55. Keadilan Dari Reza Untuk Jarrel

18 4 1
                                    

Selamat Membaca
-
-
-
-
-

55. Keadilan Dari Reza Untuk Jarrel

"Aku tidak tahu bagaimana awalnya meja hijau ada. Tapi dari adanya meja hijau itu, aku banyak bersyukur. Karena disanalah sebuah keadilan bisa ditetapkan untuk mereka yang tertindas."

~~~🥀~~~

Keadaan sunyi melanda tempat berkumpulnya anak-anak GAB di bagian depan rumah Jarrel. Setelah tahlilan malam tadi, mereka tidak langsung kembali ke rumah masing-masing. Mereka berniat untuk menginap satu malam mengingat besok hari sabtu.

Asap sudah mengepul banyak dari rokok yang di sesap Rangga, taburan bintang berkelip sangat terlihat memanjakan mata Ilvan, terbukti dari kepala Ilvan yang tetap setia menatap ke atas dalam goleran nya.

"Besok gue mulai proses meja hijau. Bang, surat-surat tolong siapin." Ucap Reza menatap Saka sekilas.

Setelah mengatakan itu, pandangan Rengga dari ponselnya beralih menatap Reza. "Lu udah tau apa konsekuensi nya kalau lu mulai proses itu?" Tanya nya.

Reza mengangguk, "Gue bakal nginap di sel."

"Jarrel gak ada nitip sesuatu gitu buat gue?" Ucap Ilvan. "Udah pergi gak pamit, kasih kenang-kenangan enggak." Lanjutnya.

Ilvan yang sejak tadi terlentang dengan mata sembab, kini beralih kedalam posisi tengkurap dan menyembunyikan wajahnya dalam lipatan tangan. Adel yang sedang duduk pun beralih mendekati Ilvan dan mulai mengelus lembut kepala sang adik.

Langit bertatapan sebentar dengan Reza, sebelum pergi dan kembali dengan membawa tiga buku harian dari dalam rumah.

"Dari Jarrel," Langit meletakan buku harian bersampul biru itu di depan Ilvan, ia juga menepuk bahu Ilvan sebelum menatap Adel.

"Ini, dari Jarrel buat lu." Langit memberikan satu buku berwarna lilac kepada Adel.

"Buka nya kalo udah di rumah aja," lanjutnya.

Adel mengangguk saja dan menyimpan buku itu disampingnya, sedangkan Ilvan mulai tersusuk dan membukan sampul buku berwarna biru navy itu.

17-25 buat Ilvan

Ilvan membuka buku halaman 17 seperti yang Jarrel tulis.

Nanti buka kotak hitam di lemari bumbu di markas. Itu kenang-kenangan buat lu.

Van, gue titip Adel ya. Seperti yang lu tau, Adel itu orang nya emang kuat di luar, tapi perasaan di dalam nya kita gak tau.

Ajak Adel main ke pesisir pantai Van, terserah pantai apa aja. Waktu itu, Adel pernah bilang dia mau ke pantai dan naik perahu waktu senja. Gue udah janji mau pergi sama dia. Tapi sekarang gue gak bisa tepatin janji itu.

Kalo udah diatas perahu, kasih kotak kecil yang ada di dalam kotak hitam yang lu bawa. Kotak kecil itu warna hitam beludru.

¹⁷

Ilvan membuka ke halaman selanjutnya.

Kalo keluarga gue bawa kasus ini ke jalur hukum. Gue mohon, permudah Reza. Kalau dia ikut di hukum pidana, gue mau itu dikasih keringanan. Gue minta bantuan lu Van. Kalau ada pihak yang gak setuju, kasih liat surat ini, dan satu flshdisk di kotak itu juga.

Udah.

Jangan dibaca terus.

Kasih sisa buat baca lain kali.

Aku, Kamu & LEMBANG (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang