atas ke bawah. "Tunggu dulu, aku sepertinya mengingatmu..." Malaikat tersebut memijit-mijit kening, berpikir keras dan membantu dirinya sendiri dengan mengecek komputer dihadapannya sebentar. "Ah iya, aku ingat sekarang! Kau pasti Greyson Michael Chance. Lahir 16 Agustus tahun 1997 dan meninggal pada 30 November 2013?"

"Iya, itu aku."

"Kenapa kau baru datang sekarang? Jadwalmu untuk pengadilan dosa sudah lama lewat!"

"Uh, itu... anu.." Greyson tergagap, seraya menggaruk-garuk belakang kepalanya. "Itu karena selama ini aku tinggal dengan istri dan anakku..."

"Lalu apa sekarang mereka mengusirmu pergi?"

"Bisa dibilang begitu," jawab Greyson pasrah. Malaikat penjaga itu tertawa.

"Oke, oke Coba kita cek lagi," sekarang sang malaikat penjaga mengeluarkan sebuah buku besar dan tebal. Jarinya membolak-balik setiap halaman demi halaman sampai berhenti di halaman yang Greyson yakin pasti antara berisi identitas tentangnya atau dosa-dosanya. Mulut sang malaikat kemudian mencercanya dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi selama hidupnya, sementara matanya tetap fokus ke buku. Greyson hanya bisa diam dan menjadi pendengar. Sesekali dia menyahut dengan "ya", "hmm-mm", atau "ya, benar." Buku tersebut mencatat segalanya dengan lengkap, membuat Greyson bertanya-tanya siapa yang mencatat semua itu, kapan ia melakukannya, serta apakah semua kejadian yang dialami setiap jiwa yang lahir ke bumi tercatat didalamnya? Apakah mereka tidak kekurangan kertas? Lagipula apa gunanya komputer yang ada di pos kalau mereka tetap mencatat segalanya dalam buku?

"Kau memiliki anak bernama Addo Grey Chance?"

"Ya."

"Benar," malaikat penjaga gerbang menutup bukunya. "Maaf, tapi sepertinya kau melupakan sesuatu.  Kami masih belum bisa menerimamu disini, jadi kau masih harus menunggu di dunia lagi."

"Tunggu, kenapa?" Greyson bertanya balik.

"Ini masih belum waktumu untuk sidang, Mr. Chance," jawab sang malaikat tenang. "Karena di catatanku, ketika anakmu lahir, kau datang ke bumi membuat sumpah akan menjaganya hingga dia berumur delapan belas tahun. Sekarang putramu masih berumur lima belas, jadi masih ada tiga tahun lagi barulah kau bisa diterima di dunia akhirat. Jadi, sampai jumpa tiga tahun lagi, Mr. Chance."

Greyson belum sempat mengatakan apa-apa karena tiba-tiba pijakan dibawahnya menghilang dan dia terjun bebas kembali ke dunia. Punggungnya mendarat lebih dulu ke tanah, namun dia tidak merasakan sakit sama sekali. Dia melihat keadaan disekelilingnya, dan yeah, welcome home.

Sesuai apa yang ia duga, ia mendarat di halaman depan rumahnya sendiri. Greyson beranjak sambil merutuk. Tiga tahun lagi waktunya tersisa di dunia ini, tapi jujur dia tidak tahu harus merasa senang atau yang lainnya. Perasaannya bercampur jadi satu. Disatu sisi dia senang karena tidak harus meninggalkan Pat dan Addo secepat ini, tapi dilain hal, tiga tahun itu bukanlah waktu yang lama.

Juga, apa yang akan dikatakan Pat jika ia melihat Greyson kembali? Apakah dia tetap akan memanggil pendeta besok pagi? Kalau begitu dimana Greyson akan tinggal? Greyson tidak diterima di alam akhir, dan Patricia mengusirnya. Bagaimana nasibnya sekarang? Dia belum pernah mendengar ada hantu gelandangan, dan dia tentunya tidak mau menjadi perintis.

"Oh Greyson, kau ini cerdas disemasa hidup. Pikirkan sesuatu!" dia bergumam pada diri sendiri, tidak mendapat jawaban, lalu memutuskan berbaring di halaman rumah Pat. Kedua tangannya dilipat dibawah kepala sebagai bantal. Matanya menatap ke langit malam yang terang dipenuhi bintang. Tiga tahun... tiga tahun... Waktuku hanya tiga tahun lagi untuk bersama Pat dan Addo, pikirnya.

Apakah ini waktunya bagi Greyson untuk memberitahukan rahasia kematiannya pada Addo, sebelum masa tiga tahun itu habis?

"Greyson?"

Dia langsung bangun begitu mendengar seseorang memanggil. []

Father For Addo -g.c (Addo Series #1)Where stories live. Discover now