Dua. Malam Panjang

898 183 19
                                    

Aku menatap sekeliling apartemen. Unit ini cukup luas dan memiliki 5 ruangan.

Lorong masuk sekaligus tempat sepatu dan alat olahraga, ruang tengah yg luas sebagai ruang TV (sekaligus menampung ranjang susun/bunkbed anak-anak cowo), kamarku (yg dibagi dua dengan kamar Bang Heeseung), dapur kecil dan kamar mandi.

Jake duduk di bunkbed atas sambil menatapku berjalan celingukan di bawahnya. Gayanya persis kuntilanak yang nangkring di atas pohon nunggu anak kecil pulang mancing lele.

"Lo nyari apa?" tanyanya, menatap ke bawah.

"Kamar mandi, Bang.."

"Masuk ke lorong belok kiri, sebelah dapur ada kamar mandi," jelasnya.
"Lo mau mandi?" Selidiknya.

"Enggak bang, cuma mau cuci tangan." Aku malu kalo harus bilang mau buang air. Lalu secepat kilat kabur sebelum dia bertanya lagi.

Aku melewati lorong, dan menemukan pintu kamar mandi di sebelah dapur.
Lalu langsung membukanya.

Sedetik kemudian aku terperanjat!
Seraut wajah datar dan putih menatap tajam dari dalam kamar mandi.

Aku menjerit sekuatnya !
Dengan sisa-sisa tenaga di sore yang aneh ini.

Wajah datar itu tampak ga kalah kagetnya. Tangannya yg panjang bergegas menutup pintu kembali.

Aku menangkap bayangan Jake di belakangku. Sepertinya dia tadi mendadak cosplay jadi Batman, loncat dari bunkbed tingkat atas lalu lari menghampiriku.

"S-sori bang, tadi ada sesuatu di kamar mandi" aku langsung minta maaf.

Jake menghampiriku dengan wajah khawatir, dan membuka pintu. Tapi dia mendapat perlawanan dari makhluk yang bersemayam di dalam tadi.

"Jangan buka pintunya, goblok!" teriak seseorang di dalam. Aku lega tadi ternyata manusia , bukan zombie.

Jake menepuk jidatnya, sambil tertawa, "sori, gue minta maaf,, gue lupa ngasih tau ada Sunghoon di kamar mandi." katanya.

Pintu kamar mandi kemudian terbuka menampakkan wajah datar dengan tubuh yang kini telah memakai kimono handuk.
Dia berjalan cepat melewati kami berdua dengan ekspresi kesal paripurna.

Jake masih tenggelam dalam tawanya sendiri, mengabaikan wajahku yg sepucat kapas.

Gimana aku gak ketakutan, belum apa-apa aku sudah membuat masalah konyol di apartemen ini.

"Makanya kalo mandi pintu dikunci wooyy, " teriak Jake pada Sunghoon yang lari ke ruang tengah.

Lalu Jake menoleh padaku, "udah biarin aja, dia kayaknya ga marah kok, cuma malu doang ama lo. Makanya kalo mo ke kamar mandi lo ketok dulu pintunya, Mathilda..."

"Matahari Bang, nama aku Matahari," ralatku.

"Sori, soalnya om tadi manggil lo Mat, Mat, Mat, gue kirain Mathilda..." Jake terkekeh pelan.

Yah, setidaknya masih lumayan daripada Mamat tadi.

Bukan berarti nama Mamat itu jelek, cuma.., aku khan cewe...

***

.

Aku dengan cepat mendeteksi missing link atau sesuatu yg kurang dalam kisahku hari ini.

Missing link-nya adalah Om dan Tante kayaknya lupa menceritakan kalau aku bakal bergabung tinggal dengan para sepupuku disini.

Entah sengaja mau ngasih surprise , atau terlalu sibuk sampe kelupaan, aku gak yakin.
Yang jelas sejak tadi kesalahpahaman terus terjadi.

Lantai 13 : A Complicated Diary I ENHYPENWhere stories live. Discover now