34. Si Paling Fanatik

15 3 0
                                    

Selamat membaca
-
-
-
-
-

34. Si Paling Fanatik

"Biasanya keringanan sebelum plot twist itu lebih menarik."

~~~🥀~~~

Matahari menyambut pagi dengan cerah meski dengan cuaca yang masih dingin. Lembang memang terkenal karena suhu dinginnya membuat siapa saja betah singgah di kota itu. Kota yang sejuk dengan jalanan lenggang di pagi hari menjadi incaran pecinta olahraga untuk lari pagi.

 Kota yang sejuk dengan jalanan lenggang di pagi hari menjadi incaran pecinta olahraga untuk lari pagi

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Hari Rabu ini Edam bangun sebelum subuh, entah kenapa anak kebo itu bisa bangun pagi sekali. Kini ia duduk di sebuah warung di salah satu gelanggang Lembang, menyempatkan diri untuk berolahraga pagi.

"Mang jadi berapa? Cipe-nya tiga sama teh botol-nya satu."

Begitulah Edam, setelah cape olahraga membakar kalori. Ia kembali jajan makanan berkalori. Mubadzir olahragamu nak.

"Lima ribu Jang."

Edam menyodorkan uang berwarna kuning ke bapak-bapak penjual itu. "Ini Mang, makasih."

Edam berjalan keluar dari gelanggang. Berjalan santai sambil memainkan ponselnya sesekali.

"AAAAA JAMBRET!!"

Edam menolehkan kepalanya cepat, melihat ibu berteriak histeris sambil menunjuk satu motor dengan dua orang yang memakai jaket yang Edam ketahui.

"Ngulah lagi tuh orang," Edam memainkan ponselnya sebentar sebelum menempelkannya pada telinga.

"Bro, Jalan Gurame, anak Glasterhan bawa tas warna coklat," Edam mematikan ponselnya sepihak, membuat manusia di sebrang berdecak karena rumahnya yang ada di Jalan Gurame berhasil menjadi sasaran Edam untuk mengejar musuhnya itu.

Langit mengguyur sebentar wajahnya, sebelum berjalan menuju garasi untuk mengambil motornya. Rumahnya saja masih sepi, tumbenan Edam bangun pagi. Pikir Langit.

"Lama banget anjing," Langit menguap sambil duduk di motornya. Menengok kanan kiri di batas Jalan Gurame dan Jalan Mujaer.

"Dapet berapa nih?" Suara kecil Langit dengar dari tempat yang lumayan jauh darinya.

"Lah cuma lima ratus rebu," salah satu dari mereka kembali berucap.

"Gapapa lah bagi dua. Jangan lupa nanti balikin nih jaket ke tempatnya. Mereka ngamuk tau rasa lu."

"Heh!" Langit menatap dua orang yang tengah berjongkok sambil mengobrak-ngabrik isi tas.

"Balikin tuh tas!"

"Lah ogah, gue yang dapet kok lu yang ambil!" Salah satu dari mereka menjawab nyolot.

"Gila bener lu berdua, udah salah masuk geng. Pake segala nyopet pula!"

Aku, Kamu & LEMBANG (END)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن