26. Keterbukaan Sebelum Badai

23 6 1
                                    

Selamat membaca
-
-
-
-
-

26. Keterbukaan Sebelum Badai

"Dia mulai menjauh.
Namun kunci rahasia mulai mendekat."

~~~🥀~~~

Rangga dan Jarrel masih berdiam diri di rumah pohon itu, Rangga di tangga teratas dan Jarrel di dahan pohon depan rumah pohon.

"Gue mau nanya. Awal lu pacaran sama Vanie kapan?" Jarrel bertanya kepada Rangga yang tengah melamun dengan air mata yang telah kering.

"Lu inget waktu keluarga kita piknik sama-sama?" Jarrel mengangguk.
"Itu gue udah suka sama Vanie, tepatnya kelas delapan semester satu. Gue gak tau rasa ini bakal hadir. Gue waktu itu belum terlalu besar buat tau arti dari kata cinta beda agama, gue pikir ya bisa-bisa aja karna yang gue liat di TV mereka pada pindah agama setelah nikah," Jarrel diam menunggu sahabatnya kembali bercerita.

"Tapi semakin sini, gue semakin tau kalo pindah agama berdasarkan cinta itu sulit. Apalagi Langit, Ria, Adel sama Keisha ngomong gitu tadi. Gue sahabat Vanie, gue pacar Vanie tapi gue gak tau kalo Vanie taat banget ibadahnya karna gue gak pernah liat Vanie ibadah. Gue mau lepasin Vanie, tapi berat Rel. Gue gak yakin kalo gue bisa lepasin dia," Rangga menutup wajahnya sebelum kembali bercerita.

"Tiga tahun, gue jalanin backstreet sama Vanie tanpa kalian tau, sebelum ini kita gak ada masalah, sekalinya ada besar banget," Rangga terkekeh.

"Sebenernya ini bukan masalah, ini konsekuensi nya kalo lu punya hubungan sama cewek beda agama. Lu cinta sama Vanie?" Rangga mengangguk, "lu sayang sama Vanie?" Rangga kembali mengangguk "lu mau lakuin apapun demi Vanie?" Rangga mengangguk dan menatap malas Jarrel.

Jarrel terdiam, menatap lamat Rangga, "Dengan alasan cinta dan sayang, lu mau kolo lu disuruh pindah ke agamanya?"

Wajah Rangga mengeras tanda tak setuju, "Gila lu Rel, gue gak bakal mau lah!"

"Trus apa yang bakal lu lakuin?" Jarrel memetik satu daun dan membuangnya.

"Melepaskan. Mungkin," Rangga menjawab tak yakin.

"Yaudah lepasin aja, cewek banyak Rang," Jarrel mengeluarkan satu batang rokok dan mematiknya.
"Gue tau kalian tersiksa sama ini, tapi mau gimana lagi, cinta beda agama itu susah."

"Gue inget lagi waktu kita habis solat Duhur di Masjid Istiqlal pas piknik, Vanie sama keluarganya ke Katedral. Waktu itu gue keluar terakhir, berdoa banyak sama Allah, gue gak tau kalo Vanie juga keluar teakhir. Gue sama dia keluar barengan, gue liat dia pake dress putih yang sering dia pake waktu ibadah, juga penutup kepala kek kerudung tapi kecil. Wajah dia manis banget, kek si Masha," Rangga terkekeh.

"Waktu kecil dia juga suka cerita sama gue, kalo dia pengen jadi Biarawati. Saat itu gue gak tau Biarawati, tapi akhir-akhir ini profesi itu bikin gue penasaran. Gue nyari tentang Biarawati ternyata hasilnya buat gue nyesek."

"Emang Biarawati apaan?" Jarrel mengeluarkan satu batang rokok dan mematiknya.

"Perempuan yang mendeklarasikan dirinya untuk jadi penyembah tuhan yang setia, sama kayak pendeta," Rangga menundukan kepalanya.

Membuang kepulan asap nikotin yang terakhir, Jarrel mengangguk-anggukan kepalanya dengan tangan membuang sisa puntung rokok.

"Berarti Vanie lebih sayang dan cinta sama Tuhannya daripada lu," sarkas Jarrel.
"Kalian kudu bicara berdua si ini mah," Jarrel memberi saran.

Rangga menganggukan kepalanya, menolehkan kepala melihat Jarrel, anak bekantan itu malah sedang bergelantungan di dahan yang ia duduki tadi, dahan yang cukup tinggi dari permukaan tanah.

Aku, Kamu & LEMBANG (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang