Delapan

2.4K 238 31
                                    

Author's POV

Tiba-tiba Addo membuka matanya. Saat itu dini hari. Namun, ketika dia membuka mata, dia melihat ada sesosok wajah putih pucat berada sangat dekat dengannya. Mata dari wajah itu merah terang, pertanda bahwa sosok itu ingin membunuh.

Mata Addo terbelalak memancarkan keterkejutan serta ketakutan.

"MAMAAAAAAAAA TOLOOONGGG!!!!!!!!!!!!!"

Mendengar teriakan putranya langsung membuat Pat berlari kesana. Perempuan itu belum tidur, dia sedang mengerjakan beberapa tugas kantornya. Pat langsung memeluk Addo dan membawanya ke ambang pintu. Dia juga melihat sosok itu. Sosok putih pucat itu menatapnya garang.

"JANGAN GANGGU ANAKKU!"

"Sudah kubilang aku menginginkannya," desis sosok itu, yang hanya bisa didengar Pat.

"Kau tidak akan mendapatkannya! PERGI DARI SINI, GREYSON CHANCE!!"

Addo langsung seperti mendapat himpitan keras di jantungnya. Nama yang baru saja disebutkan oleh ibunya adalah...

"PAPA?!!" teriaknya. "PAPA?! APA ITU DIA?!" dia meronta-ronta, berusaha melepaskan diri dari pelukan Pat.

"Addo, tenanglah!" seru perempuan itu kewalahan.

"Papa! Aku harus bertemu Papa!!"

"Papamu sudah tidak ada, Addo! Sadarlah!"

"Tidak! Papa!"

"ADDO!"

Addo langsung membuka matanya. Kali ini dia melakukannya untuk yang sebenarnya. Bocah lelaki itu bangun dengan napas terengah-engah. Keringat dingin membasahi kening serta tengkuknya. Mata Addo menyapu liar ke seluruh penjuru kamarnya, namun percuma. Satu-satunya sosok lain yang dia temukan tengah berada di ruangan itu selain dirinya hanya ibunya. Dan wanita itu menatapnya penuh kekhawatiran, sambil berusaha menahan genangan air dimatanya agar tidak tumpah.

Bayangan mengerikan itu tidak ada, katanya dalam hati.

"Mama..." gumam Addo untuk pertama kalinya setelah dia menyadari kalau yang tadi itu hanya mimpi buruk. Pat, yang tidak mampu berkata apa-apa langsung memeluk putra semata wayangnya tersebut. Dan saat itu juga, Pat tak sengaja membiarkan air matanya tumpah berderai-derai. Sekarang, Addo yang diliputi oleh perasaan bersalah.

Addo mendorong pelan baju ibunya seraya berkata, "Maafkan aku, Ma. Aku membuatmu panik hanya karena mimpi buruk." Lalu dia menghapus air mata yang meleleh di pipi ibunya dan kembali menghambur ke dalam pelukannya.

Pat masih membisu. Dia hanya membalas pelukan Addo.

Keadaan berubah hening cukup lama. Hingga beberapa saat kemudian Pat mendapati Addo sudah kembali terlelap

***

"Greyson Chance, kita harus bicara!" teriak Pat seraya menuruni tangga ke lantai satu.

Dia memasuki setiap ruangan yang ada di rumah ini dan memanggil-manggil nama Greyson, tapi tidak ada tanda-tanda akan keberadaan dirinya. Pat menjambak rambut di area dahinya seraya mengumpat dalam hati. Dia berharap seandainya dia punya penglihatan istimewa agar lebih mudah untuk menemukan dimana Greyson berada saat itu.

Sampai akhirnya dia berhenti di ruang makan. Ditariknya salah satu kursi di meja makan lalu Pat menghempaskan pantat diatasnya, mengistirahatkan diri. Pat melirik jam, jarumnya berada di angka 3. Sudah dinihari dan dia bahkan belum tidur sama sekali. Ditambah lagi, tugas kantornya belum selesai. Pat meletakkan dahi diatas lipatan kedua tangannya diatas meja lalu menarik napas dalam-dalam. Pikirannya serasa mau pecah!

Father For Addo -g.c (Addo Series #1)Where stories live. Discover now