52. Lunara, Alkavero dan Alaskar

16 4 0
                                    

Selamat membaca
-
-
-
-
-

52. Lunara, Alkavero dan Alaskar

"Aku datang mewakili seseorang yang sangat berharga untuk Jarrel."

~Lunara

~~~🥀~~~

Berita buruk kembali terdengar dari mulut Rumah Sakit. Pasien lelaki yang tertembak di hutan Cimahi kembali lagi kedalam kondisi kritis. Pihak Rumah Sakit berkata mereka angkat tangan akan kondisi Jarrel saat ini.

Di atap Rumah Sakit, Adel berdiri sendirian. Membiarkan rambutnya tertiup angin yang berhembus halus.

"Apa J akan pergi?" Tanya nya dengan netra yang menatap langit cerah hari ini.

"Kenapa gak ada waktu buat gue sama dia bahagia?"

"J udah terlalu lama sakit karna hidup di bawah tangan nenek. Saat ini, saat dia udah bebas dari tangan mereka. Kenapa dia malah nyerah?" Adel menundukan kepalanya, air matanya turun deras.

"Jarrel, kamu itu orang yang berharga buat aku. Kenapa kamu harus tersenyum? Padahal kamu lagi gak baik-baik aja." Meskipun terlihat kuat, Adel sebenarnya butuh sandaran untuk mengeluhkan semua yang ia rasakan. Ia pun mengambil ponsel dari saku jaket nya. Mengirimkan pesan kepada seorang gadis yang berada jauh dari Bandung.

Adel tersenyum kecil, masih teringat kenangannya bersama gadis bernama Lunara Evandary

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Adel tersenyum kecil, masih teringat kenangannya bersama gadis bernama Lunara Evandary. Salah satu orang yang tahu hubungannya dengan Jarrel. Salah satu orang yang sangat diaku saudara oleh Jarrel.


"J, Lunar datang jauh dari Cina buat kamu. Sembuh ya, kita main bareng dia lagi nanti," ucap Adel seraya mengelus polaroid berisi foto Jarrel yang sedang membuat kopi.

Di luar bandara Soekarno-Hatta Lunar berjalan sendirian. Satu tangannya memegang ponsel menelpon seseorang, sedangkan satu tangan lainnya menggeret saru koper hitam. Kacamata yang bertengger di hidung mancungnya cukup menenangkan matanya dari terik panas kota Jakarta.

"Halo, saya di jalan depan."

"Baik nona, saya sudah dekat."

Lunar mematikan ponsel nya segera setelah mendapat jawaban dari sebrang nya.

Tak menunggu lama, satu buah BMW hita. Sudah hadir di depan Lunar. "Mari nona," lelaki yang berumur tak jauh darinya membuka kan pintu bagian belakang.

"Saya duduk di depan." Lunar membuka sendiri pintu depan.

Sedangkan lelaki ber jas hitam dengan tubuh tegap tadi masih terdiam dengan tangan yang membuka pintu.

Aku, Kamu & LEMBANG (END)Where stories live. Discover now