Tujuh. Keajaiban.

707 159 9
                                    

Rasanya aneh.

Aku bermimpi ada di rumah lama, menonton TV bersama papa, aku ngantuk berat, lalu papa menggendongku ke kamar.

Kamar penuh kenangan, bercat ungu muda, bertirai putih bermotif bambu.

Samar-samar aku mendengar suara orang-orang berbicara dan beraktivitas. Suara lemari pakaian terbuka dan tertutup terdengar dari kamar sebelah.

Aku membuka mata. Tidak ada kamar ungu muda, tidak ada tirai motif bambu. Tidak ada Papa.

Tentu saja. Papa sudah lama pergi. Buat apa aku bermimpi Papa kembali lagi? Itu ga akan pernah terjadi.

Papa udah lama meninggalkan aku dan Mama berdua. Jarang menanyakan kabar, tanpa pernah sekedar mentransfer uang jajan.

Yang ada disini hanya kamar mungil, bercat putih, dengan sebagian dindingnya terbuat dari kayu partisi. Dihiasi tirai putih bersih menutupi jendela.

Aku menyibak selimut tebal yang menutupi tubuhku semalaman. Kaus kakiku masih terpasang. Aneh. Aku bukan tipe orang yang suka memakai kaus kaki saat tidur malam.

Kaus kaki pasti kulepas sebelum tidur. Aku pasti sangat kelelahan dan jatuh tertidur dengan kaus kaki terpasang.

Tapi tunggu...
Ingatan berangsur membanjiri otakku. Teringat sekarang aku tinggal dengan sepupuku. Dan semalam aku melipat bangau sampai setengah mampus di ruang TV.

Jam berapa aku balik ke kamar?
Engga.
Ga ingat sama sekali.
Jangankan membuka lipatan selimut, membuka kaus kaki aja engga.

Apa sebenarnya tadi malam aku ketiduran di sofa lalu berjalan setengah sadar kesini?

Kalau gitu aku sangat beruntung karena ga nyasar ke bilik Heeseung !
Aku mendadak mual membayangkan itu terjadi. Bisa-bisa tercipta jeritan lampir session 3 pas kami sama-sama bangun di pagi hari.

Aku ga berani membayangkan dapat hukuman apa kalau aib itu terjadi.

Bicara soal aib,
jelas aku harus segera mandi sebelum menjalankan misi per-babu-an versi hari ini.

Kalau terlambat, persentase aib-ku di rumah ini bertambah lagi.

.

Aku melirik jam dinding.

Oh sh*t ! Ternyata udah Jam 6 pas !

Bang Jay pasti udah sibuk di dapur dengan Bang Sunghoon. Dia bakal marah besar kalau asistennya ini belum mandi.
Boro-boro membantu bikin sarapan.

Aku menyambar pakaian bersih di lemari. Melesat ke kamar mandi.
Mengabaikan pemandangan indah di bilik sebelah. Pemandangan Bang Heeseung lagi berdandan ganteng di depan kaca. Bersiap pergi ke kampus.

Aku berlari kecil melewati ruang TV. Mengabaikan kesibukan saudara-saudaraku disana. Riki yang sibuk menyiapkan tas sekolahnya, atau pun Sunoo yang sedang mengoleskan skincare di depan kaca.

Mengendap-endap di lorong, lalu mengetuk pintu kamar mandi.

Kosong.

Bagus. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, aku langsung mandi.

Setelah beres berpakaian dan menggantung handuk di hanger dekat jendela, aku bergegas ke dapur.

Menarik nafas,
bersiap menerima bentakan pertama di hari Senin yang cerah ini.

Pemandangan menyeramkan serta-merta menyergap indra penglihatanku !

Jay sibuk memasak sendiri di dapur dengan pisau di tangannya.

Lantai 13 : A Complicated Diary I ENHYPENDove le storie prendono vita. Scoprilo ora