48. Kebanggaan Bintang

14 4 0
                                    

Selamat Membaca
-
-
-
-
-

48. Kebanggaan Bintang

"Pertumbuhan seseorang yang jauh dari orang tua nya menjadi suatu kebanggan untuk orang terdekatnya karena bisa melihat pertumbuhan orang yang ia anggap sebagai saudaranya."

~~~🥀~~~

Markas Axzra kembali ramai hari ini. Lograr dan Zergan membuat rencana agar Reza datang hari ini untuk menceritakan apa maksudnya melakukan hal yang tidak terdula kepada Jarrel.

Selama ini pula, Keisha tidak pernah terlihat, termasuk di sekolah. Banyak berita datanga jika Keisha pindah ke Berlin, dan melanjutkan sekolah disana bersama saudaranya.

"Mau diem-diem aja kayak gini?" Ucap Vanie yang berdiri bersandar di pilar kayu sambil bersidekap tangan di dada.

"Malu kali, udah berbuat sesuatu, terus gak mau tanggung jawab," lanjutnya sambil tersenyum sarkas menatap Reza.

"Udah Van," lerai Rangga di sampingnya.

"Gue tuh greget sama dia! Kalo dikerubung banyak orang gini aja diem, waktu ketemu satu atau dua orang, ngomongnya banyak tingkah!" Matanya semakin tajam saja menatap Reza.

"Udah!" Ucap Lograr. "Reza, lu beneran gak mau ngomong?" Tanyanya kepada pemuda yang duduk di depannya.

Reza menghela nafas berancang-ancang ingin bicara.

"Gue gak tau," Reza menggeleng dengan kepala yang menunduk.

Bintang berdecak cepat kala mendengar jawaban Reza. "Ck, baru kali ini gue denger orang yang jawab gak tau setelah perbuatan dia yang udah bikin nyawa temennya di ujung tanduk!"

"Gue kalut, gue gak bisa mikir jernih." Jawab Reza lagi.

"Lu emang gak punya otak!" Tukas Ria.

"Udah! Kita disini mau tau alasan dari sudut Bang Reza! Jangan sampe dia malah pergi tanpa ada kejelasan alasan dia nembak Bang Jarrel!" Ucap Alex tegas.

Alex berpindah tempat untuk duduk di dekat Reza. "Bang, gue ngerti perasaan lu pasti kalut liat keadaan Sarah kayak gitu. Gue yakin Bang Jarrel gak sepenuhnya salah disini. Kalau dari penglihatan gue setelah denger semua cerita orang-orang, lu punya niat awal tembak Nenek Kak Adel, tapi Kak Adel datang buat selametin neneknya. Nah, dari sana juga Bang Jarrel datang biar Kak Adel gak ketembak. Jadi gue mau buka pikiran lu Bang. Jangan karna Bang Reza cinta mati sama Kak Adel, Bang Reza malah bahagia kalo Bang Jarrel pergi. Gue berharap jangan sampe bang." Alex menatap serius Reza.

Reza diam tidak menjawab Alex, ia semakin menunduk entah kenapa.

"Lu bener-bener gak harapin itu kan?" Selidik Langit.

"Sorry," bisik Reza.

"Sialan!" Rangga yang terbakar emosi, lantas berdiri dengan cepat lalu menghampiri Reza yang masih menundukan kepalanya.

BUGH

"RANGGA!"

"LU EMANG GAK PUNYA OTAK! BANGSAT!!"

Lograr beranjak cepat menahan tangan Rangga yang kembali ingin memukul Reza. "Udah gue bilang tadi, selesein dengan kepala dingin! Bukan baku hantam kayak gini!"

Lograr menatap Rangga tajam, "Lu, duduk."

"Reza, bener? Lu harapin Jarrel pergi?" Tanya Lograr serius, Reza hanya diam tidak menjawab.

"Reza dengerin gue," Lograr memaksakan tubuh Reza yang lemas agar menghadap dirinya. "Seandainya bener Jarrel gak tinggal lama, lu gak pasti buat dapet Adel sepenuhnya. Sekarang pun lu tau kalo Adel udah gak sudi liat wajah lu, kan? Terus gimana nanti? Lu mau maksa Adel buat selamanya ada disamping lu?" Lograr berhenti kala melihat mata Reza berair, tapi ia tetap melanjutkannya agar temannya itu sadar.

Aku, Kamu & LEMBANG (END)Where stories live. Discover now