47. J Apa Kabar?

14 4 0
                                    

Selamat Membaca
-
-
-
-
-

47. J Apa Kabar?

"Seberapa banyak pun seseorang berkorban untuk orang lain, tapi ia meminta balas budi dengan hal yang tidak masuk akal. Itu tetap tidak bisa di benarkan."

~~~🥀~~~

Situasi kini diliputi keadaan hening setelah perkataan pertama Joko.

"Dulu, gak ada relawan yang ginjalnya cocok dengan ginjal Jarrel. Hanya Nenek Adel yang cocok, dan kebetulan menguslkan dirinya sendiri pada Om." Joko kembali memulai cerita dahulu.

"Awalnya baik-baik aja, tapi setelah Jarrel remaja, dia selalu gertak Om, kalo Om masih punya hutang budi sama dia. Nenek Adel mulai rencana nya dari waktu umur Jarrel lima belas tahun, tapi dia baru memulainya satu tahun yang lalu.

"Sarah disana tidak selalu di siksa Reza. Tapi dia tidak diberikan makanan yang cukup untuk nutrisi nya. Nenek Adel tak jarang juga luapin semua sama Sarah kalau dia mengingat sesuatu saat dia sedang bersama kakekmu dahulu."

"Jadi disini yang salah siapa Om? Reza berasa jadi orang bodoh yang gak tau apa-apa," ucak Reza gusar.

"Reza, tidak ada yang salah, tidak ada juga yang benar. Nenek Adel culik Sarah itu salah menurut kita, tapi itu benar menurut dia karena dia perpikir kakek mu akan datang menemuinya. Kamu tembak Jarrel juga seperti itu, menurutmu Jarrel salah karena menyembunyikan semuanya san jadi pengkhianat di persahabatan kalian. Tapi menurut Rangga, Edam sama Adel. Jarrel belum tentu salah karena dia jadi boneka Nenek Adel. Dia juga hanya ingin menyalamatkan Adel yang menghadang peluru dari kamu untuk neneknya, menjadikan dirinya korban." Ucap Joko menjelaskan.

Reza terdiam, perkataan Joko sungguh berat baginya. Cukup susah untuk dipahami.

"Keadaan Jarrel sekarang gimana Om?" Reza mengalihkan topik pada pembahasan lain.

Joko terlihat menengadah dan menghembuskan nafas kasarnya sebelim menjawab. "Oprasinya lancar." Terdengar hembusan nafas lega dari Reza. "Tapi kita hanya mampu menunggu takdir Yang Kuasa." Kepala Reza sontak melihat gurat wajah Joko.

"Maksud Om?" Kening Reza terlihat mengerut.

Joko terdiam sejenak, ia menutup matanya. "Detak jantungnya melemah, kita serahkan semuanya pada Yang Kuasa. Kita cuma bisa bantu doa, dan cuma bisa liat Jarrel yang lemah diatas kasur Rumah Sakit."

Reza menatap kosong wajah sendu Joko. Kedua mata Reza berembun, tangannya bergetar hebat, jantungnya pun berdetak tak karuan.

"Om, Reza—

"Udah Reza, dari awal mungkin memang seperti ini konsekuensinya. Kalo dia gak sempet bilang ini, tolong maafin Jarrel ya. Dia pernah diberitahu Nyonya Forensso, mau bagaimanapun keadaannya, dia harus menjaga Adel. Dan malam tadi, ia melakukannya, ini bukan sepenuhnya salah kamu." Joko memegang kedua pundak Reza.

Reza menggeleng lemah, "Jarrel pasti bisa sembuh Om, banyak yang nunggu dia." Reza menunduk setelah mengucapkan kata terakhirnya dan kembali berucap. "Termasuk—

"Adel?" Potong Joko membuat Reza mendongkak menatap pria paruh baya yang sudah melepaskan kedua pegangan tangannya di bahunya.

"Tolong kamu jaga Adel, Reza... itu pesan dari Jarrel." Ucap Joko langsung. "Om pamit dulu, mau lihat kondisi adikmu."

Punggung Joko semakin tak terlihat diantara orang-orang yang berlalu lalang di taman Rumah Sakit. Sedangkan Reza hanya terdiam dengan pikiran yang berkecamuk. Menjaga Adel? Seorang gadis yang ia sayang? Bahkan Adel saja sudah tidak ingin meliht dirinya lagi. Lantas bagaimana cara ia menjaga Adel seperti apa yang diamanatkan Jarrel jika temannya itu benar-benar pergi?

Aku, Kamu & LEMBANG (END)Where stories live. Discover now