This is Intersection

451 103 7
                                    

Sekarang, kita sedang berdiri di sebuah persimpangan yang penuh pilihan..

🍓🍓

_________________________________

Tiga bulan berlalu.

.

Aku dan Bang Heeseung terpaksa berjauhan setiap hari. Dia makin sibuk dengan berbagai project di kampus, bukan cuma tentang Tugas Akhir aja, tapi juga sibuk dengan project lain di luar dan sibuk memperluas relasi.

Cuma dua minggu sekali kita bisa menyelinap keluar berdua tanpa dibuntuti sepupu lainnya. Which is udah lumayan banget daripada engga.

Heeseung menginap di kamarnya cuma 2 atau 3 hari dalam seminggu, selebihnya random, kadang di studio sebelah, kadang di studio temannya, atau sejujurnya kadang aku ga tau dia nginap dimana.

Hampir setiap malam aku menunggu dia buat sleepcall, tapi kadang call cuma bertahan 10 menit aja. Selebihnya, dia sering bilang, "aku ada kerjaan Sayang, kita telepon besok lagi"

Aku tetap berusaha positive thinking, karena dia selalu bilang, "Sabar ya, aku jalanin semua ini buat karir, kan buat kita juga.."

Pick-up-line itu selalu anti gagal dan membuatku ga bisa komplain, karena aku tahu, karir anak-anak jurusan Seni Musik dibangun dari jam terbang dan relasi.

Untung aja Job dari klien EO makin banyak berdatangan dan bikin aku melupakan rasa sepi karena Heeseung ga ada.

Jujurly, buat saat ini aku berada pada satu titik dimana rasanya "udah terbiasa tanpa dia". Aku berusaha keras untuk merasa puas walau cuma bisa berduaan (maksimal) 2 kali dalam sebulan.

Dengan banyaknya job masuk, aku tenggelam diantara tugas kuliah dan kerjaan. Hampir 16 jam sehari aku selalu bersama Jay dan tim. Saking seringnya bersama, aku malah sudah hafal jam biologis mereka semua.

Jam berapa Jungwon mulai ngerasa sepet mata, jam berapa Jeki perlu minum latte, jam berapa Bang Jay mulai esmosi, jam berapa Sunghoon kepengen mandi atau jam berapa Sunoo bakal mulai gelisah minta cemilan sama Mbak Layla.

Event demi event bergulir seperti air kran yang mengalir deras di musim hujan. Aku, Sunoo dan Jake sering ketiduran di kantor menyelesaikan tugas-tugas dekorasi. Kulit tanganku serasa udah tebal saking seringnya terpapar lem, glitter atau pun bahan dekor lainnya. Tapi setiap aku ngerasa lelah dan putus asa, Jake selalu membantuku dengan positive vibes nya. Dia tetaplah partner kerja terbaik yang membackup habis-habisan setiap aku mengacaukan pekerjaan.

Kejadian berlari berdua memburu masquerade Lunna ternyata hanyalah awal dari rangkaian kekacauan yang kami buat bersama.

Tapi ketika itu terjadi, Jake ga pernah menyalahkanku atau mengadu pada siapa pun. Dia bagaikan seorang kakak yang senantiasa mengambil tanggung jawab atas kekacauan yang dibuat adiknya.

Pernah suatu saat dengan bodohnya kami salah menulis nama klien di backdrop ulang tahun. Memancing komplain dan kami terpaksa membuat backdrop baru saat itu juga.

Bagai Jaka Sembung yang diminta membuat candi dalam satu malam oleh Lorojonggrang, walau mustahil aku dan Jake berusaha mengerjakannya.

Ketika komplain sampai di telinga Jay, Jake menerima semua kemarahan Jay sendiri. Setelah Bang Jay pergi, aku membungkuk mengucapkan terimakasih pada Jake yang sudah berusaha melindungi.

Jake lalu merilis pernyataan resmi,
"waktu gue sakit, sedih atau bikin kesalahan, lo selalu ada buat gue Mat, ga ada satu pun sepupu gue di Ostrali yang mau ngelakuin itu, cuma Mother yang bisa ngalahin perhatian lo buat gue. We took care of each other like we were twins. So I'll keep you as my sister, Mat. Eversince you don't have a brother."

Lantai 13 : A Complicated Diary I ENHYPENWhere stories live. Discover now