60. Alaskar, Alkavero untuk Jarrel (Reza)

13 3 0
                                    

Selamat membaca
-
-
-
-
-

60. Alaskar, Alkavero untuk Jarrel (Reza)

"Sebuah impian yang diusahakan untuk menjadi nyata."

~~~🥀~~~

Hari-hari yang dihiasi dengan warna-warni pengadilan kini sudah mencapai akhirnya. Di dalam Pengadilan Negeri Bandung kini sudah terdapat Nenek Camilla yang sudah duduk ditengah-tengah ruangan. Ia memakai dress putih setelah bertahun-tahun tak memakai. Rambut bob-nya kini terlihat kusut tak terurus, keriput di wajahnya pun terlihat sangat kentara.

"Ibu Camilla Forensso dan sepuluh anak buahnya sudah terbukti melakukan penculikan kepada anak dibawah umur. Maka dari itu, Ibu Camilla Forensso dan sepuluh anak buahnya yang sudah mencapai umur legal dijatuhi hukum pidana lima belas tahun
berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Anak No.35 Tahun 2014 yang diatur secara tegas dalam pasal 76F yang menjelaskan, jikalau setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menturuh melakukan atau turut serta melakukan penculikan, penjualan, dan atau perdagangan anak.

TOK
TOK
TOK

Ketukan palu tiga kali sudah menjelaskan semuanya, Nenek Camila setia menunduk, Ayah Kris, Rosa, Rio dan anggota Glasterhan yang terlibat pun hanya bisa menunduk menutup malunya mereka ditonton orang-orang.

Tak berselang lama setelah keputusan itu, Reza dituntun oleh petugas keamanan untuk duduk di tangah-tengah pengadilan

"Dan untuk tersangka, Reza Pramudya  Zavier yang mengambil nyawa korban, Jarrel Kalingga Lhais, akan dijatuhi hukum pidana penjara selama 15 tahun sebagaimana Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 338 KUHP."

TOK
TOK
TOK

Selesai sudah keadilan ditegakan. Untuk ia yang bersalah maupun tidak. Mereka yang bersalah juga memiliki hak nya sebagai manusia, hak nya sebagai warga negara.

Reza menghembuskan nafas beratnya, ia kembali dituntun untuk segera keluar dan menjalani hukumannya. Ia berbalik dan menatap teman-temannya sebentar, menatap dalam pada mata Adel yang ada di kursi paling belakang. Sebelum matanya teralih melihat Rangga yang berdiri dan melangkah menuju dirinya.

"Pak, saya boleh bicara sama teman saya?" Rangga meminta izin kepada dua penjaga yang ada di samping Reza.

"Ya, jangan terlalu lama." Petugas itu tidak beranjak, melainkan tetap berada di samping Reza yang masih duduk.

Rangga mengangguk dan mengucapkan terimakasih. Ia menatap Reza dengan bibir yang melengkung tipis, lalu dirinya membawa kursi dan duduk disamping Reza.

"Masih inget lu punya hutang sama gue?" Rangga bertanya dengan mata yang menatap patung artemis di dinding pengadilan.

Mendengar tak ada jawaban, Rangga lantas menengok dan melihat Reza yang mengerutkan keningnya. "Ck, lu emang udah setua itu ya?" Rangga terkekeh ringan.

"Waktu itu lu pertama kali dateng ke rumah pohon nyamperin Jarrel yang minggat dari rumahnya." Rangga menghembuskan nafasnya serta menyandarkan punggungnya kebelakang kursi.

"HOY!!"

Kelas satu SMA yang menjadi awal persahabatan baru itu.

"Apasih? Gak kaget," Jarrel menjawab ketus. Dirinya sedang mengelilingi dinding rumah pohon yang tertempel foto-foto teman kecilnya.

"Cih, gak kaget tapi pundak lu udah kayak per," jawab Rangga.

Sedangkan Reza yang tidak tahu apapun tak memperdulikan mereka, dirinya melihat foto itu satu persatu sampai dirinya menemukan sebuah foto gadis kecil yang sedang berdiri di depan pohon natal.

Aku, Kamu & LEMBANG (END)Where stories live. Discover now