39. Jake

481 105 9
                                    

Hari Minggu pagi yang cerah
Di taman kota

.
Hampa.

Itu yang kutakutkan ketika membayangkan Bang Jay balik ke Singapur.

Aku pasti bakal kangen dengan cerewetnya, bakal kebingungan tanpa nasihat dari dia, malahan bakal kangen dengan segala macam permintaannya, baik yang serius maupun yang (aku tau) cuma ngadi-ngadi.

Kami masih asik berbaring di rumput sambil bicara tentang banyak hal, termasuk kejadian waktu pertama kenalan.

Kata Bang Jay, saat itu dia bener-bener nyangka aku calon klien yang janji bakal datang ke kantor buat ambil paket pernikahan yang lagi promo. Dan aku juga mengaku kalau saat itu aku menuduh dia memiliki kepribadian ganda.

Waktu kami asik saling menyikut dan mencela satu sama lain, tiba-tiba langit yang menyilaukan berubah teduh. Aku mengkaget dan menatap ke atas sana.

Suara cekikikan yang familiar tiba-tiba terdengar memenuhi tepi lapangan rumput. Serombongan ikan teri raksasa mem-blocking cahaya matahari pagi.

"Selamat pagi, Nunaa!! Hyung-aa!!!" Teriak mereka.

Aku bergegas duduk dan membalas lambaian mereka. Tadi perasaan masih pada ngorok berjamaah, kenapa sekarang tiba-tiba ada di lapangan?

Jay lalu ikut bangkit dari posisinya. Duduk di sebelahku, mengerjapkan mata lalu menepuk-nepuk rambut dan punggungku yang dipenuhi rerumputan dan tanah lapangan.

Empat ikan teri raksasa itu cekikikan sambil terus saling menyikut satu sama lain.

"Gimana? Udah jadian?" Tanya Jake tetiba aja.

Ebuset, Jadian? Tau darimana bule ini kosakata jadian? pasti hasil browsing dari om G**gle.

Sunoo dan Jungwon ga bisa menahan tawa mendengar pertanyaan Jake. Sementara Riki cuma senyum-senyum tipis sambil memasukkan tangannya ke saku celana training,
"Ahh..enak nih kita minta traktiran Bang .." katanya, lebih fokus ke keuntungan yang bisa di dapatkan.

Di kejauhan tampak dua sosok menjulang tinggi lainnya. Heeseung dan Sunghoon berlari mendekat dengan hiasan keringat yang udah memenuhi wajah, rambut dan leher.

Jantungku berdebar ga karuan. Bukan karena ngeliat kegantengan mereka, tapi lebih ke khawatir para ikan teri berempat ini bakal ngomong yang engga-engga. Walaupun saat ini aku lagi super-mega-gigantic kesal sama Bang Heeseung, tapi bukan berarti aku lupa aku udah punya komitmen sama dia.

"Kalian ngomong apa sih, ga ada apa-apa." Ancamku dengan mata melotot dan pake efek nge-gas, "jangan sampe kedengeran kayak gini sama Om MinHo ya!"

Keempatnya tampak berusaha keras menahan tawa.

"Tenang, kalo traktiran tetep jalan. Tapi ga usah ribut, kalian berempat aja." Jay memahami situasiku dan mencoba mengamankan suasana.

"Kayaknya ... ada yang ditolak sama Nuna..." Julid Jungwon, bergumam pelan sambil pura-pura mencabuti rumput di dekatnya.

Jake menatapku dengan sungguh-sungguh dan sesaat aku melihat matanya bersinar aneh. Semacam perasaan..mmm...kecewa?

Dia menghela nafas lalu duduk di sebelahku. Membuka botol air putih dan menegaknya sampai habis, dia menghapus keringatnya.

Jay bangkit lalu berjalan ke tengah lapang. Jungwon, Sunoo dan Riki mengikutinya. Mereka mengambil ranting dan bermain hockey dadakan dengan buah pinus yang berjatuhan.

Jake masih duduk meluruskan kaki ke depan di sebelahku,
"Gimana? Badan lo udah enak pagi ini?" Tanyanya, "Riki cerita lo pingsan di rumah Oma."

"Gue baik-baik aja, tadi malem emang pusing banget. Tapi sekarang engga."

Lantai 13 : A Complicated Diary I ENHYPENWhere stories live. Discover now