Enam. Marathon.

665 159 5
                                    

Aku bergegas merapikan kekacauan di ruang TV. Menumpuk kertas ke dalam boks pendek dan memindahkan beberapa Bangau yang sudah jadi ke kantong plastik besar, menyimpan semuanya di pojok ruangan, lalu beranjak ke kamar.

Teringat pesan Heeseung tadi pagi, aku menghindari pakaian rumah yang kira-kira terlalu tipis, dan berakhir memilih celana training selutut plus T-shirt merah bertuliskan Engene. Membawa pakaian dan handuk lalu ke kamar mandi.

Jake, Sunoo, Jay dan Riki tampak duduk mengelilingi meja makan di dapur. Entah apa yang mereka bicarakan, yang jelas aku sudah bisa menebak gambaran besarnya.

Selesai mandi aku kembali duduk di sofa dan lagi-lagi melipat Bangau. Kayaknya aku salah menebak kalau malam ini bakalan bermimpi melipat Bangau.

Kenapa salah? Karena sudah jelas bahwa aku bakalan begadang semalaman alias tidak tidur menuntaskan sisa target 500 origami ini.

Sambil terus melipat, diam-diam aku berjanji dalam hati. Kalau suatu hari nanti aku menikah, aku benar-benar akan memilih dekor yang simpel-simpel aja.

Mudah-mudahan aku cukup beruntung engga berjodoh dengan orang yang tergila-gila bola dari rajutan benang wol, a.k.a. amigurumi ball.

Kebayang kan? Mesti merajut 1000 amigurumi???

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kebayang kan? Mesti merajut 1000 amigurumi???

.

***

Jam 19.00 malam

Makan malam datang diantar oleh Mbak Layla. Menu hari ini ayam katsu, salad wortel, sup rumput laut dan semangkuk nasi. Kami berdelapan duduk mengelilingi meja sambil makan dalam keheningan yang ganjil.

Bahkan Bang Heeseung juga ga banyak bicara, tapi sama sekali ga memasang wajah marah. Sebaliknya dia banyak menatapku dan tersenyum tipis.

Sedangkan wajah Jay mendadak mirip pinang dibelah kapak dengan Sunghoon. Sama-sama datar.

Jake akhirnya kembali menyalakan HP dan memasang playlist lagu akustik dari aplikasi musik premiumnya.
Suasana sepi berangsur mencair karena satu-dua orang mulai humming atau bersenandung kecil.

Aku mencoba memasukkan sebanyak mungkin makanan yang bisa  kucerna. Buat cadangan energi bergadang semalaman.

Selesai makan semua langsung bergerak menuju ruang TV. Kecuali  Sunghoon yang mengambil spot di tempat cuci piring. Aku berdiri di sebelahnya, bersiap untuk membantunya mencuci.

Sunghoon yang sudah menggulung lengan bajunya menatapku heran selama 5 detik. Aku tetap berdiri di sebelahnya, ga bicara apapun hanya balas menatap matanya.

Kami saling berpandangan sampai 4 detik kedepan. Akhirnya Sunghoon bertanya pelan,
"Mau cuci tangan?"

"Mau bantu Abang cuci piring." jawabku polos.

"Ga usah, lo balik aja ke kamar yah.." tolaknya halus. Dan kayaknya udah ga bisa di-nego. Dia langsung asik mencuci sendiri tanpa melirik ke arahku lagi.

Lantai 13 : A Complicated Diary I ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang