38. Jay

463 103 8
                                    

Masih Sabtu Malam..

.
Pandanganku berkabut dan suara-suara di sekelilingku terasa berdengung di telinga.
"Mat-aa.." aku mendengar suara lembut di dekatku, "Jay, dia udah sadar nih kayaknya.."

Aku perlahan mendapatkan penglihatanku kembali. Dan melihat Tante Yuko duduk di kursi samping tempat tidurku.

"Mat-aa.., kamu bisa dengar suara Tante kan?"

Aku menatap wajah cantiknya. Mata Tante Yuko bersinar panik, dan tangannya terasa dingin menggenggam tanganku.

Aku memandang ke langit-langit, ini kamar yang asing bagiku. Aku mengangkat kepala, berusaha bangkit tapi pusing menyerang tiba-tiba.

"Udah baringan aja dulu," suara seseorang terdengar di sebelah kananku, aku menoleh dan melihat Jay di sana.

Oh baiklah, perlu banget kayaknya aku pingsan dulu.. baru dia mau ngajak aku bicara seperti biasa.

Tante Yuko memijat ujung-ujung jariku.

"Gimana rasanya, pusing?" Tanya Jay, dia duduk bersila di atas kasur, tepat di sampingku.

Aku mengangguk dan berusaha menggerakkan kakiku. Masih terasa berat dan kaku.

"Jay-ah, apa dia terlalu kecapean kerja?" Tante Yuko menatap tajam pada keponakannya.

"Maafin Jay, Tante.. Lain kali Jay perhatikan lagi istirahatnya." Bang menunduk mengawasi wajahku.

Heeseung datang memasuki pintu kamar, "Kamu udah bangun, Mat.." Dia duduk di dekat kakiku, "Heeseung udah telepon dokter, dia datang sebentar lagi," katanya pada Tante Yuko.

Heeseung lalu mengusap kakiku yang tertutup selimut tipis, aku otomatis menghindari sentuhan tangannya. Heeseung menyerah dan bertanya,"mau minum air anget ga?"

"Biar Tante ambilin dulu." Tante Yuko bergerak keluar kamar.

"Ini dimana?" Aku bergumam.

"Kamar aku, Mat.." Heeseung tersenyum, "kamu lupa? kalau udah kecapean main di taman kita dulu sering tiduran di sini berdua, nonton anime?"

Jay berdecih.
"Anggep aja gue ga ada," suara julidnya terdengar familiar, "sabar..sabar..ada yang WTP...want to pamer..."

"Lah, kenapa?" Heeseung dengan wajah datar menatapnya, " Ya waktu itu lo emang ga ada, kalo ada ya pasti nonton bertiga.."

Tante Yuko datang segelas air hangat, "minum dulu," katanya.

Heeseung mengambil alih gelasnya, Tante Yuko lalu keluar untuk bicara dengan suaminya.

"Jangan sering telat makan, Mat.." Heeseung membantuku minum, " jangan keseringan begadang, kalo udah ga kuat lembur bilang sama Jay or Sunoo."

"Kalo sarapan sama makan malem gue pastiin on time, karena selalu makan bareng gue, Bang. Cuma ga tau kalo makan siang di kampus nih.." komentar Jay.

"Lo kemaren bawa dia kemana? Sore-sore baru makan di kafe kan? Siang lo kasih makan ga?" Heeseung mengomel.

"Udah, aku Gak papa Bang.." kataku pelan, "mungkin cuma gara-gara kaget aja."

"Kakek Hans emang keterlaluan," Heeseung menyimpan gelas, "kemarin Oma bilang apa Jay? Apa bener Oma yang nyuruh Maha kesini? Atau cuma lo aja yang nyari-nyari alesan biar bisa bawa dia hari ini?"

"Oma yang minta, Bang.. kok jadi nyalahin gue?"

"Ya kali ini aja, akhir-akhir ini lo kayaknya nyari banget alesan buat bawa dia kemana-mana." Heeseung menatap sepupunya, "mau urusan kerja atau bukan."

Lantai 13 : A Complicated Diary I ENHYPENWhere stories live. Discover now